Aku ingin Om tampan jadi Ayahku Kakak!

Malam harinya.

Entah ini hanya sebuah kebaikan biasa atau memang ada maksud tujuan lain. Kini Jack memberikan kamar terpisah untuk Erika dan anaknya.

Meski begitu, hubungan Erika dan keluarganya itu tak membaik. Ia hanya pulang untuk sekedar beristirahat saja. Kadang kala Erika akan pergi liburan bersama anaknya.

Bukan ke tempat mahal mereka berlibur, hanya tempat biasa. Kalaupun Erika mengajak kedua anaknya ke tempat bagus, itu kadang kadang karena Erika mendapatkan dari teman baiknya.

“Mah, Ana sepertinya nggak bisa minta di dongengkan cerita lagi sama Mamah,” kata Christiana dengan raut yang sedikit sendu.

“Kata siapa? kamu bisa kok kalau mau dibacakan dongeng sama Mamah. Kenapa karena alasan ini Mamah tidak bisa bacakan dongeng? Mamah akan bacakan kamu dongeng sekalipun kamar kita kini terpisah.” Erika tahu mungkin ini saatnya anaknya untuk tidur tanpa dirinya.

Umur mereka sudah enam tahun, dan di saat umur segitu Erika sudah berpisah kamar dengan kedua orangtuanya. Bahkan saat itu Erika masih sekitar empat tahun.

“Tapi itu 'kan beda Mah, Ana masih mau deket terus sama Mamah. Biasanya setiap Ana bangun tidur, Ana akan peluk Mamah,” kata Christiana.

Terpisahnya kamarnya dan ibunya seakan menjadi pertanda jika Erika menikah nanti, mungkin mereka tak akan bisa tinggal satu kamar lagi.

...----------------...

Christiana tidak bisa tidur hingga larut malam. Ia terus saja memandang ke arah langit-langit kamarnya, tidak terasa waktu terus saja berlalu. Hingga saat itu, dia baru bisa tidur.

Keesokan harinya.

Seperti biasa, Christiana akan memakai baju sekolah dengan dibantu dengan ibunya. Bukan karena ia tak bisa untuk melakukan hal itu, tapi karena ia memang tipe anak yang sangat manja.

“Bagaimana tidur kamu?” tanya Erika khawatir.

Ini pertama kalinya anaknya tidur tanpa ditemani oleh dirinya. Jadi, sebagai ibu ia masih merasa cemas serta merasa kurang bisa tidur.

“Ana tidur dengan baik Mah,” kata Christiana yang jelas sekali tidak ingin membuat ibunya merasa gelisah ataupun khawatir.

Chris yang mendengar itu, ia hanya diam dan terus menatap lurus ke arah adiknya. Tatapan yang ia tunjukan terlihat serius dan tak terbaca.

Di jam istirahat.

Christiana sengaja mengajak saudara kembarannya untuk duduk di taman. Tak ada tujuan lain selain ia ingin menikmati suasana tenang taman.

“Kamu tidak bisa tidur bukan?” tanya Chris dengan pandangan lurusnya ke depan. Tatapan matanya itu kini terlihat dalam entah apa yang sedang ia pikirkan.

“Kamu tahu ternyata jika selama ini aku tidak bisa tidur dengan baik?” heran Christiana yang tidak menyangka jika kembarannya itu sebenarnya sadar dengan dirinya yang tidak bisa tidur.

“Sebenarnya aku sempat berfikir malam itu. Apa yang kamu pikirkan dan kamu inginkan ternyata itu adalah hal yang benar!” Christiana menatap ke arah langit.

Christiana mengingat betapa kerasnya Chris yang selalu berusaha untuk membantu ibunya mengusir para laki-laki yang tertarik pada ibunya.

Berbeda dengannya yang ingin melihat jika ibunya itu menikah dan memiliki seorang suami, justru Chris tak pernah mengharapkan itu.

Alasan utama ibunya tidak pernah terlihat dekat dan tidak pernah menikah dengan laki-laki. Itu karena Chris sendiri yang diam-diam mengancam laki-laki itu.

“Aku sekarang paham apa yang menjadi ketakutan kamu selama ini, bukankah kamu tidak ingin jika sampai ibu berpaling dari kita?” tanya Christiana langsung menatap ke arah Chris yang hanya diam.

Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulut laki-laki tampan nan manis itu, anak kecil dengan sikapnya yang datar dan acuh itu hanya diam.

“Tapi aku ingin ibu tetap menikah, dan dengan om tampan waktu itu ...,” ujar Christiana tiba-tiba. Hal itu sontak saja membuat Chris menatapnya.

“Om tampan itu sepertinya sangat suka Mamah. Aku beberapa kali melihat jika om itu terus saja menatap ke arah Mamah. Entahlah, sebenarnya aku tidak ingin jika nanti hal itu akan membuat Tante Jessy sedih,” ujar Christiana dengan nada bimbangnya itu.

Tapi Christiana seolah tahu dan dapat melihat itu dengan jelas, jika selama ini Jessy hanya dianggap sebagai adik oleh Damian.

“Kak, aku sangat menyukai om tampan itu ..., dia adalah laki-laki yang baik. Kakak tahu bukan jika kita telah dilatih sejak kecil untuk mengetahui siapa yang tulus dan siapa yang berpura-pura pada kita? dan om tampan itu adalah laki-laki yang tulus dan juga sangat baik. Dia Ayah yang sama ini diinginkan olehku,” Christiana mengatakan itu semua dengan pandangan matanya yang terlihat lurus.

Seolah ia sedang membayangkan apa yang sempat Christiana alami saat itu hingga membuatnya tahu jika Damian adalah orang yang tulus dan baik.

Flashback

Saat itu, Christiana terlihat sedang berlari dengan kencang. Ia tahu jika dirinya itu salah karena telah keluar rumah sembarangan. Dan kini ia pun harus menerima pelajaran yang harus ia hadapi saat ini, pelajaran yang membuat ia harus bisa melawan para penjahat yang berniat buruk padanya.

“Ayolah anak manis ~, yuk ikut sama om, nanti kita berdua bakal kasih permen,” kata salah satu laki-laki yang kini sedang berlari

Tahu jika usahanya nanti akan sia-sia, Christiana lalu berhenti dan berfikir. “Om bakal beneran bakal kasih aku permen? apa itu sangat banyak?” tanya Christiana dengan wajah yang berpura-pura polos.

“Tentu itu akan banyak, kamu mau coklat atau apapun itu akan kami belikan langsung. Jadi, ayo ikut kami dan akan kami berikan apa yang kamu minta itu,” kata-kata manis yang diucapkan Lelaki berjas rapi dengan memakai topi.

Pakaian kedua laki-laki yang kini ada dihadapan Christina itu memang rapi dan terlihat meyakinkan jika mereka bukanlah penjahat. Tapi, tak ada yang tahu selain Chris, jika Christiana mempunyai mata yang jeli dan bisa membedakan orang jahat atau tidak.

Dan jelas, orang yang ada dihadapan Christina ini adalah orang jahat yang menutupi tampilan jahatnya itu dengan tersenyum ramah.

“Baiklah Ana akan ikut,” ujar Christiana yang terlihat menurut hingga mereka berdua yang mendengar itu langsung tersenyum.

Kedua orang yang merasa jika mereka akan mendapat anak itu dengan mudah. Mereka langsung tersenyum karena senang.

Mereka berfikir jika anak kecil itu sangatlah polos dan lugu. Dan di saat Christiana akan dibawa oleh laki-laki itu, ia yang tahu jika dirinya tidak akan bisa melawan. Maka itu, Christiana yang melihat sebuah mobil lewat lantas langsung memberi kode.

Dalam hati, Christiana berharap jika orang lewat itu adalah orang pintar dan bisa mengerti kode yang ia berikan.

Awalnya Christiana hanya bisa pasrah dan berniat untuk terus mencari cara untuk kabur saat mobil itu terus berjalan melewatinya. Tapi tidak lama mobil itu ternyata berhenti dan keluarlah seseorang dari dalam mobil.

“Untuk apa kalian membawa anakku pergi?” kata yang terdengar dingin dari laki-laki yang baru saja keluar itu.

Christiana yang melihat siapa orang itu, ia pun sedikit terkejut saat tahu jika orang itu adalah Damian. Tapi, tak dapat di elak jika Christiana merasa senang dengan siapapun yang akan menyelamatkannya.

“Anda jangan bercanda Tuan, jelas anak ini adalah saudara kami,” kata salah seorang dari mereka. Rupanya mereka itu adalah penjahat profesional yang sering melakukan kejahatan itu.

“Saudara? apa ada kemiripan di wajah jelek kalian dengan anakku?” tatapan Damian kini terlihat lurus dan menakutkan.

Kedua orang itu bahkan sedikit gemetaran karena hal itu, mereka berdua merasa takut dan tiba-tiba tidak bisa berfikir seperti biasanya.

kata-kata dingin dan serius dari Damian membuat mereka merasa marah dan tersinggung. Tapi di saat bersamaan mereka merasa takut, apalagi entah dari mana muncul banyaknya bodyguard yang berbadan besar memukul kedua orang jahat itu.

“Om, terima kasih,” kata Christiana yang semakin menyukai sosok Damian yang dimatanya terlihat keren.

Damian memang tak melakukan apapun. Tapi jelas laki-laki itu terlihat keren walaupun hanya diam dan berkata dengan dingin.

Sementara Damian yang melihat Christiana, ia lantas menggendong anak berusia 6 tahun itu. Damian yang tidak menyukai anak kecil karena menurutnya itu sangat mengganggu, tapi entah kenapa kini saat melihat sosok anak kecil yang sedang diperlukannya, Damian justru merasa tak terganggu dan malah merasa nyaman saat berada di dekat anak kecil itu.

“Tidak apa-apa, mereka tidak akan mengganggu kamu lagi,” kata Damian menenangkan. Ia berfikir jika anak kecil digendongnya ini sedang merasa ketakutan.

Nyatanya, Christiana bukanlah anak penakut seperti yang dibayangkan oleh Damian.

“Iya om,” jawab Christiana tersenyum.

Flashback end.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!