Erika kembali bekerja dengan nyaman. Ia kadang akan keluar untuk sekedar menyapa. Walau sejak kemarin anaknya tidak ikut dengannya, tapi seperti janjinya, ia selalu mengunjungi anaknya siang hari untuk membawa makanan.
“Kak, apa Kakak tahu tempat atau sekolah yang bagus yang ada di sini?” tanya Erika pada seorang wanita yang juga koki di sana.
Restoran dengan lima lantai, terdapat 15 koki yang bekerja di sana, termasuk Erika sendiri. Selain itu, pelayan yang ada di restoran sekitar lima puluh.
Restoran itu bukan restoran biasa, gajinya juga sangat besar. Apalagi dengan gaji itu Erika bisa menabung dan menggunakan sebagianya untuk biaya pengobatan ibunya.
Hutang? Erika tahu ia harus membayar hutang ibunya pada ayahnya sendiri. Tapi itu akan Erika usahakan.
“Sekolah? ada, kebetulan anakku ada yang sekolah di sana. Cuman cara masuknya cukup sulit dan agar ribet, tapi sekolahnya bagus banget loh,” kata si koki itu.
Anita, wanita itu yang sempat menyambut ramah Erika. Ia kini hanya diam dan mendengarkan. Anita yang biasanya akan menyinggung Erika, kini ia tidak berusaha untuk menyinggung Erika lagi. Karena kini kebanyakan koki akan membelanya.
“Oh gitu ya, nanti aku bicara langsung sama kedua anakku kalau begitu, semoga bisa ya,” kata Erika berharap.
...****************...
Sore harinya.
Erika memasuki rumah keluarga Harson.
Di sana Erika melihat jika ayahnya Jack beserta adik tiri dan juga ibu tirinya ada di sana seolah menunggunya. Johnathan yang sibuk bahkan juga ada di sana seolah sedang menunggu Erika datang.
“Ada apa?” tanya Erika dengan tatapan dinginnya itu. Ia masih memasang tampang dingin dan acuh miliknya.
“Jangan lupa, hari ini adalah hari dimana kamu akan bertemu dengan laki-laki yang dijodohkan dengan kamu. Dia akan datang nanti malam pukul delapan, ayo cepat segera siap-siap!” kata Jack pada Erika.
Dengan tak menggubris itu, Erika akhirnya masuk ke dalam kamarnya. Ia pun terpaksa mandi dan berdandan saat beberapa pelayan masuk untuk meriasnya.
“Mah ada apa?” tanya Christiana pada ibunya.
“Tidak ada hal yang penting, kalian tunggu di sini dan jangan kemana-mana ya. Mamah akan memanggil jika itu diperlukan,” ucap Erika yang langsung diangguki.
“Jangan hias terlalu berlebihan, saya tidak menyukai itu semua.” Para pelayan yang mendengar langsung mengangguk patuh.
...----------------...
Jam delapan malam pun tiba.
Seperti yang sudah direncanakan. Pihak Emerson datang dengan membawa calon yang akan dinikahi.
Tak hanya itu, anak kedua dari keluarga Emerson yang terhormat pun datang. Orang yang selama ini dikatakan sangat sibuk dan tak punya waktu saking sibuknya itu, ia kini datang untuk melihat calon istri kakaknya.
“Akhirnya ada juga yang akan menikah dengan Anda,” kata Damian dengan nada dingin tapi itu terkandung candaan di dalam ucapannya.
“Iya, aku juga tidak menyangka jika akan ada yang mau menikah denganku,” jawab Darren dengan nada dingin yang sengaja ia lontarkan.
Darren yang biasanya ramah dan sangat baik, ia justru kini berbicara dingin. Sedari awal Darren tidak pernah setuju dengan perjodohan ini.
Darren masih memiliki rasa trauma karena pengkhianatan mantan istrinya, membuatnya seringkali akan memandang buruk perempuan.
Hans yang merupakan ayah dari Darren dan juga Damian hanya terdiam dengan obrolan yang keluar dari mulut kedua anaknya itu.
“Maaf telah membuat tuan menunggu lama. Perkenalkan ini anak saya, Erika Harson.”
Jack memperkenalkan Erika pada mereka bertiga. Untuk sejenak, atmosfer diantara mereka terasa mencekam dan dingin.
Damian, laki-laki itu lebih merasa terkejut dengan siapa yang akan menjadi calon istri dari kakaknya. Damian selama ini telah mencari wanita itu ke seluruh penjuru negeri.
Tapi, wanita itu seolah dengan sengaja membuang dan mengganti identitasnya itu agar tidak mudah diketahui oleh siapapun. Dan kini, wanita yang ia cari akhirnya bisa ia temukan. Tapi dalam suasana apa ini? kenapa wanita yang ingin ia miliki malah menjadi calon istri kakaknya?
Sama seperti Damian. Erika bahkan lebih terkejut lagi. Ia bahkan tidak tahu jika orang yang akan menikahinya adalah salah satu keluarga Emerson.
“Apa-apaan ini,” batin Erika tak percaya.
“Hey, kenapa hanya diam? apa terpesona dengan calon istriku? apa kamu menyukainya?” goda Darren saat ia melihat adiknya hanya terdiam.
Darren mengenal adiknya dengan jelas. Mau secantik apapun seorang wanita yang ada di hadapan adiknya, tidak ada yang pernah bisa membuat adiknya menjadi terpaku seperti ini.
“Kak, dia calon istri kamu?” entah kenapa hatinya terasa dingin dan hampa saat Damian bertanya hal itu. Kenyataan yang seakan memukul dadanya dengan amat keras.
“Seperti yang tadi orang itu katakan. Bukankah jika wanita yang akan menjadi istriku bernama Erika?”
Damian hanya terdiam dan tidak mengatakan apapun. Darren yang melihat hal itu sebenarnya sangat ingin tahu apa yang sedang adiknya itu pikirkan.
“Jadi, apakah ini yang namanya Erika?” tanya Hans yang langsung diangguki oleh Jack.
“Dia anak yang manis dan cantik, sesuai dengan selera kedua anakku ini.” Hans seolah memulai pembicaraan itu.
“Apa ada sesuatu hal yang ingin kamu katakan Nak?” tanya Hans dengan nada ramahnya.
“Saya memiliki dua orang anak,” kata Erika yang langsung membuat semua terdiam.
Jack yang berniat menyembunyikan kenyataan itu. Ia akan mengatakan kenyataan itu saat pernikahan telah dilangsungkan. Sayangnya, Erika langsung mengatakan kenyataan itu.
“Iya, apakah kamu sudah pernah menikah?” tanya Hans masih dengan nada ramahnya itu.
“Sudah, tapi kami bercerai.”
Ada alasan mengapa Erika berkata seperti itu, ia tidak ingin jika nanti Damian tahu kedua anak itu adalah anaknya. Maka itu, Erika lebih memilih berbohong.
“Itu tidak masalah sama sekali, lagipula Darren juga sudah pernah menikah. Mungkin dengan adanya anak-anak kamu, ia akan menjadi lebih ceria lagi,” kata Hans masih dengan nada yang masih ramah.
Erika yang mendengar itu hanya bisa mengepalkan tangan, ia pikir dengan mengatakan kenyataan itu, ia bisa menghindari perjodohan itu. Tapi Erika tak pernah menyangka jika Hans adalah orang yang sangat lapang dada dan baik hati.
Sementara Damian. Laki-laki itu dari tadi sudah mulai emosi dan mengepalkan tangannya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Erika. Tapi meskipun begitu, ia tak bisa berbuat apapun.
“Kamu tidur denganku, tapi justru menikah dengan orang lain. Betapa lapang dadanya suami kamu yang menerima kamu itu,” batin Damian. Entah kenapa ia merasa marah dan tidak terima saat wanita itu berkata jika ia telah menikah.
Tapi, begitu Damian mengetahui jika wanita itu telah bercerai, entah ada apa dengan perasaannya saat ini, seolah ada perasaan lega yang tidak bisa ia katakan.
“Bagaimana Darren, apa kamu setuju dengan rencana pernikahan ini?” tanya Hans yang sepertinya mulai menyukai Erika yang jujur.
Hans sangat menyukai kejujuran, jadi ia rasa Erika akan menjadi menantu yang baik untuk anaknya itu.
“Terserah Anda, bukankah ini keputusan Anda?”
Mendengar ucapan Darren, Erika tiba-tiba saja tersenyum tanpa sadar. Sepertinya bukan hanya dirinya yang tak menginginkan pernikahan ini.
“Bagaimanapun caranya, pernikahan ini harus gagal,” pemikiran yang hampir sama di kepala Erika, Damian, serta Darren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments