#15 Menyelidiki

Damian yang kini sedang berada di ruangannya itu. Ia langsung memanggil asisten kepercayaannya. Sudah lama sejak Erika pergi, Damian tidak pernah berhenti mencari tahu dimana keberadaan wanita itu.

Sayangnya, wanita itu sangat pintar. Damian sangat yakin jika dibalik wajah polos wanita itu, ia adalah orang yang sangat pintar.

“Jadi selama ini Erika tinggal bersama dengan keluarga ibunya di luar negeri? kenapa kamu baru mengatakan informasi sekarang?” Damian tidak tahu apakah para bawahannya yang bodoh atau wanita yang bernama Erika itu yang terlalu pintar.

“Nona Erika selama ini selalu berpindah tempat dari kota yang satu ke kota yang lain Tuan. Ia juga mempunyai seorang kakak sepupu yang pandai menyembunyikan identitasnya, kemungkinan Nona Erika selama ini hidup dengan identitasnya yang palsu,” informasi yang baru bisa diketahui setelah tujuh tahun lamanya.

Sebenarnya Damian bisa saja mendapatkan informasi itu lebih cepat, tapi seolah ada yang menyembunyikan dan menghalanginya dalam mencari informasi. Hingga bawahan yang ia kirim akan terus gagal.

Dan untuk bawahan yang ia pilih secara khusus, mereka akhirnya mendapatkan apa yang Damian inginkan. Itu tak lain adalah sebuah informasi.

“Apa benar Erika telah menikah? dan siapa mantan suaminya? apa kamu mendapatkan informasi itu semua?”

Pertanyaan Damian sempat membuat asisten pribadinya itu termenung. Tapi tak lama ia mulai membeberkan informasi apa saja yang selama ini ia dapat.

...****************...

Erika sengaja mengajak anak-anaknya untuk liburan di hari Minggu. Tidak seperti hari sebelumnya, ia yang saat itu sempat melupakan sesuatu yang tertinggal.

Kini Erika mempersiapkan itu semua dengan baik, ia juga memantau anak-anaknya agar tidak terlalu jauh dari pandangannya saat ini.

“Jangan sampai kita bertemu lagi dengan anak yang bernama Andre itu! Ana sangat tak suka dengannya!”

Gerutuan dari Christiana langsung membuat Erika tersenyum. Ia hanya mengusap rambut hitam anaknya dengan lembut.

“Bukannya Andre itu ada di negara tempat kita tinggal dulu? kenapa bisa dia ada di sini? apa mungkin orang tuanya memiliki kepentingan di sini?” Erika kini mulai berfikir sejenak.

Sadar jika itu bukan urusannya, ia memilih untuk fokus pada kedua anaknya itu. “Kalau nanti kalian akan membutuhkan sesuatu, bilang langsung pada Mamah ya. Mamah akan perhatian kalian dari sini, ayo sana main!”

Perkataan Erika langsung diangguki semangat oleh kedua anaknya itu. Lebih tepatnya hanya di wajah Christiana saja raut semangat itu terlihat jelas.

Sepanjang mereka melewatkan waktu dengan berenang, tidak ada hal serius yang terjadi.

“Apa sudah puas?” tanya Erika saat ia berniat untuk membawa kedua anaknya itu pulang. Waktu sudah menunjukkan sore hari.

“Sebenarnya Ana masih ingin di sini Mah, tapi tidak mungkin juga kita akan terus di sini 'kan? lagipula jika kita tidak segera pulang Mamah tidak akan bisa kerja,” Christiana mulai menggerutu.

Christiana bukan marah dan kesal pada ibunya. Ia memang sangat manja dan kadang ia suka seenaknya.

“Coba saja kalau Mamah menikah, kita pasti akan punya Papah baru. Om tampan yang waktu itu juga terlihat memperhatikan Mamah,” kata Christiana.

“Ana!” peringatan dari Chris langsung membuat adik perempuannya yang sedang menggerutu itu terdiam.

Christiana menunduk. Apakah ia salah? apakah ia tak pantas memiliki Ayah? apakah ia memang tidak akan pernah bisa memiliki keluarga yang lengkap?

Melihat wajah Christiana yang berubah murung, Erika langsung mengusap wajah anaknya lembut. Ia paham dan tahu dengan jelas bagaimana anak seusia anaknya ini memiliki keinginan untuk bisa mempunyai keluarga yang lengkap dan harmonis.

Karena saat kecil pun pemikiran Erika sama seperti Christiana. Walau pada akhirnya angannya hanya sebuah harapan belaka tanpa pernah terwujud.

“Ana tak salah, Mamah yang mungkin terlalu egois. Tapi Mamah akan berusaha untuk bisa buat kamu bahagia. Dengan ada ataupun tidak adanya Ayah disamping kita bertiga.”

Erika masih ragu. Hingga saat ini rasa traumanya itu masih sangat berbekas. Ketakutan atas yang namanya pengkhianatan membuatnya seakan tak ingin berharap pada lelaki manapun.

Selain itu, Erika juga tak memiliki sosok ayah yang bisa membuatnya percaya akan laki-laki. “Jika tak ada laki-laki baik di dunia ini, setidaknya aku berharap jika anakku akan menjadi laki-laki baik,” batin Erika.

Christiana dengan ragu tersenyum. Yang membuat ia takut bukan ibunya, tapi sosok kakaknya yang terlihat menatapnya lurus.

“Maaf, Ana janji tidak akan membahas itu,” cicit anak menggemaskan itu. Ia tahu jika dirinya itu memang sedikit keterlaluan.

Setidaknya Christiana ingin sedikit lebih dewasa.

“Tidak perlu untuk memaksakan diri. Jika waktunya tepat, ibu sendiri yang akan mengenalkan langsung seorang Ayah pada kalian,” yakin Erika.

Mereka terus berjalan sambil berbicara, sampai tak sadar jika sudah hampir di depan mobil. Dan di saat itu, Erika melihat jika seseorang sedang mengotak-atik mobilnya.

“Siapa kamu?”

Pertanyaan Erika langsung membuat orang itu lari secepat mungkin. Tapi Erika yang memang tidak berniat berbaik hati. Ia langsung mengejar orang itu secara kilat.

Sreet

Brukk

Dengan segera Erika menangkap laki-laki itu dan membantingnya begitu saja. Mungkin tubuhnya memang kecil, tapi tenaganya jelas sangat kuat dan tidak bisa diremehkan.

“Siapa kamu?” tanya Erika dengan raut wajah dingin.

Untuk pertama kalinya Erika menunjukkan sosok wajah dinginnya saat ia melihat ada orang yang berniat buruk.

“Le-lepaskan saya!”

“Oh ya ampun, sepertinya pertanyaanku itu salah. Siapa yang menyuruh kamu?” dingin Erika yang memandang lebih tajam lagi.

“Saya tidak a-”

Bugh

Bagh

Krekk

Pukulan langsung Erika layangkan begitu saja. Ia tak akan semarah ini jika hanya dirinya yang akan celaka. Tapi saat mengingat jika dirinya juga membawa kedua anaknya, Erika tidak bisa membayangkan betapa takut dirinya kehilangan anaknya nanti.

“Akhh!”

Raungan dari laki-laki itu langsung saja membuat suasana yang awalnya sepi menjadi sangat ramai. Orang-orang mulai mendekat dan menanyakan apa yang terjadi.

“Pak, Anda penjaga keamanan di sini bukan? bagaimana Anda bisa teledor seperti ini?” kesal Erika tanpa sadar ia memarahi satpam yang memang sempat beristirahat.

“Ma-maaf Bu, saya sempat makan sebentar.”

Tahu jika ia harus bisa mengendalikan emosinya, Erika hanya menghela nafas. “Maafkan saya pak, sepertinya saya juga terlalu berlebihan. Tapi tolong bawa orang ini ke kantor polisi. Anda bisa tahu saat melihat kamera cctv sekitar sini,” kata Erika tanpa berniat menjelaskan.

Setelahnya Erika langsung mendekat ke arah kedua anaknya itu. Ia bisa melihat jika wajah Christiana sedikit syok karena hal itu. Sosok marah Erika baru mereka lihat saat ini.

Erika biasanya akan terlihat manis dengan senyum ramah dan sikap penyabarnya itu. Ia tidak pernah terlihat semarah ini.

“Maaf, kalian pasti merasa kaget ya. Kita akan naik kendaraan lain saja. Mamah akan suruh orang untuk mengecek mobil kita nantinya,” kata Erika langsung saja diangguki oleh kedua anaknya.

Sementara di tempat yang sama tapi di lokasi yang berbeda, terlihat seseorang yang memperhatikan dari jarak yang cukup jauh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!