Entah kenapa saat melihat itu, rasa familiar itu kembali bisa Damian rasakan. Ia seolah ingin menghampiri kedua anak itu langsung.
Wajah kedua anak itu baru saja ia lihat kemarin, tapi kenapa perasaan familiar itu sudah ada sejak awal ia melihat mereka?
“Kenapa hanya diam saja? Apa benar kamu ingin langsung pulang?” tanya Jessy dengan wajah sedih yang sedang ia sembunyikan.
Susah sekali membujuk laki-laki itu agar bisa sedikit lebih lama bersamanya. Laki-laki itu bahkan tak akan bertemu dengannya jika bukan dikarenakan mereka telah tumbuh bersama.
“Siapa anak-anak itu?”
Damian yang biasanya acuh dan tidak peduli pada apapun. Ia kini merasa penasaran dengan mereka berdua, rasa penasaran dan keinginan tahu mulai menjalar dalam hatinya.
Kenapa bisa rasa penasarannya itu begitu besar pada anak kecil yang ada dihadapannya saat ini? kenapa mereka terlihat begitu familiar? kenapa Damian ingin memeluk mereka saat pertama kali melihat mereka?
Mendengar itu, dengan semangat karena senang, Jessy akhirnya menceritakan siapa mereka pada Damian.
“Mereka anak-anak dari wanita yang baru beberapa hari bekerja di restoranku. Bukankah mereka berdua sangat lucu dan menggemaskan? aku berniat untuk memberikan mereka tempat khusus karena mereka cukup sering datang.”
Damian tidak terlalu memperhatikan ucapan Jessy, ia hanya diam dan tetap terpaku pada kedua anak yang menggemaskan itu.
Saat Damian melihat anak perempuan itu, ia bisa merasa jika dirinya ingin langsung menggendong dan mengelus rambut hitam lebat itu. Apalagi saat Damian melihat kembaran si anak perempuan itu, rasanya anak laki-laki yang merupakan kembaran dari anak perempuan itu, terlihat sangat mirip dengannya saat kecil.
Sadar dengan pemikirannya, Damian menggeleng pelan seakan membuang jauh pikiran yang terasa aneh.
“Apa masih mau ke sana?” tanya Jessy.
“Tuan, maaf.”
Seorang asisten menghampiri Damian secara langsung. Damian yang melihat itu langsung saja menoleh, ia lalu hanya terdiam dengan tatapan dinginnya.
“Orang yang kita cari sudah kita temukan Tuan, dan kakak Anda meminta saya untuk segera menjemput Anda segera,” asisten itu menunduk hormat
Tanpa berniat untuk menjelaskan lagi, Damian pun langsung pergi. Jessy yang tahu kesibukan Damian sedikit merasa sedih, padahal jika Damian melihat kedua anak menggemaskan itu secara langsung.
Jessy berharap jika Damian memiliki keinginan untuk segera menikah dan memiliki anak. Jessy tahu jika ini adalah kesalahannya, ia yang terlalu memaksakan laki-laki itu agar menjadi suaminya. Padahal banyak sekali laki-laki yang menunggunya.
Sementara itu.
Erika yang dari tadi memperhatikan mereka. Ia terlihat bernafas dengan lega. Erika takut jika Damian akan tahu jika kedua anak itu adalah anaknya.
Erika tidak ingin jika nanti anaknya akan diambil dari tangannya. Mereka adalah semangat Erika dan juga motivasi Erika untuk lebih baik.
......................
Sore harinya.
Erika kembali mengajak pulang anak-anaknya. Ia kini tidak pulang ke apartemen miliknya. Melainkan ia akan pulang ke rumah keluarganya.
Harson
Nama keluarganya, tapi entah kenapa nama itu justru terasa asing untuk dirinya yang juga merupakan anak dan keturunan keluarga itu.
“Akhirnya kamu pulang. Besok akan ada keluarga dari pihak Tuan Emerson yang akan datang ke sini. Entah calon suami kamu akan datang juga atau tidak, yang jelas kamu harus mempersiapkan diri dengan baik.”
Mendengar itu, Erika hanya terdiam. Ia langsung tersenyum ke arah kedua anaknya itu. “Kalian ke kamar dulu ya, masih ada hal yang ingin Mamah bahas di sini,” kata Erika yang langsung diangguki.
“Iya Mamah.”
Melihat kepergian kedua anaknya. Erika baru bisa menatap dengan benar ke arah keluarganya itu. Ia mulai sadar jika ia tidak lebih dari barang yang bisa mereka gunakan dan buang sesuka hati mereka.
“Kenapa tidak Bella saja yang menikah dengan laki-laki itu?” tanya Erika berani. Dihadapannya ini ada Bella dan juga johnathan yang merupakan mantannya, tapi Erika tidak peduli.
“Dasar gila! adik kamu ini sudah menikah. Lagipula dia ini sudah memiliki satu anak, dan kini ia sedang hamil anak kedua.” Terlihat jika Jack marah saat ia menatap ke arah Erika.
“Oh ya? selamat. Semoga kalian menjadi keluarga yang bahagia ya,” sinis Erika. Erika bahkan tidak berniat menatap ke arah mantannya itu secara langsung. Ia masih merasa sakit hati dengan itu semua. Hingga kini johnathan bahkan belum meminta maaf padanya.
Tapi, Erika sudah tidak peduli.
Erika sadar jika perlahan-lahan rasa sakit hatinya itu mulai terkikis, walau masih belum sepenuhnya. Tapi, rasa cintanya pada johnathan memang sudah hilang sepenuhnya.
Sedangkan johnathan, ia hanya mengepalkan tangan saat tahu jika Erika tidak berniat untuk melihat ke arah dirinya sama sekali.
“Sudah 'kan? kalau begitu saya akan kembali ke kamar saya,” dingin Erika yang tidak tahan lagi untuk terus berada di sana.
“Erika, sebelum kamu bisa mendapatkan 30 miliar itu. Setidaknya kamu harus mengenal laki-laki itu lebih dulu, pernikahan tetap akan dilangsungkan sesuai rencana, dan enam bulan waktu menunju pernikahan itu,” ucap Jack yang berhasil membuat langkah Erika itu berhenti untuk sejenak.
Erika lagi-lagi hanya bisa menahan amarahnya itu, ia mengepalkan tangannya. Ini seperti sebuah paksaan, apa yang dikatakan oleh Jack seakan mengatakan jika apa yang Erika usahakan itu percuma. Karena Jack seakan sangat yakin jika Erika tetap harus menikah.
Tanpa berkata apapun, Erika langsung pergi begitu saja. Ia tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya itu.
...****************...
Keesokan harinya.
Erika melarang kedua anaknya untuk pergi ke restoran. Ia beralasan pada kedua anaknya jika mereka dilarang untuk pergi ke restoran.
“Kenapa kita tidak bisa pergi ke sana Mah? apa kita terlihat mengganggu?” tanya Christiana dengan wajah polos yang bisa membuat siapa saja tidak tega saat melihat wajah itu
“Mamah takut jika nanti akan ada yang merasa risih sayang. Nona Jessy tidak melarang Mamah, tapi kita tidak bisa seenaknya untuk sering ke sana,” alasan Erika.
Sebenarnya tujuan Erika melarang anaknya untuk ke sana karena ia tidak ingin jika kedua anaknya itu akan bertemu dengan Damian.
Erika takut jika nanti lelaki itu akan mengambil anak yang sangat ia sayangi ini. Mereka adalah sumber kebahagiaan Erika saat ini.
“Mamah janji akan datang di siang hari saat makan siang. Lagipula Mamah berniat menyekolahkan kalian di sini,” jelas Erika yang mengungkapkan pemikiran itu.
Sebenarnya setiap kali Erika mendaftarkan anaknya di sekolah swasta ataupun sekolah negeri. Mereka selalu menolaknya.
Pernah suatu hari Erika mendaftarkan anaknya di sekolah elit dan juga ternama. Mereka mengatakan seharusnya Chris tidak perlu sekolah dasar. Ia bisa langsung bersekolah menengah ke atas ataupun berkuliah.
Jika Christiana, mereka menyarankannya untuk langsung sekolah menengah pertama. Anak yang terlihat polos itu, kepintarannya bahkan setara anak SMP.
“Mah, apakah kita akan ditolak lagi? kalau seperti ini kita tidak akan pernah bisa bersekolah,” keluh Christiana.
Sebenarnya ada pilihan agar mereka sekolah, tapi Erika ingin anaknya terlihat biasa saja. Ia takut jika nanti kemampuan itu terlalu mencolok, itu akan bisa membahayakan kedua anaknya.
“Mamah akan menyekolahkan kalian. Tapi, kalian bisa 'kan menyembunyikan kepintaran kalian? coba bersikap biasa saja. Kalian boleh pintar, tapi jangan menunjukkan seluruh kemampuan kalian ini,” saran Freya.
Jujur saja, Erika bangga pada kedua anaknya. Tapi ia yang tidak memiliki kekuasaan merasa takut jika nanti kepintaran itu akan dimanfaatkan.
“Baik Mah,” jawab Christiana yakin.
Berbeda dengan Chris, meskipun diam tapi tetap mengangguk seolah setuju dengan apa yang ibunya mereka minta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments