"Apa mungkin lelaki itu pacarnya?" Darrel hanya bisa menebak, ekspresi wajah Renzela mendadak terlihat murung setelah munculnya lelaki yang bernama Dominic itu, bahkan lelaki itu pun begitu kaget setelah mendengar kalau dia calon suami gadis ini, ingin bertanya tapi ia urungkan karena ada panggilan masuk di ponselnya. "Argh, terserah, mau itu pacarnya atau siapapun dia, itu bukan urusan ku. Renzela sendiri yang memilih untuk menikah, dan mengubur kebahagiaan nya sendiri." dia lagi-lagi membatin, setelahnya langsung meminta waktu pada Renzela untuk mengangkat panggilan nya.
Beberapa menit berlalu, urusan Darrel tak kunjung usai, panggilan itu terlihat begitu serius membuat raut wajah Darrel terlihat begitu serius.
"Usahakan model nya jangan Clarissa!" Suara Darrel terdengar begitu tegas, panggilan dari adik iparnya sangatlah mengganggu terlebih ide dari lelaki itu selalu membuatnya marah, bahkan karena panggilan itu juga dia harus kembali meninggalkan Renzela dan membuatnya menunggu, "Cari model lain!" titahnya lagi.
"Bang, kenapa harus yang lain. Clarissa sangat cocok untuk di jadikan model produk baru musim panas kita," Arkan di sebrang sana terus membujuk, bukan hanya putri seorang menteri yang terpandang-Clarissa juga seorang model papan atas; tubuh ideal, kulit putih, wajah cantik nan ayu, rambut panjang ikal bergelombang menyempurnakan penampilannya yang nyaris tak ada kekurangan sedikitpun, mana bisa mereka melewatkan aset langka itu, "Bahkan Nona Clarissa sendiri yang menawarkan diri, Bang. Bagaimana bisa kita menyia-nyiakan itu." jelasnya lagi.
"Aisst," Darrel hanya bisa berdecak, jika mengingat hal itu adik iparnya memang tidak salah, sosok Clarissa yang terkenal dengan popularitas yang tinggi pasti akan mempermudah penjualan produk desain mereka, tapi tetap saja selalu ada yang membuat nya kesal. "Terserah kau saja. Lakukan dengan benar, jangan mempersulit hidup ku!" Akhirnya mengalah, dia tidak bisa egois dengan melibatkan hubungan pribadi dan pekerjaan.
"Siap Bang." Arkan di sebrang sana langsung tersenyum kegirangan, inilah tujuannya sampai bela-belain membujuk Kakak iparnya yang nyaris tak pernah bisa di rayu, dia ingin mendekatkan Clarissa agar Kakak iparnya tidak terus melajang sampai tua, terlebih wanita itu sangat menyukai Kakak iparnya, "Ngomong-ngomong, kapan Abang pulang? Tumben sekali dinas keluar Negeri tanpa mengajak ku?" tanyanya lagi heran, padahal kalau dalam urusan pekerjaan dia yang selalu di repot kan.
"Jangan banyak tanya, lakukan saja tugas mu." Darrel engga banyak bercerita, dia memilih mengakhiri panggilannya, dan lekas kembali menghampiri Renzela. Saat tadi kesal karena adik iparnya kini matanya mendadak gatal, ada apa lagi dengan gadis itu sampai memasang wajah murung yang menjijikan.
"Heh bocah." Darrel langsung berdiri tegak di hadapan Renzela yang masih menekuk kepalanya, "Kalau kau ragu untuk menikah karena pacarmu itu. Akhiri saja semua ini sebelum terlambat." tuturnya lagi memberi kesempatan. Tadi begitu percaya diri mau menikah, sekarang tiba-tiba murung membuat nya kesal.
Darrel tidak mau keadaan malah berbalik padanya, seolah dia yang memaksa Renzela menikah, padahal dia juga hanya terpaksa karena terdesak keadaan. Dia tidak mau hubungan itu semakin rumit, karena sedari awal dia muak menjalani settingan hubungan sakral ini terlebih di dasari keterpaksaan ia tidak mau itu sampai berdampak pada fisiologis dan menjadi tekanan. Dia enggan menjalani kehidupan yang merepotkan.
"Hemh" Renzela sampai tersenyum ketir, tahu apa lelaki ini tentang kehidupannya sampai bisa menyimpulkan hal bodoh seperti itu, "Anda terlalu kolot untuk berurusan dengan bocah seperti saya, tapi mohon bantuannya, Pak Darrel Bastian Baskara."
Darrel sampai tertegun, ekspresi macam apa itu, gadis itu sampai menatapnya dengan tatapan aneh seolah dia tidak boleh asal bicara, "Aisst.... Apa dia pikir aku harus bisa membaca pikirannya dan tahu apa yang dia rasakan." Dia hanya bisa berdecak dalam hati, tidak henti-hentinya dia di buat geleng kepala oleh Renzela, dan lagi sekarang kenapa gadis itu langsung melangkah pergi mendahuluinya. "Heh, setidaknya perlihatkan kalau pernikahan ini benar-benar di dasari kasih sayang tanpa paksaan kan?"
Renzela sampai refleks berhenti, pintu utama rumah sakit yang sudah di depan mata membuatnya ingin bergegas masuk menemui Mami nya, dia butuh sandaran sampai lupa kalau ada skenario yang harus dia perankan. "Tenang Renzela, Daddy Kenan sudah bersusah payah membujuk lelaki itu, kau jangan bersikap kekanak-kanakan."
"Maaf...." Renzela langsung berbalik dan menundukkan kepalanya, bayang-bayang Dominic yang terlihat begitu menyedihkan setelah mengetahui kalau lelaki ini adalah calon suaminya benar-benar membuat nya iba, tapi apa daya nya dia tidak boleh terhanyut dalam perasaan nya sendiri, dia benar-benar harus memainkan perannya. Lengan sedikit saja dia bisa ketahuan sang Papi kalau mereka sedang membodohi nya, "Ayo masuk bersama, Om." suaranya kini terdengar lebih tenang. Bahkan dia memberanikan diri menarik ujung jas lelaki dingin itu agar jarak mereka bisa lebih dekat.
"Maaf, Papi tidak akan percaya dengan semua ini kalau ekspresi Om terlihat ingin membunuh ku." Celoteh nya dengan senyuman.
"Ck..." Hampir tak percaya, semudah itu Renzela mengubah ekspresi wajah nya, lihat senyuman nya itu, gadis itu seolah-olah sedang meledeknya, kalau dia tidak jauh berbeda dengan seorang monster menyeramkan, "Nona kecil, aku tidak seburuk itu,"
"Aku tidak tahu seburuk apa Ayah gadis ini, tapi melihat dia yang rela mengesampingkan perasaannya sepertinya masalahnya benar-benar rumit." Darrel lagi-lagi membatin, ya mau bagaimana lagi, dia sudah terjebak dalam masalah gadis ini, dan tidak bisa di pungkiri dia juga akan mendapatkan keuntungan dari nya. "Ayo!" ajaknya.
Renzela sesaat tertegun, dia tidak meminta lebih, dia hanya ingin Om Darrel bisa sedikit bersikap baik padanya saat sedang memeragakan skenarionya, tapi ternyata lelaki ini lebih pandai memainkan peran nya, bahkan langsung meraih telapak tangannya dan menggenggam nya dengan erat. "Om?"
"Meski tidak nyaman, tahan lah. Ini lebih baik dari pada aku harus melakukan yang lebih dari pada ini." Darrel hanya menjawab asal, masih dengan ekspresi wajah datar dia langsung melangkahkan kakinya tanpa ada niatan untuk menoleh menatap wajah gadis kecil ini.
...***...
Darrel duduk tegak, menatap sosok lelaki yang katanya adalah Ayah dari wanita yang harus dia nikahi, sesaat dia hampir tak percaya, apakah lelaki paruh baya itu masih pantas di panggil Ayah. Bahkan saat pertemuan pertama mereka lelaki itu tidak sepantasnya mengajaknya bicara berdua saja hanya untuk membahas hal ini.
"Bukannya seharusnya dia mengkhawatirkan keadaan putrinya yang akan ku bawa pergi," Sungguh serasa bukan dirinya, Darrel terus di suguhkan dengan hal menjengkelkan tapi dia harus bersabar tanpa pergerakan untuk menyingkirkan hal-hal menjengkelkan itu. "Maaf, Pak. Saya ingin menikahi Renzela karena menyayangi nya bukan untuk membeli nya dari bapak."
Kekesalan Darrel benar-benar sudah naik ke ubun-ubun, kalau saja dia tidak ingin menghargai sosok Pak Kenan dia enggan sekali berurusan dengan lelaki ini. Skenario nya terlalu memuakkan untuk dia perankan.
"Akh, Nak Darrel sepertinya salah faham. Saya bukan bermaksud seperti itu." Bernard sampai tersenyum kecil. Dia hanya akan memanfaatkan kesempatan saja, kalau lelaki ini benar-benar menginginkan putrinya maka turuti kemauannya karena tidak ada yang bisa menikahkan Renzela selain dirinya. "Nak Darrel pasti orang baik sampai putri saya mau menikah dengan anda di usianya yang sangat muda, jadi sepertinya hanya membantu saya yang merupakan Ayah mertua anda, anda tidak akan keberatan kan?"
"Aisst, dia bahkan pandai bicara." Tangan Darrel sampai mengepal keras di bawah sana. Sungguh malang gadis kecil itu, bahkan di situasi seperti ini saja sosoknya benar-benar di manfaatkan oleh Ayahnya sendiri, "Iya, berapa yang anda inginkan?" Dia terpaksa harus mengikuti permainan Pak Bernard. Mau bagaimana lagi, Dia sudah berjanji akan bersandiwara sebaik mungkin, seolah-olah dia menyayangi Renzela.
"Satu miliar."
"Apa, satu M?" Darrel sampai tercengang kaget, sesaat dia berpikir haruskah dia membunuh lelaki ini untuk Pak Kenan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Anisnikmah
bunuh saja lah.. bungkam dengan uangmu pasti mati dia🤣
2023-01-22
0
Erna Fadhilah
ada ya ayah yg tega mau menjual anaknya 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2023-01-20
0
Nyi Arifin Bwi
BUNUH SAJA DARREL ,MERTUA MATA DUWITAN DAN MATA PEREMPAN
2023-01-17
0