#7 Mah, Om itu sangat tampan ...

“Ya ampun sayang, kenapa bisa ada di sini?” tanya Erika yang tidak menyangka jika ia akan melihat kedua anaknya ada di sini.

“Mah, Ana kangen. Mamah tidak rindu pada Ana?” tanya Christiana polos sambil mendongak ke atas.

Erika langsung berjongkok, ia menyentuh hidung mungil anaknya yang terlihat sangat menggemaskan itu.

“Siapa yang bilang Mamah tidak rindu pada kalian? Mamah justru merasa sangat rindu pada kalian saat ini. Dan Mamah merindukan kalian setiap saat.”

Erika berfikir jika orang akan menganggapnya itu terlalu berlebihan. Tapi Erika tidak peduli, ia hanya akan melakukan hal apa yang ia mau. Dan baginya, anak-anaknya sangat lucu dan menggemaskan.

Dan nyatanya, banyak orang yang melihat itu justru merasa sedikit iri. Mereka juga ingin memiliki anak yang lucu dan baik seperti itu.

“Oh ya ampun ..., siapa kedua anak lucu ini? apakah mereka malaikat? lucu sekali mereka,” kata Jessy yang menatap ke arah kedua anak Erika dengan tatapan matanya yang terlihat kagum.

“Mereka anakku,” jawab Erika tersenyum lembut pada anak-anaknya. Mereka sangat lucu dan juga menggemaskan, wajar saja jika banyak yang akan merasa kalau kedua anak itu sangat menarik.

“Kamu itu sangat beruntung, bagaimana bisa kamu dengan beruntungnya bisa memiliki dua anak yang begitu lucu.”

Tatapan Jessy kini terlihat iri, tapi ia tidak benci pada Erika. Ia iri karena di umurnya yang sekarang itu, harusnya ia sudah menikah dan memiliki anak yang sangat lucu seperti Erika.

Sayangnya, ia terlalu mencintai Damian. Hingga ia masih berharap jika laki-laki itu saja yang menjadi suaminya nanti. Entah itu cinta atau obsesi, yang jelas Jessy tak peduli.

“Anda juga pasti akan mendapatkan anak yang lucu seperti ini.” Kata Erika seolah ia berusaha untuk menguatkan Jessy yang sepertinya ada masalah dalam hubungannya dengan tunangannya itu.

“Semoga Anda bahagia. Saya tidak akan pernah berniat menggangu kebahagiaan Anda dan tunangan Anda. Fakta ini akan terus saya simpan sampai kapanpun itu. Demi kebaikan kita semua,” pemikiran itu hanya bisa Erika pendam.

“Oh ya, aku akan pergi sebentar. Kamu bisa saja makan bersama dengan anak kamu jika kalian merasa lapar. Jangan sungkan, anggap saja rasa terimakasih untuk masakan kamu tadi. Tunangan saya sangat menyukainya,” kata Jessy yang langsung tersenyum ke arah Erika.

...----------------...

Sore harinya.

Sudah waktunya Erika pulang karena ia memang akan bekerja hingga sore hari saja. Dan sepanjang perjalanan menuju apartemen mereka.

Terdengar suara obrolan dan candaan yang terasa hangat dalam mobil itu. “Iya Mah, Ana merasa jika tidak ada laki-laki tampan selain Om itu. Om itu benar-benar sangat tampan dan juga kaya. Jika saja saat itu Mamah melihat bajunya, kita bahkan bisa melihat jika baju sederhana itu sangat mahal!”

Christiana kini sedang membicarakan Damian yang ia temui di restoran saat itu. Saat dimana mereka baru datang ke negara ini.

“Oh ya, sekaya apa dia ya? apakah Anak Mamah yang sangat tahu harga baju ini bisa tahu identitas orang itu? kalau bisa tahu, berarti anak Mamah cocok jadi detektif selain memiliki butik.”

Erika sebenarnya sangat kagum dengan kepintaran anaknya dalam menilai. Entah dari mana Christiana bisa tahu dan menilai penampilan seseorang. Yang jelas, karena hal itu Erika ingin jika suatu saat nanti, anaknya itu akan memiliki sebuah butik.

“Entahlah, Ana baru melihatnya,” Jawabnya itu dengan tatapan polosnya.

“Tapi laki-laki itu sudah memilki pasangan Ana. Apa kamu pikir jika Mamah akan merebut milik orang lain?” Chris tidak suka jika adiknya seolah menjodohkan ibunya.

“Yah ..., sayang sekali bukan. Ternyata laki-laki itu sudah memiliki kekasih,” kata Erika seolah-olah ia sedang mengakhiri harapan anak itu.

Erika tak peduli dengan seberapa tampan dan kaya orang itu. Ia sudah menegaskan dalam hatinya jika ia tidak akan menikah dengan siapapun.

Erika hanya akan fokus mengurus anak-anaknya. Ia tidak ingin jika karena menikah anak-anaknya akan menjadi tidak terurus lagi.

...----------------...

Keesokan harinya.

Erika yang sedang memasak makanan yang di pesan langsung oleh Jessy. Tiba-tiba ia melihat anaknya datang ke tempat kerjanya lagi.

“Mah, ada om tampan itu ...,” kata Christiana dengan antusias.

Chris yang memang selalu mengikuti kembarannya itu bagai seorang bodyguard. Ia hanya menatap datar adiknya, adiknya ini jika sudah suka dengan sesuatu seolah harus mendapatkan itu.

Dan sebagai Kakak, Chris sebenarnya itu tahu jika adiknya hanya ingin agar ibu mereka mendapatkan suami yang akan menyayangi ibunya itu.

Ini bukan pertama kalinya Christiana menjodohkan Erika dengan banyaknya lelaki tampan. Tapi, untuk pertama kalinya Chris melihat adiknya begitu besar antusiasnya itu.

“Kalian? kenapa ada di sini hmm?” Erika langsung mematikan kompornya itu. Ia sedikit berjongkok ke anaknya.

“Kalian datang lagi? jangan sering datang ke sini ya, Mamah khawatir sama kalian,” kata Erika pada kedua anaknya itu.

“Sebentar, Mamah akan siapkan makanan untuk Nona Jessy.” Setelahnya, Erika langsung membawa kedua anaknya keluar.

Mereka duduk di salah satu meja yang kursinya masih kosong. Untung saja anak-anaknya datang di jam ia waktunya istirahat. Jika tidak ia akan memarahi anak-anaknya itu.

Erika tidak ingin jika anaknya nanti disalahkan karena mengganggu. Ia juga merasa khawatir dengan kedua anaknya yang seolah bisa saja berkeliaran kemana-mana.

Walaupun sebenarnya kedua anaknya ini sudah belajar bela diri dan sangat mahir. Tapi mereka masih tetap anak-anak.

“Kenapa kalian datang ke sini? apa kalian merasa bosan?” tanya Erika menatap anaknya.

“Mah, itu om tampan yang ingin Ana ceritakan. Bukankah itu sangat tampan ...,” tunjuknya pada seorang laki-laki yang tak lain adalah Damian.

Melihat itu, Erika sempat terpaku sejenak.

“Sayang, itu tunangan dari majikan Mamah. Untuk apa kamu ingin menjodohkan kami? Mamah sudah pernah bilang bukan? Mamah tidak akan menikah sampai kapanpun! Mamah hanya ingin merawat kalian berdua.”

“Tapi Mah, Ana merasa jika Om itu tidak mencintai tunangannya itu. Om itu terlihat hanya menganggap tunangannya itu adiknya.”

Entah itu kemampuan anak kecil itu, atau memang karena Christiana memiliki ikatan batin dengan Damian. Seakan Christiana tahu jika Damian itu tak pernah setuju dengan pertunangan itu. Damian hanya tidak tega terus menolak Jessy yang sudah tumbuh bersama dengannya.

“Ana,” kini wajah Erika berubah serius. Dia bukan marah atau ingin memukul anaknya itu, hanya saja ia sedang memperingati anaknya itu.

“Jangan berkata seperti itu lagi ya!” kata Erika kini berubah lembut.

“Baik Mamah, maaf.”

Christiana mungkin masih kecil, tapi ia sudah tahu dan pernah mendengar pembicaraan neneknya dan ibunya tanpa sengaja, saat itu ia tahu jika ibunya masih merasa trauma dengan hubungan baru. Bahkan hingga saat ini, rasa trauma itu masih berbekas.

“Sudah waktunya Mamah kerja, kalian tunggu di sini. Jangan bermain jauh-jauh ya,” peringatan Erika yang langsung diangguki oleh kedua anaknya itu.

Selepas kepergian Erika. Jessy yang melihat kedua anak itu, ia dengan segera langsung menahan agar Damian tidak pergi.

“Kamu tidak berniat untuk tetap di sini sebentar lagi? aku ingin memperkenalkan kedua anak yang lucu-lucu Pada kamu, lihat mereka!” tunjuk Jessy pada Chris dan Christiana yang kini sedang lahap dengan makanan yang tersedia untuk mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!