BAB 10. Flush Pen

Dikota baru ini Gilsha kembali memulai hidupnya yang baru, tanpa siapapun orang yang mengetahuinya, Gilsha baru saja mengajukan lamaran pekerjaan ke sebuah rumah sakit yang membutuhkan tenaga Dokter Kandungan.

Sudah empat hari lamanya, Gilsha tidak mengabari siapapun, dan hari ini dia mendapat panggilan di rumah sakit tempat dia mengajukan lamaran.

Gilsha berhasil di terima di rumah sakit itu, walaupun dalam kondisi hamil, Gilsha harus bisa membiayai hidupnya sendiri karena dia kini menanggung beban baru.

Hari ini Gilsha langsung bekerja, Gilsha bekerja dengan seorang Dokter yang sudah cukup tua, orang-orang akrab menyapanya Umi Syafa.

Umi Syafa sangat baik terhadap Gilsha dan beberapa kali membantu pekerjaan Gilsha karena kondisi kehamilan Gilsha.

"Nak Gilsha istirahat saja, biasanya jam segini tidak ada pasien yang cek kandungan," ucap Umi Syafa pada Gilsha yang terduduk di kursi kerjanya.

Gilsha tersenyum kemudian menggeleng. "Tidak apa-apa Umi, Gilsha disini saja."

Umi Syafa yang melihat itu merasa kasian jika harus meninggalkan Gilsha sendirian, apalagi kondisi Gilsha yang sepertinya banyak pikiran.

"Umi ada bikin kue, nih cobain, Nak, kalau boleh tahu Nak Gilsha ini sebelumnya kerja dimana?" tanya Umi Syafa duduk disamping Gilsha.

"Makasih Umi, Gilsha sebelumnya kerja di kota sebelah Umi, ada sebuah kejadian yang membuat Gilsha harus pindah kesini," jawab Gilsha yang membuat Umi Syafa mengangguk.

"Gilsha sekarang tinggal dimana?" tanya Umi Syafa yang membuat Gilsha menunduk sejenak.

"Sementara Gilsha tinggal di penginapan, Gilsha belum menemukan tempat yang cocok, Umi," jawab Gilsha.

Umi hanya menggelengkan kepalanya kemudian mengulas senyum bak seorang ibu ke anaknya.

"Kalau Nak Gilsha mau, Nak Gilsha bisa tinggal di rumah Umi, di rumah, Umi hanya sendirian tidak siapa-siapa, anak Umi sudah meninggal, suami Umi juga," tawar Umi yang membuat Gilsha mengangkat kepalanya.

Cerita Umi Syafa sama seperti cerita Gilsha yang ditinggalkan oleh ibunya tapi entah kenapa Umi Syafa seolah menjalani hidupnya tanpa membawa luka apapun.

"Gilsha juga baru ditinggal Mama beberapa hari yang lalu Umi, Gilsha juga baru bercerai makanya, Gilsha pindah kesini," jawab Gilsha yang merasa ingin lebih terbuka dengan Umi Syafa.

"Sabar yah, Nak, pasti semua ada hikmahnya," ujar Umi Syafa memeluk Gilsha.

Perlahan Gilsha menangis didalam pelukan Umi Syafa yang membuat Umi Syafa mengusap rambut Gilsha.

"Kenapa Allah jahat yah, Umi?"

"Astagfirullah, Justru Allah itu sayang sama kamu, Nak, Pada hakikatnya, ujian dan cobaan, merupakan cerminan dan kasih sayang serta keadilan dari Allah, untuk para hamba-nya yang beriman, Allah tidak rela menimpakan Azab di akhirat kelak, sehingga ia menggantinya dengan cobaan dunia, yang juga berfungsi sebagai pengugur dosanya," jelas Umi saat mereka melepas pelukan mereka.

Umi meraih tangan Gilsha dan memegangnya erat, Gilsha menatap Umi, entah kenapa Gilsha merasakan bahwa dirinya benar-benar tertampar oleh kata-kata Umi.

"Oleh sebab itu, Allah memberikan ujian untuk menghapus dosa-dosanya, Nak Gilsha, dalam sebuah hadist disebutkan, Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit terus-menerus, kepayahan, penyakit dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan untuk dihapus dosa-dosanya," lanjut Umi Syafa.

Entah kenapa, Gilsha merasakan bahwa kini dia sudah menemukan sosok seperti ibunya yang sangat membuatnya seperti merasakan bahwa dirinya kembali menghangat dalam kesedihan yang melandanya.

"Ingat Nak, tidaklah seorang Muslim akan mengerti kebahagiaan jika skenario dalam hidupnya tidak pernah ada cobaan."

•

•

•

TBC

Assalamualaikum

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***