Darrel sampai memijat pelipisnya, menatap heran wanita kecil yang tengah duduk di hadapannya. Dari penampilan dan cara berpakaiannya saja dia sudah bisa menebak kalau umurnya pasti masih sangat muda. Bahkan mungkin lebih mudah daripada adik bontot nya.
Tidak habis pikir, kenapa di usianya yang masih semuda itu mau memilih jalan yang begitu rumit,"Bukannya dia terlalu muda untuk mengambil keputusan ini." Dia hanya bisa membatin, mengingat kembali ucapan Pak Kenan kalau keponakannya ini membutuhkan sosok wali pengganti untuk mengalihkan kekuasaan aset warisan Kakeknya dari Ayah nya sendiri. Walau baginya itu terdengar tidak masuk akal, tapi sepertinya alasan itu benar adanya. Gadis ini tidak mungkin senekat ini mengikuti rencana Om nya untuk menikah.
Renzela sendiri tidak ambil pusing, walau masih terkejut karena lelaki yang akan menjadi calon suaminya terlihat seperti Om-om, setidaknya lelaki itu sangat tampan, dan yang terpenting mau mengabulkan permintaan Daddy Kenan untuk membantunya.
"Pak, apa saya boleh sambil nyemil?" Seulas senyum yang di paksakan terlihat jelas di bibir Renzela, bukan karena apa-apa, dari tadi lelaki itu hanya terdiam membuatnya bosan, terlebih dessert yang sudah tersaji di atas meja bak sedang melambaikan tangan seolah meminta dia untuk memakannya.
"Silahkan!" Darrel lagi-lagi menghela nafas, bahkan bukan hanya penampilannya, tingkah gadis ini pun memperlihatkan kalau dia masih sangat muda. Lihat saja cara gadis itu melahap dessert coklat nya, itu tidak jauh berbeda dengan kedua keponakannya Syakir dan Syakira.
"Berapa umurmu?" Darrel langsung bertanya untuk memastikan, dia harus tahu akan selama apa dia harus berurusan dengan Renzela sebelum gadis ini benar-benar dewasa dan bisa mengelola sendiri semua aset-aset nya.
"Tujuh belas," Renzela menjawab singkat dan tentunya itu membuat orang di depannya kembali terkejut.
"Aisst!" Darrel sampai langsung meneguk kopi nya dengan kasar, frustasi sendiri, berarti kalau sekarang masih tujuh belas setidaknya butuh waktu tiga sampai empat tahun lagi sampai gadis ini benar-benar dewasa. "Jadi selama itu aku harus menjadi pengasuhnya." Lagi-lagi hanya bisa membatin. Bagaimana tidak, selain harus menikahi Renzela, Pak Kenan juga memintanya untuk bisa menjaga gadis ini. "Kalau bukan karena rumor itu aku tidak akan segila ini."
Bahkan perkataan Pak Kenan masih terngiang-ngiang di kepala Darrel, "Meskipun Nak Darrel tidak menyukai Renzela, tolong jangan sampai menyakitinya." Setelah di pikir-pikir rupanya pernikahan ini begitu berat. Tapi kalau dia mundur pun percuma, dia sudah melangkah sejauh ini bahkan dia sudah melewatkan waktu berharga nya di Indonesia demi menemui Renzela.
"Renzela?" Darrel sampai harus memanggil gadis itu. Bisa-bisanya masih terlihat fokus pada dessert nya tanpa mempedulikan dia yang hampir gila karenanya.
"Emmh?" Renzela sampai langsung mengangkat wajahnya menatap sosok Darrel, bahkan tangan yang sedang menyendok dessert itu ikut terhenti. "Apa Pak?"
"Aisst." Suasana hati Darrel yang sudah kacau tambah kacau lagi, gadis kecil ini malah tanpa dosa terus memanggilnya dengan panggilan Pak, rasanya dia muak mendengar nya, "Saya bukan bapak mu, jangan memanggilku Bapak!"
Bukannya menanggapi, Renzela malah asyik menyantap dessert nya kembali sampai suapan terakhir, "Iya, baiklah biar saya panggil Om, saja."
"Argh," Darrel sampai mengepalkan tangannya erat, bisakah dia mengantongi anak ini dan melemparnya jauh-jauh. Seenaknya saja memanggilnya Om, membuatnya terlihat semakin Tua. "Terserah lah. Panggil apa saja senyaman mu." Baru juga pertemuan pertama Darrel sudah kewalahan, bagaimana nanti kalau gadis kecil ini benar-benar sudah menjadi tanggungjawab nya. "Ini!" Tidak ingin berbelit-belit, dia pun langsung mengeluarkan beberapa lembar kertas yang sudah dia bukukan, langsung menyimpan nya di hadapan Renzela setelah melihat gadis itu benar-benar menghabiskan cemilannya.
"Apa ini?" Renzela sampai keheranan, terlebih setelah melihat judul besar yang tertulis di halaman depannya. "Kontak perjanjian?"
"Iya, aku bersedia menikah dan membantu masalah mu, tapi setelah kau dewasa dan mampu mengurus semua kekayaan mu, ayo kita bercerai." Darrel langsung menjelaskan, inilah kenapa dia ingin bicara empat mata dengan calon istrinya.
Renzela sampai tertegun, sejujurnya dia juga engga melakukan pernikahan ini tapi sedikitpun dia tidak terpikir sampai harus menjalani pernikahan kontrak seperti ini, "Jadi maksud Om, setelah Om puas menyentuh ku Om akan membuang ku begitu saja, begitu?"
"Heh. Kau masih kecil tapi pikiran mu sudah seliar itu!" Darrel sampai geleng kepala, bisa-bisanya anak kecil ini sampai berpikir jauh ke arah sana. "Baca dulu baru bicara, Renzela!" tuturnya lagi sambil mengarahkan sebuah pensil dan dia pukulan pada kening Renzela, sepertinya dia harus mencuci otak anak ini agar pikirannya bisa sedikit dewasa.
"Aww, sakit Om!" Renzela sampai mengelus-elus keningnya, jujur dia juga malu kenapa dia bisa sampai berpikir ke arah situ. Dia benar-benar terkejut, "Kenapa harus begini?" kekecewaan sesaat terlintas di hatinya, jika mau menikahinya kenapa harus ada kata perceraian setelahnya. Padahal dia sudah bertekad untuk tetap kuat, tapi calon nya sendiri yang membuatnya semakin rapuh.
"Renzela, dengarkan penjelasan ku!" Darrel langsung bicara setelah melihat raut wajah Renzela yang terlihat murung. Dia bukan bermaksud menyinggung nya, justru menurutnya apa yang dia lakukan itu juga untuk kebaikan Renzela sendiri. "Kau masih muda, masa depan mu masih panjang. Terserah apa kau akan menerima atau tidak kontrak ini tapi menurutku ini juga untuk kebaikanmu."
Renzela masih tertunduk, perlahan dia membuka lembaran-lembaran itu dan membacanya, "Ini?" Dia sampai kaget, jadi maksudnya pernikahan itu hanya sebatas formalitas saja.
"Iya. Jadi jangan berpikir yang aneh-aneh kalau aku akan membuang mu setelah puas menikmati mu, karena sedikit pun aku tak tertarik pada mu. Jalani saja hidup mu sendiri dengan tenang, belajarlah dengan sungguh-sungguh, agar kau bisa mengelola kekayaan mu sendiri."
"Tapi apa ini?" Renzela mulai bertanya, di sana tertulis ada salah satu poin yang mengatakan kalau dia harus berperan menjadi istri yang baik untuk nya, bukannya itu sungguh membingungkan. "Pak Darrel seolah membiarkan saya berkeliaran bebas, tapi memasangkan sebuah tali yang erat."
"Itu hanya berlaku saat kita berada di wilayah sosial dan di depan keluarga ku, selebihnya aku tidak aku menuntut apapun dari mu." Darrel kembali menjelaskan, bahkan dia langsung memberi tahu Renzela di bagian mana gadis itu harus menandatangani kontrak nya, "Aku bersedia menikahi mu dan membantu mu, tapi kau juga harus menyetujui kontrak ini."
"Kalau aku tidak mau?"
"Ya sudah. Saya akan kembali ke Indonesia dengan tangan kosong tanpa membawa mu." Darrel bahkan langsung beranjak dari duduknya. Apa Renzela kira kalau dia juga tidak bisa mempermainkan nya.
Renzela sampai kutar ketir, refleks menarik ujung jas lelaki itu dan menahannya, "Akh, jangan Pak. Jangan pergi, iya saya setuju dengan kontrak ini?" ucapnya cepat. Bahkan dia langsung mengambil pensil dan menandatangani nya. "Ini sudah!"
Darrel sampai menyeringai kecil melihat tingkah anak itu, "Dasar konyol." batinnya sambil kembali duduk. Ada banyak sekali yang harus dia jelaskan pada Renzela, agar keluarganya bisa percaya kalau dia menikahi Renzela benar-benar karena mencintai nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Nyi Arifin Bwi
DAREEL AKAN BICIN SAMA SI BOCIL KOK, APALAGI KEPONAKAN KENZO ITU CERIA,CANTIK, BAIK, HANYA KARENA PAPANYA POLIGAMI,DIAM DIAM LAGI JADI HARUS AMBIL JALAN INI ,
2023-01-07
0
Erna Fadhilah
pak darrel mah sekarang masih sok sok an nolak renzela nanti lama kelamaan jadi bucin
2023-01-07
0
Budi Prasetyo
bakalan seru ni cerita
2023-01-06
0