Sorot mata tajam Darrel terlihat begitu menelisik, menatap Bernard dengan begitu kesal, bisa-bisanya ekspresi lelaki itu masih terlihat tanpa dosa setelah melontarkan sebuah syarat gila yang harus dia penuhi sebelum menikahi putrinya, "Orang yang benar-benar mencintai Renzela saja belum tentu sanggup menerima syarat itu, apalagi aku yang menikahinya karena keterpaksaan." cecar nya dalam hati.
Rasanya kalau bukan Pak Kenan yang meminta, Darrel akan menyerah sekarang juga, "Maaf sebelumnya Pak, bapak pasti tahu kalau uang satu M itu tidak lah sedikit." Dia kini kembali bicara setelah sedikit menenangkan diri, terlebih pesan yang tadi dia kirimkan pada Pak Kenan sudah mendapatkan balasan yang cukup panjang. Dan sepertinya dia harus mengikuti apa yang Pak Kenan perintahkan.
"Akh, iya Nak Darrel. Tapi nilai uang itu tidak sebanding dengan kasih sayang saya pada putri sematawayang saya yang akan Nak Darrel nikahi." Bernard menjawab dengan penuh percaya diri, kapan lagi kan dia bisa mendapatkan uang banyak dengan menjual nama putrinya.
"Kasih sayang? Aisst..." Darrel sampai mengepalkan tangannya geram, kasih sayang macam apa sampai seorang Ayah memanfaatkan putrinya hanya untuk kepentingan nya sendiri, menguasai kekayaan warisan keluarga dari pihak istri hanya untuk kesenangan dirinya saja. "Iya, bapak seorang Ayah yang baik, saya begitu tersanjung dengan kasih sayang anda, Pak. Dan terima kasih telah membesarkan seorang putri yang begitu cantik seperti Renzela, sampai saya begitu menyukainya." bibirnya sampai tersenyum simpul.
Iya, bersandiwara saja, toh itu adalah rencananya sejak awal, dia harus terus menyogok Bernard dengan sebuah pujian, sampai lelaki itu lupa daratan. "Anda Ayah yang baik, bagaimana mungkin saya menolak permintaan Bapak." lanjut nya lagi.
Bernard sampai besar kepala, tersenyum cerah sambil mengetatkan dasinya, seolah dia memang patut untuk di puji. "Akh. Jangan terlalu berlebihan Nak Darrel, itu memang kewajiban saya." perlahan menggerakkan tangan seolah-olah jangan di lebih-lebih kan, tapi hati tersenyum girang, matanya mendadak hijau setelah mendengar kesiapan Darrel mau memenuhi permintaan nya. Hatinya sampai tertawa puas, bahkan sempat berpikir kalau istri keduanya tahu, dia pasti bakal tersenyum senang setelah mendengar kabar ini. "Jadi bagaimana, kapan anda akan memberikan uang nya? setelah itu kita bisa memulai akad nikah nya."
Darrel sampai tersenyum miris, "Begini Pak, karena jumlahnya tidak lah sedikit. Bagaimana jika saya meminta satu permintaan?" ucapnya mulai melancarkan rencana yang Pak Kenan sarankan. Saat tadi dia membaca pesan dari Pak Kenan, dia sendiri sampai tertegun, Pak Kenan begitu bijak sampai menghadapi keserakahan Bernard dengan begitu elegan.
"Apa Nak Darrel?"
"Saya akan memberikan uang itu sebagai dana saham di perusahaan, Bapak." Darrel sampai menyeringai tipis, meski permintaannya mungkin sulit untuk Pak Bernard terima, tapi menurut Pak Kenan jika dia berusaha menarik ulur, lelaki itu akan menerima permintaan nya. "Saya ingin anda menginvestasikan uang itu, sehingga untuk kedepannya saya maupun Bapak bisa menikmati hasilnya bersama-sama dalam jangka waktu yang tak terhingga." tuturnya menjelaskan.
"Dana saham?" Bernard sampai terkejut, tak terpikir sedikitpun kalau Darrel akan meminta hal demikian, "Iya, tentu saya akan menginvestasikan uang itu. Tapi tidak dengan cara penanaman saham. Saya ingin Nak Darrel mutlak memberikan uang itu untuk saya." pintanya dengan tegas. Dia tidak bodoh, siapapun mana ada yang mau menerima uang kalau pada akhirnya harus berbagi keuntungan.
"Akh, apa saya berpikir terlalu jauh. Saya meminta demikian karena ini juga untuk kebaikan Renzela, apa yang saya lakukan semata-mata untuk menopang masa depan calon istri saya dan menjamin kebutuhan finansial nya." Darrel tidak kalah licik memberi alasan, sesaat ia berpikir; pantas keluarga Wijaya terkenal dengan kekayaannya, otak-otak mereka memang terlihat begitu jenius, bahkan setiap perkataan yang barusan dia lontarkan pun, dia dapat dari saran Pak Kenan. "Anda seorang Ayah yang bertanggung jawab, seharusnya anda tidak keberatan, Pak." lanjut nya lagi, seolah menjatuhkan telak.
Bernard sampai terdiam, dia hampir kehabisan kata-kata, perkataan lelaki ini telah menyudutkan nya membuat dia tidak bisa menolak, tapi tidak semudah itu, "Walau itu untuk kebaikan Renzela tetap saya tidak akan mengabulkan permintaan anda, Nak Darrel." tolaknya dengan tegas. Menanam saham bukan hal yang bisa dengan mudah di lakukan, seandainya demikian dia tidak ingin berbagi kekuasaan di area yang sudah susah payah dia kuasai. "Kalau tujuan Nak Darrel benar-benar karena Renzela, tidak harus repot-repot, lebih baik anda tidak menikahinya saja." tuturnya lagi berusaha menguji seberapa besar lelaki ini menyukai putrinya.
"Anda yakin Pak?" Darrel malah menantang, ayo lihat siapa yang paling kuat menjaga image nya. "Ini kesempatan terakhir, saya pribadi sangat menyesal karena tidak bisa menikahi putri Bapak. Tapi kalau bapak bersikukuh tidak mengizinkannya, apa boleh buat, sepertinya saya harus menerima tawaran orang tua saya untuk menikahi wanita pilihan mereka." tuturnya berusaha mengulur, wajahnya sampai terlihat murung, berakting dengan totalitas seolah-olah benar-benar kecewa dengan keputusan ini. Bahkan dia beranjak berdiri dari duduknya.
"Bagaimana saya harus bicara pada Renzela kalau pernikahan ini tidak akan terjadi, haruskah saya bilang kalau ini...."
"Akh..." Bernard sampai kutar ketir, refleks beranjak berdiri, dengan cepat memotong perkataan Darrel sebelum hal yang dia takutkan benar-benar di laporkan pada putrinya, "Jangan seperti itu Nak Darrel, saya akan merasa bersalah pada putri saya kalau anda pergi, apalagi pernikahan ini sampai tidak jadi." tuturnya berusaha membujuk. Dia tidak mengira Darrel malah akan pergi begitu saja.
Darrel sampai menyeringai tipis sambil merapikan jas nya yang sudah hampir kusut karena terlalu lama duduk, "Lantas bagaimana sekarang? saya tidak bisa mengabulkan permintaan Bapak, karena bapak pun tidak menerima permintaan saya." tuturnya masih enggan untuk duduk kembali.
"Hanya ingin menanam saham itu bisa di urus Nak Darrel, nanti saya siapkan berkas-berkasnya. Yang penting sekarang kita harus segera melangsungkan pernikahan 'kan?" Bernard sampai langsung mendekat dan mengelus punggung Darrel, walau mungkin akan sedikit merugikan mengizinkan Darrel menanam saham di perusahaan, tapi itu lebih baik dari pada tidak mendapatkan uang sama sekali. Dia tidak mau kehilangan kesempatan seperti ini, tidak akan menjamin kedepannya akan ada lelaki mapan seperti Darrel yang menyukai Renzela dan dia bisa mengambil keuntungan dari itu, "Ayo kita langsung temui Renzela!" tuturnya lagi.
...***...
Di sebuah ruangan di mana Naura di rawat, semua orang sudah berkumpul, bahkan Pak Penghulu yang sengaja Kenan datangkan dari Indonesia sudah ada di tengah-tengah mereka. Semua sudah duduk di posisinya masing-masing, begitupun dengan Renzela dan Darrel. Sepasang insan yang akan di nikahkan sudah duduk paling tengah di kelilingi semuanya.
"Bagaimana apa kita mulai saja sekarang?"
Perkataan Pak Penghulu sungguh membuat Renzela berdebar, bukan karena ada rasa bahagia, melainkan kegelisahan yang di timbulkan dari rasa yang begitu campur aduk dalam hatinya.
Senang, sedih, kecewa, dan rasa sayang bercampur aduk, bak beberapa warna yang tercampur menjadi satu sampai menjadi suram tak berupa, itulah yang di rasakan Renzela.
Senang jika pernikahan ini bisa terjadi karena itu akan mempermudah Renzela mengakhiri keserakahan Papinya, tapi begitu sedih sampai rasanya begitu sesak menusuk ke dalam dada, sosok Papi yang begitu dia sayangi tidak mengucapkan sepatah katapun bahkan untuk sekedar basa-basi saja tidak. Padahal dia sedikit berharap Papinya akan mengulur pernikahan ini dan menunjukkan kasih sayangnya.
"Tenang Renzela, mungkin Papi begitu karena masih terkejut dengan pernikahan yang tiba-tiba ini." Saat hati terus berdebat dengan perasaannya sendiri, Renzela sampai tidak sadar kalau kata 'Sah' sudah terlontar dari mulut para saksi yang ada di sana. "Apa, sah? Kapan mulainya?" Dia sampai refleks menoleh ke arah Darrel, bahkan menarik ujung jas lelaki itu agar menoleh ke arahnya.
"Apa Renzela?" Darrel langsung menoleh, bahkan sudut bibirnya ikut bergerak seolah sedang bernafas lega karena akhirnya wanita yang harus dia nikahi sudah menjadi istrinya. "Tersenyum lah. Kontrak kita baru di mulai Renzela!" bisik nya seolah berkata jangan memasang wajah tegang seperti itu jika ingin mengelabui Papinya dengan pernikahan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Muryanti
tolong dilanjut ya aku tunggu
2023-01-22
0
Anisnikmah
gimana reaksi keluarga Darrel ya,, moga gak dibully
2023-01-22
0
eka agustyan
semoga ranzela sm darel bahagia
2023-01-22
0