Dewa Pedang Dari Selatan
Di kota bernama Kanglam, di sebuah pegunungan tandus yang luas dengan udara gersang, terlihat ada puluhan orang berpakaian hitam yang sedang mengepung seorang pria tua berusia sekitar lima puluh tahun.
Puluhan orang berpakaian hitam dengan warna cadar yang sama itu adalah anggota dari Partai Panji Hitam.
Dalam dunia persilatan, Partai Panji Hitam termasuk ke dalam golongan partai baru. Paling lama, partai tersebut baru terbentuk sekitar empat sampai lima tahun.
Namun walaupun umurnya baru sebentar, tapi pencapain yang diraih oleh partai tersebut bisa dibilang sangat luar biasa.
Hanya dalam waktu sesingkat itu, Partai Panji Hitam sudah mempunyai nama besar. Setiap hari, anggotanya selalu bertambah banyak. Sekarang saja, jumlah keseluruhan anggota Partai Panji Hitam telah mencapai sekitar lima ribuan orang.
Hal tersebut membuat partai yang baru menancapkan kaki di rimba hijau itu, menjadi salah satu partai aliran hitam terbesar dalam dunia persilatan!
Kemunculan Partai Panji Hitam membuat partai maupun pendekar aliran putih berusaha bahu-membahu untuk menghancurkannya.
Sayang sekali, menghancurkan Parta Panji Hitam, sama halnya dengan menghancurkan gunung mengeringkan lautan.
Terlalu mustahil. Terlalu tidak mungkin.
Apalagi dengan semua kelebihan yang dimiliki oleh partai tersebut.
Selain hal di atas, Partai Panji Hitam juga termasuk ke dalam partai yang sangat misterius. Selama ini, belum ada satu orang pun yang berhasil mengetahui siapakah ketua utamanya.
Karenanya, partai tersebut bukan hanya menakutkan, namun juga membingungkan.
Di tanah lapang yang tandus itu, saat ini puluhan anggota Partai Panji Hitam sudah berada dalam keadaan siap siaga. Berbagai macam senjata tajam sudah dipegang oleh setiap orang.
Kilauan mata pedang tampak berkilau ditempa oleh matahari yang sangat terik.
Pria tua yang berada dalam kepungan, belum melakukan gerakan apapun. Sejak awal hingga kini, dia masih saja berdiam di tempatnya. Sedikit pun tidak bergeser.
Walaupun ia sadar bahwa dirinya sudah berada dalam bahaya, meskipun ia tahu nyawanya di ujung tanduk, namun pria itu tidak terlihat takut maupun gentar.
Dia tetap berdiri dengan tenang. Seolah-olah di tempat itu hanya ada ia sendiri. Tidak ada orang lain selain dirinya. Tidak ada pula puluhan anggota Partai Panji Hitam.
Kalau orang lain yang berada di posisinya, niscaya orang tersebut sudah berkeringat dingin. Sayangnya, yang ada di sana adalah Zhang Xin, bukan orang lain.
Zhang Xin, di daerah Kanglam, nama itu sudah tidak asing lagi. Dalam dunia persilatan pun, namanya sudah terkenal.
Manusia mana yang tidak mengenal pria tua bernama Zhang Xin itu?
Dalam rimba hijau, ia mempunyai julukan si Pedang Kilat. Semua orang persilatan sudah mengetahui bagaimana permainan pedangnya.
Kalau pedang di punggungnya sudah diloloskan keluar, niscaya hanya segelintir orang saja yang mampu menyelamatkan dirinya.
Kemampuannya dalam memainkan pedang memang sudah mencapai tahap yang sangat tinggi. Bahkan menurut kabar yang beredar, ia dianggap sebagai salah satu pendekar pedang nomor satu di daerah Selatan Tionggoan.
Sayang sekali, walaupun namanya sudah dikenal semua orang, meskipun permainan pedangnya sudah menjadi rahasia umum, nyatanya masih ada saja manusia yang mau mencari masalah dengannya.
"Tua bangka bermarga Zhang, apakah kau benar-benar tidak mau bergabung dengan Partai Panji Hitam?"
Salah seorang anggota tiba-tiba bertanya dengan suara yang sangat lantang. Suaranya terdengar begitu berani.
"Sekali aku berkata tidak, maka sampai kapan pun akan tetap sama," jawab si Pedang Kilat dengan senyuman ramah.
"Hehehe, rupanya kau benar-benar keras kepala,"
"Kalau tidak keras kepala, maka bukan Zhang Xin namanya,"
"Cuih!!!"
Anggota itu meludah ke tanah, seolah-olah dia muak mendengar ucapan tersebut.
"Sekali lagi aku tanya, mau bergabung atau tidak?"
Walaupun sudah mendengar jawaban yang lantang dan tegas dari si Pedang Kilat, namun ternyata anggota itu tidak menyerah. Ia kembali mengajukan pertanyaan yang sama seperti sebelumnya.
Perlu diketahui, Partai Panji Hitam memang berniat untuk menarik si Pedang Kilat ke partainya. Hal itu terjadi karena kemampuan orang tua tersebut yang sangat hebat.
Di sisi lain, alasan kenapa mereka mempunyai niat begitu juga karena Zhang Xin sering mencari masalah dalam dunia persilatan.
Ia sering bertarung maupun menggagalkan rencana dari aliran hitam. Terutama sekali Partai Panji Hitam.
Karenanya, mereka berniat menyogok Zhang Xin dengan cara menjadikannya sebagai bagian dari Partai Panji Hitam.
"Tidak," jawabnya singkat sambil menggelengkan kepala.
Anggota itu sudah habis kesabarannya. Baru saja dia berniat untuk mengajak yang lainnya menyerang, namun secara tiba-tiba, dari arah belakang sana terdengar pula suara yang lain.
"Tuan Zhang, kalau kau mau bergabung bersama kami, niscaya Ketua Utama akan memberikan jabatan tinggi kepadamu. Bisa jadi, kau langsung diangkat sebagai Ketua Cabang di Kanglam,"
Suara yang baru saja terdengar itu sedikit berat. Semilir angin berhembus lirih, mengibarkan pakaian dan bendera yang dibawa oleh anggota Partai Panji Hitam.
Bersamaan dengan hal tersebut, semua orang langsung memandang ke sumber suara.
Dari belakang sana, tampak ada tiga orang tua berusia sekitar tujuh puluhan tahun, mereka berjalan secara bersamaan.
Cara berjalannya sangat tenang. Wajahnya juga kalem. Sama sekali tidak mencerminkan bahwa orang-orang itu adalah tokoh sesat.
Zhang Xin si Pedang Kilat ikut memandang ke depan sana. Dia cukup terkejut ketika mengetahui siapakah tiga orang tua yang sedang berjalan itu.
Yang berdiri paling kanan, mengenakan pakaian ringkas warna kuning terang. Di punggungnya terdapat sebatang tombak sepanjang setengah depa. Matanya picak satu dengan rambut sebahu.
Yang berdiri di posisi tengah, penampilannya seperti seorang biksu. Pakaiannya warna cokelat. Rambutnya botak, sorot matanya pun sangat tajam.
Di tangan kanannya, terlihat ada tasbih yang cukup besar.
Sedangkan di posisi paling kiri, adalah seorang tua dengan pakaian lusuh warna abu-abu. Ia memegang tongkat yang terbuat dari kayu hitam. Penampilannya tidak seperti orang persilatan para umumnya. Ia justru tampak seperti kakek tua biasa yang tidak mempunyai kemampuan apa-apa.
Tetapi walaupun demikian, Zhang Xin sudah tahu betul siapa mereka itu. Sebagai orang persilatan, tentu saja dia mengenalnya dengan baik.
"Tiga Siluman Kanglam," desisnya perlahan.
Ada rasa gentar saat dia mengucapkan kata itu. Hal tersebut timbul karena ketiga orang tua itu adalah tokoh sesat yang terkenal di wilayah Kanglam.
Julukan mereka sudah menyebar luas. Semua orang rimba hijau di daerah sekitarnya pun sudah tahu seberapa tinggi ilmu ketiganya.
Suasana di lapangan gersang itu langsung hening untuk beberapa saat. Zhang Xin pun tidak mengucapkan apa-apa lagi.
Sedangkan anggota Partai Panji Hitam, mereka langsung membungkuk hormat saat melihat kedatangan Tiga Siluman Kanglam.
Waktu terasa berjalan lambat. Terik panas matahari semakin membakar kulit.
"Tuan Zhang, bagaimana? Apakah kau mendengar apa yang dikatakan oleh Tombak Sesat?" tanya biksu yang berdiri di posisi tengah.
Ia dikenal dengan nama Biksu Seribu Tasbih. Kemampuannya dalam memainkan tasbih itu memang bukan omong kosong.
Konon katanya, dia sanggup menghancurkan batu sebesar gubuk hanya menggunakan tasbih yang selalu dibawanya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 514 Episodes
Comments
Sulthan Arifin
mudah² Han ngene 👍👍
2024-07-01
0
Bilahayoe
Aku mampir thor
2023-11-17
3
Iron Mustapa
🤨🤨🤨🤨🤨🤨🤨
2023-11-13
1