Rendra menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang dia merasa marah, sangat marah. Tapi jika diperhatikan lebih teliti lagi, kesedihannya justru lebih besar dibandingkan kemarahannya.
Dia menyesali semuanya, kenapa ini harus terjadi kepada dirinya dan keluarganya yang sangat dia cintai. Kenapa sulit sekali memperbaiki apa yang telah hancur.
Rendra menatap kosong ke arah langit-langit kamar, cairan bening perlahan mulai mengalir dari kedua ujung matanya saat tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, dengan cepat Rendra menghapus air mata itu lalu bangun dan berpindah ke posisi duduk.
"Ada apa?" Tanya Rendra pada orang itu yang tidak lain adalah Anika.
"Apa aku boleh masuk?" Tanya Anika dengan hati-hati karena jelas dia melihat bahwa Rendra sedang marah padanya.
"Apa ini kamar orang lain sehingga perlu izinku?" Jawab Rendra dengan nada dingin tatapannya tajam seolah bisa melukai siapa saja yang melihatnya.
Anika hanya diam mendengar perkataan itu karena dia tidak mau meributkan hal kecil. Dia mulai melangkah memasuki kamar dan duduk di sisi ranjang.
"Rendra, apa kamu masih begitu membenciku? Tidakkah cukup selama ini kamu menyiksaku dengan sikap diam mu?" Anika bertanya sambil meremas jemarinya jelas ada sedikit rasa takut di hatinya ketika melontarkan pertanyaan itu, dia sendiri merasa bingung harus bertanya dengan cara seperti apa.
Rendra tersenyum sinis menanggapi pertanyaan itu kemudian berkata, "Jika aku tidak diam sekalipun, apakah kamu bisa mengembalikan semua yang telah hilang? Apakah kamu bisa memperbaiki keadaan yang sudah kamu hancurkan? Apakah kamu bisa mengembalikan hatiku yang telah lama kamu patahkan? Hah?!"
Anika tidak menjawab, dia hanya meremas ujung bajunya. Dia tidak mampu menjawab pertanyaan Rendra karena memang benar dia adalah satu-satunya orang yang harus disalahkan dari semua ini, dan untuk kesekian kalinya Anika hanya mampu menangis, menangisi semua yang telah terjadi.
Melihat Anika menangis didepannya, sungguh Rendra ingin sekali memeluk dan memberikan ketenangan kepada wanita paruh baya itu. Rendra sudah ingin membawa Anika kedalam pelukannya, tapi tangannya hanya menggantung di udara dan belum sempat menyentuh tubuh itu. Dia teringat kemarahan dan kesedihan yang dirasakannya selama ini dan itu mampu mengendalikan perasaannya.
"Menangislah, karena memang hanya itu yang bisa kamu lakukan sejak dulu, dan perlu kamu ingat aku tidak akan pernah iba dengan sandiwaramu yang satu ini." Kata Rendra dingin, lalu bangkit dari duduknya dan bersiap untuk melangkah pergi tapi sebelum sempat dia pergi, sebuah tangan menahan pergelangan tangannya.
"Hukum aku semaumu Rendra, tapi ku mohon berhenti bersikap seperti ini, ini sangat menyiksaku. Jika Kaisar tau dia juga akan terluka." Pelan suara Anika memohon.
"Rasa sakit yang kamu rasakan, tidak sebanding dengan apa yang aku rasakan dan juga, berhenti menggunakan Kaisar sebagai alasan dari kesalahanmu." Rendra menepis tangan Anika dengan kasar, kemudian dia melangkah pergi meninggalkan kamar dan membanting pintu kamar dengan cukup keras.
Anika bahkan sampai tersentak mendengar suara itu. Dia mulai menangis sesenggukan dan jatuh duduk di lantai. Dia menjambak rambutnya sendiri menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi.
Bersambung...
Jangan lupa klik like dan favorit ya🐣🐣🐣
^^Ini karya pertama aku, jadi kritik dan saran kalian sangat aku butuhkan untuk mengembangkan cerita ini agar lebih baik lagi**. ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Daulat Pasaribu
uda baca novel ini sampai 3x tapi air mataku tetap juga keluar,sesakit itu jadi anika
2024-10-27
0
Marhaban ya Nur17
selingkuh apa emaknya ?
2023-08-29
1
🌽𝐌𝐈𝐙𝐙𝐋𝐘 👣
ada apa ini?
apa ibunya Kaisar sempat selingkuh? 🤔
2023-01-03
0