"Duh, terima kasih Bu Irian atas jamuan nya. Padahal kami kesini tidak mau merepotkan." Senyuman cerah sampai tergambar jelas di wajah Bu Arini, usahanya dengan sang suami untuk bertamu ke kediaman keluarga Baskara rupanya tidak sia-sia seperti kemarin saat ingin menemui Darrel di kantor. "Bahkan makan malamnya terasa enak seperti di restoran bintang lima." ucapnya lagi penuh pujian.
"Tidak apa-apa Bu. Justru kami senang kedatangan Ibu, dan Pak menteri. Apalagi niat baik kalian, saya benar-benar bingung harus bagaimana lagi mengutarakan perasaan saya saking senangnya." Iriana ikut tersenyum senang, bagaimana tidak, mereka yang sedang menantikan seorang jodoh untuk putra pertama mereka kini malah ada yang mau menjalin hubungan kekeluarga dengan menjodohkan putra putri mereka. "Ayo Bu, Pak, kita berbincang di ruangan tamu saja." ajaknya pada pasangan suami istri itu.
Perasaan Atmaja dan Arini sendiri benar-benar berbunga-bunga, sepertinya niat mereka mengabulkan permintaan putrinya untuk menjadikannya pasangan Darrel mendapatkan respon baik dari keluarga Baskara.
"Sudah pasti mereka senang dengan tawaran perjodohan ini, rumor yang aku buat benar-benar sudah mengacaukan mereka." Arini sampai membatin senang, kini rencananya tinggal selangkah lagi yaitu memastikan semuanya sampai benar-benar deal. Dia yakin Darrel pun pasti tidak akan menolak perjodohan ini daripada rumor itu semakin menjadi, terlebih putrinya mempunyai paras yang cantik, bagaimana pun Darrel pasti akan jatuh cinta. "Jadi bagaimana Bu, Pak keputusan nya? Putri kami begitu patuh, dia bersedia menjadi pasangan Nak Darrel."
"Begini Bu, saya pribadi begitu senang dengan niatan perjodohan ini. Terlebih putra dan putri kita juga sudah saling kenal. Tapi saya tidak bisa mengambil keputusan sendiri, biar Darrel yang akan memutuskannya." Baskara kini yang menjawab, jujur rasanya dia ingin langsung mengiyakan tawaran perjodohan ini, tapi dia tidak bisa apa-apa, dia sudah bisa membayangkan akan sebenci apa Darrel padanya jika dia bertindak sesukanya. "Darrel sekarang sedang dinas diluar negeri, Bu." tuturnya lagi menjelaskan.
Belum juga selang beberapa detik Baskara bicara, tiba-tiba ponselnya berdering dan begitu senangnya dia ternyata itu panggilan dari putranya. "Wah, panjang umur Bu, Pak. Darrel menghubungi saya biar saya langsung tanyakan sekarang." ucapnya memberi tahu, bahkan dia langsung pamit sebentar untuk menerima panggilan itu.
"Halo Darrel?" Baskara langsung memanggilnya setelah dia mengangkat panggilan itu. Bahkan begitu antusias ingin langsung mengatakan tentang perjodohan yang Pak Atmaja ajukan. "Dar..." baru mau bicara perkataannya malah terpotong karena putranya sudah bicara.
"Aku tidak mau jadi anak Durhaka jadi aku harus memberi tahu Ayah dan Ibu." Suara Darrel di sebrang sana terdengar begitu serius, bahkan dari intonasinya saja terdengar sedang terburu-buru. "Aku akan menikah, Yah. Akadnya akan di lakukan di sini. Ayah dan ibu tidak perlu repot-repot menyusul ku ke London. Kalian hanya perlu merestui kita." jelasnya tanpa dosa.
Tentunya itu sukses membuat Baskara mematung, hampir saja di kehabisan nafas, kesambet setan dari mana putranya tiba-tiba bicara seperti itu, dikira meminta izin menikah seperti meminta izin mau pergi ke kantor sampai buru-buru dan enteng begitu. "Menikah?" Kaget setengah mati, jika itu hanya lelucon itu tidak mungkin, dia tahu watak putranya seperti apa jadi perkataannya bukan hanya main-main saja. "Darr...." Ingin bicara, tapi lagi-lagi Darrel memotong perkataan nya.
"Aku tidak memiliki banyak waktu, Yah. Kalau ada pertanyaan bukukan saja, setelah kembali ke Indonesia aku akan langsung menjawabnya." Lagi-lagi Darrel menjawab dengan begitu enteng,
Dan tentunya itu membuat Baskara darah tinggi, putra macam apa, bahkan tanpa dosa menyuruh nya menumpuk segudang pertanyaan tanpa adanya jawaban, bahkan putranya sudah bisa menebak isi pikirannya sampai tidak memberikan dia kesempatan untuk bertanya. "Darrel...!"
"Akh iya, satu lagi." Pura-pura tidak mendengar, Darrel memilih mengabaikan panggilan Ayahnya karena sudah pasti urusannya akan lebih panjang kalau dia layani. "Besok aku langsung kembali ke Indonesia. Dan setelah sampai di rumah tolong perlakuan istri ku dengan baik, jangan membebani nya dengan pertanyaan aneh-aneh kalian. Itupun kalau Ayah dan ibu tidak mau aku menduda seumur hidup, kalau sampai istri ku kembali lagi ke London karena ulah kalian."
Pip.......
"Darrel....Darrel.....!" Di panggil-panggil pun percuma. Panggilannya sudah tertutup, Baskara sampai mengelus dada, bisa-bisa dia memiliki putra menjengkelkan seperti Darrel. Setelah melemparkan kabar mengejutkan bak sebuah bom waktu, dengan seenaknya putranya itu malah mengakhiri panggilannya tanpa membiarkan nya bicara walau sempat kata, "Darrel Bastian, awas saja kau. Aku akan benar-benar menghajarnya. Kalau dia kembali." Kesal sendiri, walau senang putranya memberi kabar akan menikah tapi tidak dengan cara seperti ini.
"Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba membawa kabar akan melangsungkan akad pernikahan." Lagi-lagi Baskara hanya bisa mengomel sendiri, bahkan rasanya dia ingin membanting ponsel itu. "Aisst. Coba kalau jaman sekarang tidak ada ponsel, anak itu pasti akan langsung meminta izin di hadapan ku, dan saat itu pula aku pasti akan langsung menghajarnya."
Baskara hanya bisa terus mengumpat dalam hati, perasaannya nya jadi kacau balau, senang karena putranya memutuskan untuk menikah walau calon istrinya masih begitu misterius, tapi gundah bagaimana dia akan menghadapi Pak menteri yang sudah menunggu jawaban darinya.
"Tapi seperti apa ya wanita yang sudah membuat Darrel bertingkah gila seperti itu." Rasa penasarannya mulai menjadi, bagaimana tidak, selama ini dia tidak pernah tahu bagaimana putranya memperlakukan seorang wanita, dan sekarang saat sudah mulai serius, belum juga wanitanya ada di hadapan mereka, anak itu sudah mengancam dia untuk memperlakukan wanitanya dengan baik.
...***...
London.
Renzela terus memainkan ponselnya, sesekali menengok ke belakang melihat keberadaan Pak Darrel, katanya lelaki itu pamit sebentar ingin menghubungi seseorang tapi malah membuatnya menunggu lama sampai harus terus berdiri di depan restoran yang tadi, "Kalau mau menghubungi orang kenapa tidak tadi saja saat di dalam, bikin orang pegal saja harus menunggu sambil berdiri begini," gumamnya kesel. Belum juga beberapa detik sosok yang sedang dia umpat rupanya sudah ada di belakangnya.
"Tidak sampai lima menit saja kau sudah se-cengeng itu." Darrel tidak kalah sinis menatap Renzela, untung dia masih bisa bersabar mengingat kalau dia benar-benar harus membantunya. "Ayo jalan!" ajaknya sambil mulai melangkah.
"Kemana Om?" Renzela sampai refleks mengikuti langkah Darrel, walau tidak tahu agenda apa lagi yang lelaki ini rencana setelah mereka menandatangani kontrak pernikahan, tapi dia mau saja mengikutinya.
"Rumah sakit." Darrel menjawab singkat, setelah tadi dia menghubungi Ayahnya, dia langsung menghubungi Pak Kenan, dan beliau langsung menyuruhnya ke rumah sakit yang jaraknya tidak jauh dari restoran tadi. "Kita akan melakukan akad nikah di sana." ucapnya lagi menjelaskan.
Renzela sampai mematung, "Apa katanya tadi, akad nikah? Di rumah sakit?" Dia hampir kehabisan kata-kata, bahkan tubuhnya benar-benar berhenti melangkah saking kagetnya.
"Heh, kenapa masih diam?" Darrel yang sadar akan keterkejutan Renzela sampai menyeringai kecil, bahkan langsung membalikkan badannya melihat gadis kecil itu, "Kenapa?" tanyanya lagi karena Renzela masih mematung tanpa kata.
"Om Darrel!" Renzela mulai kesal, sampai memanggil lelaki itu dengan suara nyaring, "Kenapa harus menikah sekarang. Kenapa mendadak seperti ini?" omelnya lagi masih kesal, bukan karena apa-apa, dia hanya belum mempersiapkan hatinya untuk melepas status nya menjadi istri orang meski hanya sebatas pernikahan kontrak.
"Aku sibuk Renzela, mau besok, esoknya lagi atau sekarang pun tidak ada bedanya. Kita memang akan menikahkan kan. Lebih cepat lebih baik. Aku harus segera kembali ke Indonesia, kau pun harus bersiap-siap untuk ikut dengan ku." Darrel berusaha menjelaskan, dia tahu itu pasti sulit untuk Renzela, terlebih gadis itu harus ikut dengannya meninggalkan sosok ibunya yang sedang terbaring koma, tapi mau bagaimana itu pilihannya.
Jujur, setelah Darrel mengetahui fakta tentang keadaan Ibu Renzela dia mendadak menjadi begitu iba padanya. Sekuat apa gadis kecil ini sampai mau menukarkan kebahagiaan nya dengan sebuah pernikahan yang memuakkan.
"Besok kita akan langsung pulang ke Indonesia, setelah merayakan resepsi dan mengurus pindahan sekolah mu, kita ke sini lagi, untuk menjenguk ibumu." Darrel sampai harus menjelaskan agenda yang sudah dia rencanakan, ekspresi gadis kecil itu terlihat begitu sedih membuat dia merasa harus membujuknya.
"Sungguh?" Senyuman di bibir Renzela kembali terlihat, bahkan kini dengan begitu antusias kembali berjalan menghampiri Darrel untuk berjalan beriringan dengan nya.
"Aisst, semudah itu." Darrel sampai gelap kepala, mana ekspresi wajah yang tadi begitu mengkhawatirkan, hanya dengan bujukan seperti itu saja Renzela sudah kembali tersenyum kegirangan. "Sia-sia aku mengasihaninya." batinnya tersenyum kecil. Setelah di lihat-lihat dia baru sadar kalau Renzela benar-benar mungil bahkan tinggi badannya hanya sejajar dengan dadanya. "Heh. Tambah lagi adik yang harus ku urus." Lagi-lagi hanya bisa menghela nafas, mau bagaimana lagi, semuanya sudah terlanjur dia hanya tinggal menjalankan dengan baik.
"Renzela!"
Langkah mereka tiba-tiba terhenti, Darrel sampai terkejut saat ada seorang lelaki yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka dan memanggil Renzela dengan begitu hangat, bahkan setelah di perhatikan pun, bukan hanya ucapannya, tatapan lelaki itu bahkan terlihat berbeda saat menatap Renzela.
"Do-dominic!" Renzela sampai gugup, kenapa di situasi seperti dia harus bertemu dengan nya. Dia sampai bingung harus bagaimana dan memilih membuang muka tidak ingin saling bersitapa.
"Renzela, kenapa kau terus mengabaikan ku seperti ini, kau belum memaafkan ku?" Suara Dominic sampai terdengar paruh, tatapannya sedikitpun tidak beralih pada Renzela sampai tidak sadar ada seorang lelaki di samping wanita yang di sayangi nya, "Aku minta maaf, Renzela."
Renzela sampai tidak enak melihat pemandangan seperti itu, jujur hati kecilnya juga merasa kasian melihat keadaan Dominic yang tengah di runding rasa bersalah, tapi bagaimana lagi, semuanya sudah terlambat sekalipun dia memaafkannya. "Iya, aku maafkan. Tapi maaf kita harus pergi." Dia memberanikan diri untuk bicara, bahkan tangannya refleks melingkar di lengan Darrel untuk menghindari Dominic.
"Kita?" Dominic sampai tersentak, dia baru sadar ada lelaki di samping Renzela. Dan kenapa Renzela terlihat dekat dengannya. "Dia siapa?" tanyanya penasaran. Dia senang mendapatkan maaf dari Renzela tapi kenapa saat ada seorang lelaki di sampingnya.
"Saya calon suami, Renzela!" Dengan begitu percaya diri Darrel langsung menjawab, tidak tahu apa hubungan mereka tapi saat melihat ekspresi Renzela dia merasa harus membantunya.
"Apa suami?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Budi Prasetyo
lanjutkan
2023-01-14
0
Erna Fadhilah
udah lama kok blm up up si thor?
2023-01-13
0
Yurniati
lanjut thorr
2023-01-11
0