“Damian, apa maksud kamu? apa kamu membatalkan perjodohan dengan Jessy?!” kata Hans ayah Damian dengan ekspresi wajah marahnya.
“Sejak awal saya tidak pernah mengatakan setuju dengan perjodohan yang Anda buat itu.”
“Tapi jika kamu tidak menikah dengan Jessy, siapa yang akan kamu nikahi? tidak ada wanita yang cocok dan bisa mencintai kamu denga tulus selain Jessy!”
Hans sangat menyukai jika Jessy yang lembut dan juga baik itu menjadi menantunya. Ia akan sangat senang jika wanita itu yang menjadi istri untuk Damian.
“Bukankah sudah pernah saya katakan pada Anda? saya tidak akan pernah setuju dengan perjodohan itu! apapun yang saya inginkan, hanya saya yang berhak menentukan itu!” tegas Damian.
Tatapan Damian pada ayahnya terlihat tidak dekat. Ada kebencian dibalik wajah datar dan tenang itu.
“Ayah tahu jika kamu membenci Ayah. Dan sampai kapanpun Ayah sadar jika kesalahan Ayah tidak akan pernah bisa dimaafkan. Tapi apa yang Ayah lakukan untuk kamu demi kebaikan kamu,” kata Hans dengan wajah yang sedikit sendu.
Sosok lelaki paruh baya yang selalu terlihat tegak dan berwibawa itu, kini terlihat sangat sendu seolah ia kini sedang mengingat masa lalunya.
Melihat jika suasana saat ini tidak berjalan baik dan kondusif. Darren yang merupakan anak pertama dan kakak Damian, ia berniat untuk menjadi penengah.
“Ayah, Anda harus mengerti dengan sikap Damian. Ia memang anak yang keras kepala dan tidak akan pernah mendengarkan kita. Anda tahu bukan jika Damian akan mendengarkan ucapan ibu saja?” Darren yang memang terkenal lembut, ia berusaha untuk menengahi itu.
“Tapi Darren, kamu jelas tahu jika pernikahan ini telah di atur sejak lama. Bahkan saat itu juga ibu kalian telah setuju,” kata Hans.
Perjodohan itu sudah diatur sejak Damian masih SMA. Kebetulan saat itu Jessy yang merupakan adik kelas di sekolah Damian dulu. Karena kedekatan keluar mereka juga akhirnya memutuskan perjodohan itu.
“Saat itu Ibu merasa khawatir karena Damian tak pernah dekat dengan wanita manapun. Tapi Ayah, Darren yakin jika tidak seharusnya kita memaksakan perjodohan ini terus-menerus.”
*****
Beberapa hari kemudian.
Erika sebenarnya merasa heran karena akhir-akhir ini Jessy jarang terlihat. Wanita itu juga seolah menghindar darinya.
“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Damian saat Erika baru saja menyapa para pelanggan yang keluar.
“Tuan? untuk apa Anda di sini?” kini Erika sadar jika laki-laki yang ada dihadapannya ini memang serius untuk mengejar dirinya.
Laki-laki itu beberapa kali berusaha mendekatinya, ia juga dengan terang-terangan seolah ingin membuat orang-orang tahu jika mereka seolah ada hubungan.
“Anda seharusnya menjaga jarak! bagaimana mungkin Anda seperti ini pada saya? saya ini adalah wanita yang sudah memiliki dua orang anak. Apa Anda tidak malu jika akan ada gosip yang mengatakan bahwa Anda ada hubungannya dengan saya?” kata Erika dengan tatapan yang kurang bersahabat.
Wajah manis Erika yang terlihat seolah ia masih remaja, dan karena wajah manis itu Damian berfikir jika Erika justru terlihat lucu dibandingkan menyeramkan.
“Tuan, Anda mendengarkan saya bukan?” tanya Erika yang hanya dijawab dengan tatapan lurus dari Damian. Laki-laki itu tidak mengatakan apapun. Ia hanya diam dan tak berbicara.
“Jika saya menjaga jarak, siapa yang akan menjaga anak kita berdua?” kata dengan tenang itu, justru membuat Erika yang mendengarnya merasa takut.
“Sudah saya katakan waktu itu, jika mereka anak saya bersama dengan suami pertama saya. Bukankah Anda juga mengetahuinya? tidak mungkin Anda tidak tahu kebenaran itu,” kata Erika tegas.
Tangannya terlihat bergetar karena gugup, tapi sebisa mungkin Erika tahan. Mungkin itu hanya gertakan saja dari Damian untuknya.
Lagipula Erika berfikir jika Damian mengetahui kedua anak itu adalah anaknya. Sudah dipastikan bukan jika laki-laki itu akan membawa anaknya itu?
Tapi kenapa tidak?
“Saya permisi,” kata Erika yang langsung pada tugas awalnya yang memang merupakan seorang koki. Jika saja bukan karena permintaan Jessy, mungkin Erika tak akan berada di sini.
Karena biasanya yang menyapa para pelanggan tetap adalah Jessy selaku pemilik restoran. Dan Erika telah dipercaya untuk menjaga restoran sementara waktu.
“Erika,” panggil seseorang.
Erika yang awalnya hendak memasuki tempatnya itu, ia langsung menghentikan langkahnya itu dan menatap orang yang memanggilnya.
“Tu-tunggu Erika!”
Johnathan berusaha untuk menahan agar Erika tetap di tempatnya itu. Johnathan tidak akan membiarkan Erika mengabaikannya terus-menerus.
“Johnathan, oh bukan Tuan johnathan. Untuk apa Anda memanggil saya?” acuh Erika dengan tatapan terlihat tak suka.
Bagaimana bisa laki-laki itu berada di sini, sedangkan istrinya yang sedang hamil besar sedang makan dengan keluarganya yang tempatnya itu tak jauh dari tempat mereka bicara ini.
“Apa kamu memiliki waktu? aku mohon beri waktu agar aku bisa berbicara dengan kamu walau hanya sebentar saja,” kata Johnathan.
“Tuan, Anda benar-benar tidak tahu diri. Istri dan anak serta keluarga Anda sedang makan di tempat ini. Saat ini apakah Anda tidak akan takut jika orang-orang akan berfikir kita ada hubungan?” sebenarnya Erika bisa saja langsung pergi begitu saja.
Tapi Erika tahu jika masalah ini tidak akan selesai jika ia pergi begitu saja. Karena Erika tahu dengn sifat buruk johnathan, laki-laki egois yang keras kepala.
“Apa kita memang tidak ada kesempatan untuk bersama? apa memang tidak ada hal yang bisa kita lakukan agar bisa bersama lagi?” kata Johnathan dengan tatapan berharapnya.
“Menjijikan! bagaimana saya mau menerima Anda jika Anda telah mengkhianati saya. Lagipula saya bahagia hidup bersama dengan anak-anakku.”
Erika memberi jarak cukup jauh, ia tidak ingin jika akan ada gosip buruk yang beredar. Lagipula Erika Sudak tak ada perasaan lagi pada laki-laki itu, hanya saja rasanya ia masih trauma untuk percaya pada laki-laki.
“Aku akan menerima anak kamu. Lagipula kamu tahu jika pernikahan itu terjadi karena kecelakaan. Saat itu aku mabuk hingga meniduri adik kamu.” johnathan berkata dengan ekspresi yang bersungguh-sungguh.
“Jika anak pertama kalian hadir karena kecelakaan yang tak disengaja, lalu bagaimana dengan anak kedua kamu itu? apa ia hadir dengan cara tak sengaja juga?” tatapan Erika kini bukan hanya acuh lagi, tapi dingin dan tidak bersahabat.
Betapa menjijikkannya seorang laki-laki seperti mantan tunangannya itu. Bahkan kini Erika merasa bersyukur tidak bersama dengan laki-laki yang seperti itu.
“Ada apa Anda menemui istri saya?” tanya Damian yang tiba-tiba saja muncul dan merangkul Erika erat.
“Istri? saya rasa jika Anda bukan calon suami dari adik ipar saya!” kata Johnathan tak suka saat Damian sedang merangkul Erika erat.
Meskipun begitu, johnathan tahu siapa Damian. Ia tak mungkin untuk menyinggungnya. Tak ada keberanian dalam diri johnathan untuk menyinggung Damian.
“Dia milikku!” tegas Damian menatap lurus johnathan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments