Bertemu kembali

Keesokan harinya Setelah melihat Ayahnya tidur, Mawar beranjak dari duduknya dan meninggalkan kamar. Kemudian Mawar mencari keberadaan Lily yang tidak terlihat di manapun.

"Kemana kak Lily pergi?" batin Mawar yang kemudian memeriksa teras rumah, Melihat Lily yang tengah asyik lipsync di depan layar ponselnya, Mawar berdiri menunggu hingga sampai Lily selesai bernyanyi. Setelah Itu Mawar mendekati Lily dan menanyakan kondisi sang Ayah. Namun Lily yang tengah fokus mengunggah video lipsync ke media sosialnya tidak dapat fokus menjawab pertanyaan Mawar. Namun dengan sabar, Mawar menunggu Lily sampai berhasil mengunggah videnya.

"Sekarang bisakah kakak fokus menjawab pertanyaan ku?" tanya Mawar yang terus berusaha bersabar.

"Ya tentu saja." saut Lily yang masih sesekali melirik layar ponselnya.

"Apa kak Lily sudah membawa Ayah ke Dokter?"

"Dokter?"

"Ya Dokter, Apa Kak Lily tidak pernah berpikir untuk membawa Ayah ke Dokter?"

"Mawar... Biaya rumah sakit itu mahal, Lagi pula siapa yang mau nunggin Ayah di rumah sakit, Aku tuh sibuk Mawar."

"Ana! Namaku Ana!"

"Ya! Terserah kau saja."

"Kak Lily, Setiap bulan Aku mengirim uang untuk keperluan Ayah, Dan saat Kak Lily bilang Ayah sakit, Aku telah menambah jumlah uang yang biasa ku kirim, Aku rasa itu sudah lebih dari cukup, Setidaknya Kak Lily membawa Ayah ke Dokter, Tapi apa yang Kak Lily lakukan, bahkan di dapur, Di kulkas tidak ada makanan apapun, Bagaimana Ayah akan sembuh Kak?"

"Jadi kamu menuduh Kakak menghambur-hamburkan uang? Jaman sekarang semuanya serba mahal dan lagipula Ayah itu udah terlalu lama sakit, Dikira gak capek apa ngurusin orang sakit?"

Mawar menarik nafas dalam-dalam. Ia tidak dapat membantah ucapan Lily karena memang tidak bisa merawat Ayahnya karena kontrak kerjanya.

"Bagaimana dengan ibu?"

"Apa yang kamu harapkan dari ibu? Setelah ibu menikah lagi, Ibu tidak pernah datang menjenguk Ayah maupun sekedar menemui cucunya."

"Lalu Tante Mursidah?"

"Hegh! Apalagi ibu tiri kejam itu, Sudahlah Ana kamu kan sudah beristirahat semalaman, Sekarang Aku ingin pulang ke rumah mertuaku..."

"Tunggu!"

"Apa lagi?"

"Aku akan pergi sebentar membeli semua keperluan dapur."

"Lalu?"

"Tolong jaga Ayah selama Aku pergi, Setelah itu Kak Lily boleh pulang."

Lily diam mempertimbangkan permintaan Mawar.

"Sebentar saja kak, Aku perlu membeli bahan makanan."

"Ya baiklah, Tapi cepat!"

Mawar mengangguk dan meminta kunci motornya kepada Lily. Kemudian Mawar menuju ke pasar swalayan terdekat. Namun sebelum itu Mawar pergi ke ATM yang terletak di depan pasar swalayan.

Angin kencang sepanjang perjalanan rupanya membuat gamis yang Mawar kenakan masuk ke gir roda belakang. Menyadari hal itu, Mawar menyetandarkan motornya dan menarik-narik ujung gamisnya. Namun usahanya yang tidak membuahkan hasil membuat Mawar menjadi panik, Keringat di tubuhnya mulai bercucuran, Tak terkecuali di bagian kening dan hidung yang membuat Mawar mulai merasa tidak nyaman dengan cadarnya.

"Bagaimana ini," ucapnya frustrasi.

"Bisa saya bantu?"

Pertanyaan seorang pria yang suaranya tidak asing di telinganya membuat Mawar menoleh ke belakang. Melihat kaki jenjang yang mengenakan celana jeans robek di bagian lututnya, Mawar menaikan pandangannya ke wajah pria tersebut.

Melihat tatapan Mawar, Pria itu terkejut dan langsung berjongkok di depan Mawar.

"Kamu Ukhti yang kemarin di bandara kan?"

"Simba?" batin Mawar yang mengingat pertemuan mereka di Bandara. Lalu segera menurunkan pandangannya.

"Oh ya ampun... Aku tidak menyangka ini, Kita bertemu lagi? Bahkan lebih cepat dari yang ku harapkan." bagaikan bertemu dengan sang kekasih, Simba merasa begitu bahagia.

"Tuhan memang telah menunjukkan jika wanita shalihah ini adalah jodohku." batin Simba yang juga ingin mengambil uang di ATM.

"E... M-maaf, Apa yang Anda bicarakan, Sepertinya Anda salah orang."

"Hey... Meskipun Aku tidak melihat wajah mu, Namun Aku mengenali mata mu, Mata indah mu selalu terbayang dalam ingatan, Tidak mungkin Aku melupakan apalagi salah orang."

Tidak lagi menyangkal apa yang Simba katakan, Mawar kembali berusaha menarik ujung gamisnya. Melihat itu Simba segera membantu Mawar.

Tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan, Membuat keduanya saling menatap karena kaget. Namun itu hanya sesaat karena Mawar langsung menarik tangannya dan mengalihkan pandangannya.

"Sudah."

Mawar menoleh ke arah Simba dan melihat gamisnya yang sudah berhasil di keluarkan dari lilitan.

"E... Terimakasih."

"Itu tidak geratis."

"Maksudnya?"

"Kamu harus membayarnya dengan memberitahukan nama mu."

"E-mm... Aku Ana, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Simba tersenyum bahagia dan membiarkan Mawar masuk ke dalam ATM, Karena ia juga ingin ke ATM yang sama, Simba menempelkan wajahnya di pintu kaca untuk terus menatap Mawar.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Edah J

Edah J

Simba yg tengil tp lucu😁

2023-05-23

0

Ita rahmawati

Ita rahmawati

gk sampe nempelin muka kekaca juga mba simba 🤦‍♀️🤦‍♀️

2023-01-30

0

Yuli Silvy

Yuli Silvy

🤭🤭🤭 ada ja kelakuan simba

2023-01-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!