#2 Restoran

Jika Erika tidak di paksa oleh ibunya untuk datang ke negara ini lagi. Mungkin ia tak akan pernah mau menginjakkan kaki di negara ini lagi.

Banyak kenangan menyakitkan rasanya di negara ini, hingga Erika lebih memilih dengan negara M tempat tinggalnya yang baru, dibandingkan dengan negara kelahirannya ini.

“Mamah, kenapa hanya diam?” tanya Christiana yang menatap ibunya dengan tatapan polosnya itu.

“Iya? tidak ada. Hanya sedang berfikir jika apa yang harus ibu masak nanti malam,” jawab Erika terdengar beralasan.

Entah kenapa, Erika tiba-tiba merasa sakit perut, seolah ia ingin buang air besar. Beruntungnya ia bisa melihat toilet umum yang bertepatan dekat dengan restoran.

“Sayang, apa kalian merasa lapar? jika memang iya, ayo kita makan. Ada restoran yang sepertinya sangat lezat. Lihatlah! restoran ini sangat ramai,” ujar Erika.

“Tidak. Apa ini hanya alasan saja agar Mamah tidak masak untuk kita?” berbeda dengan Christiana yang polos dan lucu. Chris adalah anak yang terlihat tak tertebak dan misterius.

Mendengar ucapan Chris anak laki-lakinya, Erika tersenyum simpul. Meskipun selalu memasang raut datar dan acuh, entah kenapa Chris masih terlihat tampan dan menggemaskan.

“Jika kamu menjadi artis, Mamah yakin banyak yang akan menjadi penggemar kamu karena wajah kamu yang tampannya tak ternilai ini,” batin Erika.

Diam-diam Erika merasa takjub dengan wajah kedua anaknya yang sangat cantik dan tampan. Mereka terlihat menggemaskan dengan ekspresi khas mereka masing-masing.

“Ayolah, apa bedanya makanan yang Mamah buat dengan masakan di restoran ini? bukankah ini jauh lebih enak?” bujuk Erika.

Pada akhirnya, Chris setuju saat ia sadar jika itu hanya alasan ibunya saja. Chris memang terkenal acuh dan sulit untuk di dekati. Tapi ia adalah anak yang sangat peka dan sangat menyayangi ibunya.

“Itu tentu beda, masakan Mamah seribu kali lebih enak dari restoran manapun,” kata Christiana yang terdengar sedikit menggerutu.

“Dan tentu lebih hemat,” Chris ikut menimpali.

“Ayolah kedua kesayanganku, Mamah janji akan lebih peduli dengan kalian berdua yang sudah mulai terbiasa dengan hidup hemat selama ini.” Erika merasa bersyukur dengan kedua anaknya yang begitu pengertian.

“Kita tak semiskin dulu, harta nenek sudah kembali. Jadi tidak perlu khawatir okey?” kata Erika lagi. Ia lalu mencium rambut anak perempuannya dengan lembut.

Lalu setelah itu Erika mulai mencubit gemas anak laki-lakinya yang sangat lucu. Dan apa yang ia lakukan mendapatkan tatapan tak suka dari anak lelakinya yang memang terkenal acuh.

“Mamah tidak salah loh, kamu sendiri yang bilang tidak suka jika Mamah mengusap rambut kamu. Kalau gitu Mamah lebih milih pegang pipi kamu 'kan?” kata Erika dengan kedipan matanya yang menggoda anaknya yang terkenal dingin ini.

......................

Setelahnya Erika langsung pergi meninggalkan kedua anaknya di restoran. Tapi ia juga sempat berpesan kepada kedua anaknya agar tak pergi sembarangan.

“Tolong jaga anak saya sementara waktu,” pinta Erika pada seorang pelayan yang sedang melayani mereka.

“Baik Nona.”

Sementara itu.

Kini terlihat seorang laki-lak yang hanya terdiam dengan ekspresi wajah dingin miliknya. Laki-laki itu tak lain adalah Damian. Ia tidak sendirian di sana, ada seorang wanita cantik yang menemaninya dan berada di meja yang sama dengan Damian.

Wanita itu bernama Jessy, ia yang merupakan tunangannya Damian saat ini. Jessy tidak akan pernah berhenti mengganggu Damian seolah ia ingin mendapatkan perhatian Damian.

“Damian, ayo makanlah! ini restoran yang sangat unik dengan suasana terbuka yang sejuk. Aku akan merasa sangat senang jika nanti kita akan sering datang ke sini.”

Jessy terus saja memberikan Damian stek daging yang sudah ia potong kecil. Sudah dua tahun lebih mereka bertunangan. Tapi tak ada kemajuan dalam hubungan ini, Damian sejak awal sudah menentang keras yang namanya perjodohan.

Dulu perjodohan ini sempat di tolak, tapi kini Jessy resmi menjadi tunangan Damian. Walau Jessy tahu jika Damian tidak pernah memperlakukan dirinya selayaknya mereka sepasang kekasih.

Damian tidak memiliki alasan untuk bisa menolak perjodohan ini terus menerus. Dan pada akhirnya ia hanya diam dan tidak menentang perjodohan ini. Meskipun begitu, ia tidak bisa menganggap Jessy sebagai wanitanya.

Jessy yang sudah tumbuh besar sejak Damian masih kecil, membuat Damian merasa jika wanita itu jauh lebih cocok menjadi adiknya.

“Jessy, berhenti bersikap kekanak-kanakan dan jangan terus menggangguku!” datar Damian dengan nada yang selalu berhasil membuat lawannya terintimidasi hingga tak berkutik.

“Baik,” jawab Jessy mengepalkan tangan karena merasa sedikit kesal karena terus diabaikan oleh laki-laki itu.

...----------------...

“Kak, kenapa hanya diam saja? ayo makanlah! bukankah Mamah sendiri yang memberikan ini untuk kita? ayo cepatlah makan!” kata Christiana yang menyodorkan makanannya itu pada kakaknya.

Christiana tak berhenti tersenyum saat orang-orang seolah sedang memperhatikannya. Ia yang ramah dan terkesan menarik perhatian siapapun karena sikapnya yang lucu, akan selalu membuat siapapun merasa ingin segera membawanya pulang.

“Kita tunggu Mamah keluar dulu!” tegas Chris. Ia berbeda dengan adiknya, Chris adalah anak yang terkesan acuh dan tidak peduli.

Walaupun begitu, kedua anak itu selalu berhasil menarik perhatian dengan ciri khas mereka itu.

“Ayolah! jangan lambat! sini biar aku bantu potong saja. Kita harus banyak makan supaya kita memiliki tenaga nantinya. Kakak jelas sudah tahu keluarga Mamah itu seperti apa!” kata Christiana yang terus membantu memotong stik untuk kakaknya.

Setelah selesai, Christiana pun langsung memakan makanannya itu dengan sangat lahap. Tidak peduli dengan sekitarnya yang terus memperhatikan ia dan kakaknya.

Tatapan kagum dan terlihat senang terlihat dari raut wajah orang-orang yang ada di sana. Mereka merasa lucu dan gemas akan tingkah kedua bocah tersebut.

Tak ada yang tahu jika kelucuan itu tidak membuat mereka benar-benar polos. Justru yang sebenarnya itu, mereka sangatlah pintar dan pandai dalam menyembunyikan kemampuannya.

“Jangan lupa cari uang lagi ya Kak, aku masih ingin membeli stik yang banyak,” kata Christiana kepada kakaknya itu.

Mungkin jika orang lain mendengar hal itu, mereka akan berfikir jika itu hanya sebuah candaan belaka. Nyatanya anak laki-laki yang baru berusia 6 tahun itu sudah pandai mencari uang. Dan berbeda sekali dengan wajahnya yang kini terlihat menggemaskan dengan ekspresi datar dan juga acuhnya itu, yang mungkin bagi orang mereka itu terlihat bagai anak pada umumnya.

“Harusnya 'kan kamu meminta pada ayahmu,” kata Chris yang sebenarnya akan melakukan apa saja agar bisa membuat adiknya bahagia.

Chris memang terkesan menyembunyikan perhatian dan rasa sayangnya itu. Ia tidak suka menunjukkan perhatiannya pada publik.

“Ya ampun Kak~ kamu 'kan tahu aku tidak punya Ayah. Kalau begitu aku akan mencari Ayah yang sangat kaya dan juga baik,” kata Christiana terlihat berpura-pura berfikir.

“Coba lihat itu Kak!” tunjuk Christiana langsung pada meja sepasang kekasih yang duduk berdua.

“Diantara orang kaya lainnya yang ada di sini. Dialah yang paling kaya,” kata Christiana dengan ucapan yang menebak tapi terlihat yakin.

Tebakan Christiana bukan tebakan biasa. Ia sangat bisa menebak harga dan membedakan produk asli dan palsu. Mana yang mahal dan mana itu yang murah, Christiana akan mengetahui itu dengan mudah.

“Kenapa kamu berkata dia yang paling kaya? jelas apa yang ia pakai tidak sebanyak dan sebagus yang ada di sini!” kata Chris. Ia tidak pandai dalam memperhatikan penampilan, hal yang ia ketahui adalah mencari uang dengan mudah tanpa harus mencuri.

“Jangan salah ya Kak, penampilan yang terlihat sederhana itu bahkan harganya bisa setara dengan sepuluh orang yang paling kaya di sini. Jadi jangan anggap remeh masalah penampilan loh,” tatapan Christiana pada kakaknya itu terlihat berusaha meyakinkan.

“Iya, terserah.”

......................

“Kenapa Damian?” tanya Jessy saat ia melihat Damian sedang mengusap telinganya. Seolah sesuatu masuk pada telinganya.

Jelas-jelas tak ada apapun yang masuk, tapi entah kenapa telinganya berdengung seolah sedang ada yang membicarakannya.

“Entahlah,” jawab Damian dingin. Telinganya seolah berdengun untuk sejenak. Ia bahkan tidak pernah berfikir jika itu karena ada seseorang yang sedang membicarakannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!