Setelah berbicara di ruang tamu, Sela, Aris dan Reno kembali ke kamar Reza dan mendapati Reza masih tertidur disana, rencananya mereka akan menginap disana kecuali Sela.
"Coba ambil HP-nya Reza, cek aja barangkali ada info tentang Gilsha, soalnya dia masih sering mantau si Gilsha," ujar Aris yang membuat Reno langsung meraih ponsel Reza.
Ponsel itu tentunya terkunci, untungnya kuncinya menggunakan sidik jari yang membuat Reno langsung menggunakan jari Reza secara langsung.
Reno langsung mengutak-atik ponsel Reza dan masuk ke aplikasi chating WhatsApp, disana Reno mendapati riwayat chat Reza dengan seorang pria tentang lokasi Gilsha.
"Sudah dapat, Gilsha sekarang tinggal di kota xxx, besok pagi kita kesana, ini lumayan Deket sih berhubuhg besok kita semua shift siang, gimana?" ujar Reno yang membuat Aris mengangguk.
"Lo pergi sama Sela aja, gue besok ambil cuti aja buat jagain Reza, nih anak gak bisa ditinggalin sendiri, gue parno dia kenapa-napa ntar," jawab Aris yang membuat mereka berdua mengangguk.
Sela dan Reno sudah sepakat bahwa besok yang akan pergi mereka, setelahnya tidak ada percakapan lagi di antara mereka.
"Yaudah Ren, lo antar pulang si Sela, kasian dah malam juga, gue disini jagain Reza, tapi langsung kesini yah, awas lo nyasar kemana-mana," sambung Aris yang membuat Reno mengangkat jempolnya.
"Siap, paling gue ajak check-in," gurau Reno yang membuat Sela menatapnya tajam.
Reno langsung berlari keluar dari sana, disusul oleh Sela yang membuat Aris geleng-geleng.
"Gue duluan yah Ris, besok gue bawain sarapan buat lo berdua," ujar Sela. "Assalamualaikum."
"Waalakumsalam, hati-hati yah!"
•
Setelah melakukan sholat malam, Gilsha duduk di sofa ruang tamu memikirkan apa arti mimpinya karena sejujurnya malam ini, dia benar-benar khawatir dengan kondisi Reza walaupun Gilsha merasa bahwa Reza tidak peduli dengannya.
"Gilsha, belum tidur?" tanya Umi Syafa yang baru saja keluar dari kamar.
Gilsha tersenyum, sedangkan Umi Syafa langsung duduk di samping Gilsha, Umi Syafa menatap Gilsha, Umi Syafa menyadari ada raut wajah yang berbeda dari Gilsha.
"Ada apa, Nak?" tanya Umi Syafa yang membuat Gilsha menggeleng. "Cerita saja, kalau ada masalah cerita sama Umi, dua kepala lebih baik daripada satu."
Gilsha terdiam sejenak, dia menimang apakah dia harus bercerita atau tidak kepada Umi Syafa dan pada akhirnya Gilsha memang membutuhkan Umi Syafa.
"Umi, apakah hukum menjatuhkan talak kepada seorang istri yang hamil?" tanya Gilsha karena memang didalam pikiran Gilsha adalah status perceraian dia dengan Reza.
Umi Syafa tersenyum kemudian mengusap rambut Gilsha pelan. "Didalam Islam, jenis talak itu terbagi menjadi dua, Talak Sunni, yaitu Talak sesuai prosedur dan Talak Bid'i yaitu Talak yang tidak sesuai prosedur."
"Salah seorang ulama pakar fikih Syekh Prof. Khalid Al Musyaiqih menyatakan, mentalak istri saat hamil tidak tergolong talak bid’i. Hal ini berdasarkan pada hadis yang mengatakan bahwa Nabi SAW pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar saat dia menceraikan istrinya ketika haid," lanjut Umi Syafa.
Gilsha menatap Umi Syafa dan memperhatikan dengan jelas.
"Pesannya adalah, Rujuklah kepada istrimu yang sudah kamu cerai itu. Tetaplah bersamanya sampai dia suci dari haid, lalu haid kembali kemudian suci lagi. Setelah itu silahkan kalau kamu mau mencerainya: bisa saat istri suci sebelum kamu gauli, atau saat dia hamil, dalam hadist riwayat muslim," jelas Umi Syafa. "Dalam sebuah kajian yang Umi baca nak, Bahkan, para ulama sepakat bahwa boleh mencerai istri meskipun saat kondisinya tengah hamil. Adapun anggapan yang tersebar di tengah masyarakat awam bahwa perempuan hamil tidak sah dicerai, adalah anggapan yang keliru."
Gilsha masih serius menatap Umi Syafa, sebenarnya Gilsha masih ragu apakah sah secara agama jika dia ditalak dalam hamil, tapi ternyata ini hanyalah anggapan yang keliru dalam sebuah kesepakatan beberapa ulama.
"Jadi Umi, kesimpulan tentang ini, apakah talak yang terjadi diantara aku dan Mas Reza itu sah, dan sesuai prosedur syariat?" tanya Gilsha.
"Yah kalau dibilang sesuai sih sesuai Nak, Bahkan suatu talak disebut sunni saat terjadi pada dua kondisi, yakni yang dilakukan saat perempuan sedang hamil, dan dilakukan saat perempuan berada dalam kondisi suci (tidak sedang haid atau nifas), sebelum disetubuhi," jawab Umi Syafa. "Ada sebuah Dalil yang mendasari ini Nak, yaitu firman Allah ta’ala, Wahai Nabi! Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya, dalam surah At-Thalaq ayat pertama."
Gilsha sekarang merasa dicerahkan karena dalam kondisi ini, seorang yang paham agama adalah sebuah support system yang penting.
"Dari semua kesimpulan ini, Allah memerintahkan jika memang cerai adalah pilihan tepat karena menimbang maslahat yang kuat, maka lakukan cerai saat perempuan sedang berada dalam masa ‘iddah. Hamil adalah salah satu waktu iddah untuk perempuan yang dicerai, dan berakhir saat perempuan tersebut melahirkan."
Gilsha terdiam, Maslahat sendiri adalah sebuah pertimbangan sedangkan Gilsha tidak tahu maslahat pasti dari alasan perceraiannya dengan Reza selain bahwa Reza tidak mencintainya.
"Hal ini jelas mendasari bahwa Talak saat hamil adalah Talak Sunni atau Talak yang sesuai prosedur Agama, Jadi, mencerai saat istri sedang hamil, jika karena pertimbangan maslahat yang kuat, hukumnya boleh dan sah."
•
•
•
TBC
Assalamualaikum
Ilmu baru nih
Like dan komen yah, biar Author semakin semangat~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Lenina
yang tidak boleh kalau sedang hamil di nikahi larena takut jadi tidak jelas siapa bapaknya
2023-06-14
0
wina 2480
maasyaallah Allah pintar adek Ridz
2023-04-20
1
Yunia Afida
kepo ama perasaan gilsha jika tahu reza yang nabrak
2023-03-19
0