“Duh ya ampun ..., apa kesayangan Mamah ini sudah mulai kenyang?” tanya Erik pada anak-anaknya itu.
Erika langsung mengelap mulut Christiana yang sedikit kotor. Ia dengan telaten dan lembut mulai merapikan piring yang sedikit berantakan.
“Mah, kami sedang mencarikan suami yang kaya untuk Mamah,” ungkap Christiana yang terdengar seperti sebuah candaan ditelinga Erika.
Erika terkekeh karena hal itu.
“Oh ya, sekaya apa orang itu? apa dia bisa membeli pulau? oh bukan hanya itu! Mamah ingin dia juga membelikan Mamah jet pribadi, kapal pesiar, dan mansion, juga villa dan masih banyak lagi~” kata Erika diselingi tawanya.
Erika bercanda akan hal itu, ia kadang akan selalu menganggap ucapan anaknya itu hanya sebuah candaan biasa. Jika mungkin anak-anak seusia kedua anaknya pasti akan bertanya siapa Ayah mereka.
Tidak dengan kedua anaknya yang seolah mengerti tanpa harus Erika menjelaskan pada mereka. Meski kadang Christina akan berusaha menjodohkan Erika dengan orang-orang yang bagi anaknya itu cocok.
“Mah, Ana serius loh,” gerutu Christiana. Ia mulai menatap ke arah lain seolah ia sedang marah dan merajuk pada ibunya.
“Iya, Mamah juga serius loh sayang,” jawab Erika kini menunjukkan wajahnya yang terlihat meyakinkan.
“Intinya, Ana akan mencarikan Mamah suami orang kaya.” Tatapan Christiana saat berbicara itu terlihat yakin dan pasti.
Mata Christiana terlihat yakin akan niatnya itu, ia tak bermaksud untuk menjadi orang yang materialistis atau terlalu terpaku pada harta.
Tapi kehidupan sulit ibunya membuatnya bertekad agar ibunya memiliki suami yang kaya yang akan melindungi dan menyayangi ibunya itu.
Christiana tidak ingin ibunya diremehkan ataupun direndahkan lagi seperti dulu. Ia akan marah jika melihat mereka merendahkan ibunya karena telah melahirkannya tanpa suami.
“Lagi mikirin apa? ayo pulang! jangan banyak mikir yang nggak-nggak. Nanti kamus sakit,” kata Erika.
Erika tahu jika anaknya itu sedang memikirkan dirinya yang sering dihina karena memiliki anak di luar nikah. Tapi hinaan itu tidak berarti apa-apa untuknya. Ini jalan yang ia pilih, dan ia siap dengan resiko dan juga hinaan yang harus ia terima.
...----------------...
“Kenapa Kak? kenapa hanya diam?” tanya Jessy saat ia melihat Damian seolah sedang terpaku akan sesuatu. Tatapan Damian yang acuh dan dingin itu, tiba-tiba terpaku pada sesuatu.
Damian yang melihat punggung seseorang yang terasa familiar baginya. Ia langsung saja bangkit dan hendak untuk mengejar orang itu.
Sayangnya saat Damian keluar, ia tiba-tiba saja kehilangan jejak orang itu. Ada perasaan kosong yang tiba-tiba saja ia rasakan. Padahal itu hanya sebuah punggung yang terasa familiar, tapi itu berpengaruh besar pada perasaannya itu.
“Kenapa Kak? ada apa?” tanya Jessy saat berhasil mengejar Damian. Ia merasa penasaran dengan siapa yang berhasil menarik perhatian laki-laki itu.
Damian hanya memandang ke arah udara dengan tatapan mata dinginnya. Tak ada sepatah katapun yang ia katakan. Laki-laki itu sangat dingin, dan ia seakan tidak pernah peduli pada apapun.
Tapi siapa wanita itu? sosok punggung bersama kedua orang anak yang bisa membuat seorang Damian merasa penasaran dengan rasa familiar
...****************...
Sesampainya di depan rumah.
Erika bersama kedua anaknya itu langsung turun dari dalam mobil. Ia datang terlambat karena ia bersama anak-anaknya memilih makan di restoran lebih dulu.
“Mah, kita ke sini?” tak dapat di elak jika raut wajah Christiana kini terlihat amat senang.
Christiana tahu jika keluarga kakek yang tidak lain adalah ayah dari ibunya itu sering memperlakukan ia dengan tatapan meremehkan. Tapi mereka tidak akan bisa melakukan apapun. Mereka seakan akan selalu mati kutu dengan kepolosan Christiana.
“Iya, kita akan tinggal di sini. Tapi hati-hati,” kata Erika yang seolah memperingati kedua anaknya. Karena kedua anaknya itu sangat pintar dan peka, jadi mereka seolah paham akan situasi.
“Iya, Mah,” jawab Christiana terlihat patuh. Meski begitu, Christiana adalah anak yang super aktif. Hingga Chris sebagai kakaknya itu, ia akan selalu mengawasi adiknya.
“Ya ampun Nona, akhirnya Anda kembali ke sini. Bibi sudah sangat merindukan Nona, sudah lama sekali kita tidak pernah bertemu,” kata seorang wanita paruh baya. Ia adalah pelayan yang bekerja sejak Erika masih kecil.
“Bi, bagaimana kabar Anda?” tanya Erika tersenyum ramah.
Jika Erika akan berperilaku acuh dan dingin pada keluarganya sejak kejadian tujuh tahun lalu, tapi tidak dengan sikap Erika pada pelayannya yang sangat baik padanya.
“Baik, ayo masuk.” Pelayan itu dengan ramah dan sopan membantu Erika membawakan koper. Meski Erika menolak, tapi wanita paruh baya itu terus saja meminta agar ia saja yang membawa itu.
Kedua anak kembarnya itu terlihat menurut saat Erika meminta mereka untuk segera mengikutinya juga. Ini mungkin kunjungan kedua mereka, atau mungkin ketiga. Karena setahun yang lalu mereka sempat tinggal sebentar karena ada urusan.
“Sayang, kamu pergilah ..., Mamah akan bicara sama Kakek kamu sebentar, untuk sementara waktu kamu akan bersama Bibi ya,” kata Erika penuh perhatian.
Christiana yang mendengar bujukan dari ibunya itu langsung mengangguk. Ia bersama Chris langsung ikut pergi mengikuti pelayan tadi.
Erika yang melihat jika kedua anaknya telah masuk ke kamarnya lebih dulu. Ia lalu menatap ke arah keluarganya. Entah apa yang ingin mereka minta darinya, yang jelas Erika terpaksa datang ke sini karena bujukan ibunya.
Dan di ruang tamu itu, hanya ada ayah dan ibu tiri yang hanya diam dan selalu menatapnya jijik dan merendahkan.
“Ada apa Anda memanggil saya untuk datang?” tanya Erika tanpa berniat untuk terlihat ramah ataupun akrab dengan ayahnya itu.
Jack, laki-laki paruh baya yang terlihat selalu menatap tajam ke arah Erika bahkan sejak Erika masih kecil .
Tiba-tiba Jack merilekskan pandangannya itu pada Erika. “Bagaimana kabar kamu?” tanya Jack yang baru pertama kali bisa Erika dengar.
Sejak kapan laki-laki itu pernah menanyakan kabar dirinya? apakah ini ada sangkut pautnya dengan bantuan yang akan laki-laki itu minta darinya?
“Bisakah Anda langsung ke intinya saja?” tanya Erika lagi. Ia malas untuk sekedar berbasa-basi dengan ayah kandungnya itu.
“Erika, Ayah sedang mengalami kesulitan,” kata Jack dengan wajah bingung dan sedikit putus asa.
Perusahaannya kini sedang berada di ambang kebangkrutan. Dan hanya dengan menikahkan anaknya sajalah yang bisa membuatnya dapat menjalin kerjasama.
Tuan Hans, pemilik perusahaan Emerson. Ia ingin menikahkan anak pertamanya yang belum memiliki pasangan agar segera bisa menikah.
Sebenarnya Darren anak pertama tuan Hans yang tak lain adalah Kakak dari Damian. Darren sudah pernah menikah, hanya saja pernikahan pertamanya itu gagal hingga ia kini tak terlihat menjalin hubungan dengan wanita manapun.
“Jadi, apa yang Anda inginkan dari saya?” tanya Erika langsung.
“Menikahlah, mungkin kalian bisa cocok.”
Mendengar itu Erika langsung menatap ke ayahnya dengan tatapan matanya yang sinis. Menikah? dia dengan tega mengusirnya! lalu dengan seenaknya meminta dirinya menikah?
Erika bahkan tak tahu siapa yang akan dinikahkan dengannya. Ia hanya datang karena paksaan ibunya tanpa tahu akan dinikahkan.
“Apa Anda becanda Tuan?” tanya Erika dengan nada dingin miliknya. Ia bukan wanita bodoh yang hanya akan terus menurut setelah apa yang ayahnya lakukan padanya.
“Anda telah mengusir saya selama tujuh tahun, lalu dengan tiba-tiba Anda meminta saya agar menikah dengan seseorang? apa ini sebuah lelucon?” sinis Erika.
“Kamu tidak memiliki pilihan lain Erika. Jika kamu menolak perjodohan ini, kamu pikir Ayah akan bisa membantu membiayai pengobatan ibu kamu lagi?”
Deg'
Mendengar apa yang ayahnya katakan, Erika hanya terdiam. Ia lalu mengepalkan tangannya itu dengan erat, jika saja restoran miliknya tidak terjual karena paksaan ayahnya, Erika mungkin masih bisa untuk membiayai pengobatan itu.
Sayangnya Erika terpaksa menjual restorannya itu dengan harga murah. Dan itu kebodohan terbesar dirinya yang terlalu patuh pada ayahnya dulu.
“Anda mengancam saya?” Erika kini terlihat sedikit kesal dan tak terima dengan ancaman dari ayahnya padanya.
“Erika, kamu bukan anak kecil lagi. Ayah tahu jika kamu bisa mengambil keputusan dengan baik, jadi pikirkan dengan baik apa yang akan kamu ambil.”
Lagi-lagi Erika hanya terdiam menahan rasa kesal karena hal itu. Ia seolah tidak memiliki pilihan lain dengan perjodohan yang telah ayahnya atur untuk dirinya. Demi ibunya yang saat ini terbaring sakit, Erika harus mengorbankan perasaannya lagi.
“Tinggalah untuk beberapa waktu di rumah ini, dan jangan pernah berfikir untuk kabur dari sini lagi. Ini adalah rumah kamu,” kata Jack yang seolah memperingati Erika agar tidak lari dari masalah.
Padahal, tujuh tahun yang lalu laki-laki itulah yang telah mengusir Erika tanpa peduli akan nasib Erika saat itu.
“Saya sudah memiliki dua anak! jadi apakah dia masih mau menerima saya?” tanya Erika seolah berharap jika ada cara lain selain perjodohan itu.
“Biarkan dia yang akan ambil keputusan.”
Setelahnya Jack pergi dari hadapan Erika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments