Aku melajukan mobilku dengan kecepatan sedang. Amara masih diam tak mengucapkan kalimat apai pun sampai kami keluar dari komplek perumahan Febri.
"Maaf!", kataku untuk memulai percakapan dengan nya. Aku merasa tak enak sendiri pada Amara karena mengajak nya pulang lebih dulu. Padahal bisa saja kan dia sedang ingin berkumandang dengan rekan kerja nya.
"Untuk?", tanya nya sambil menoleh padaku. Aku tetap fokus ke depan.
"Gue udah bawa Lo dari rumah Febri bahkan nyeret Lo! Sekali lagi maaf!"
Amara menggelengkan kepalanya masih menatap ku dari samping.
"Gue ngga tahu kalo Lo sama Febri, Bia dan Seto sedekat itu. Kalo tahu, udah dari tadi gue ajak Lo By!"
Aku tersenyum masam. Justru andai aku tahu tujuan mu ke sini, aku malah tidak mau mengantarkan mu Amara! Aku baru ingat kalau Amara pernah mengatakan akan bertemu dengan Febri untuk mengenalkan istrinya. Tapi tak di sangka harus hari ini juga???
"Ga! Gue ga terlalu dekat kok!"
"Owh...!", hanya itu sahutan Amara. Dia kembali menatap jalanan yang sudah tak terlalu ramai karena sudah jam sembilan malam.
"Boleh gue tanya By?"
"Apa?"
"Ga jadi deh!"
"Kenapa?"
Aku mendengar Amara mendesah panjang. Seperti ada keraguan untuk bertanya.
"Ga apa-apa!", jawabnya. Aku pun tak ingin bertanya lagi jika dia sendiri tak mau bicara.
"Gue cerita boleh ngga?", tanya Amara.
"Cerita apa? Pribadi? Kita tak sedekat itu!"
Amara tampak mencebikkan bibirnya. Lalu ia melipat kedua tangannya di dada. Aku hanya melihat dari sudut mataku, tapi dia terlihat kesal.
"Ya udah, cerita apa?", tanyaku pada akhirnya. Aku pikir tak ada salahnya mendengar Amara bercerita.
"Huum! Itu juga kalo Lo ga keberatan! kita tak sedekat itu!", Amara mengulang perkataan ku.
"Terserah!", sahutku sambil memutar kemudi ku ke alamat papi Amara.
Suasana kembali hening, Amara memandangi jalanan ibu kota yang masih dipadati kendaraan, walaupun tidak di kategorikan macet.
"Lo...ada hubungan apa sama Febri?", tanya ku pada akhirnya. Amara menoleh padaku.
"Ga ada. Cuma rekan kerja aja", jawab nya.
"Oh!", aku menyahutinya.
"Tapi....", Amara terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan ucapannya.
Aku menaikan salah satu alisku sambil menoleh padanya. Pandangan kami bertemu beberapa detik, tapi setelah itu aku memutuskan untuk menatap ke arah depan lagi.
Inget Alby, jaga matamu!
Gue sering liat cowok ganteng, tapi liat muka Alby kok ganteng nya beda. Mukanya bersih dan bercahaya gitu, apa kalo orang Islam rajin ibadahnya mukanya kek gitu ya? Batin Amara.
"Tapi.... sebenarnya gue suka sama Febri dari jaman kami masih sama-sama pelatihan."
Alby mengangguk.
"Gue... mungkin gue satu-satunya cewek yang ngga punya urat malu", Amara tersenyum kecut.
"Maksud Lo?"
"Heum! Gue nembak Febri berkali-kali. Tapi di tolak juga berkali-kali. Bahkan kayanya yang dekat sama ku dan Febri tahu. Aku yang ngejar-ngejar Febri, sudah jadi rahasia umum." Ada tawa yang keluar dari mulutnya, tapi tawa miris.
Aku tak ingin menanggapi ucapan nya dulu. Mungkin dia ingin melanjutkan curhatnya.
"Ga tau kenapa, gue...gue ga bisa mengalihkan perasaan gue ke yang lain. Saat itu gue tahu, Febri sedang menjalani hubungan dengan kekasihnya."
Dan kekasihnya itu yang sekarang jadi istrinya, Mara!!!
"Tapi...gue denger dia di tinggal nikah sama kekasihnya. Sampai akhirnya...dia di jodohin sama almarhumah istri pertamanya."
"Itu patah hati yang paling sakit yang gue rasain saat itu!"
Amara tampak meremas kedua tangannya, mungkin sedang mengontrol emosinya.
"Dan sampai akhirnya, gue tahu istrinya meninggal, gue merasa ada kesempatan buat gue. Tapi nyatanya tetap saja tidak. Bahkan dia semakin menjauh setelah istri nya meninggal. Dia memberi batasan tinggi, entah untuk gue atau perempuan lain."
"Gue...gue tahu apa yang menjadi penghalang sebenarnya. Gue...bukan muslimah, seperti yang Febri inginkan."
Maksud Amara apa?
"Gue pernah bilang sama Febri, kalo dia mau nerima gue, gue ga masalah pindah keyakinan!"
"Astaghfirullah!", gumamku. Amara menoleh padaku.
"Tapi... Febri tetap saja menolak. Jika alasan nya karena gue ingin bersamanya, lebih baik tidak usah. Dia bilang, seiring berjalannya waktu mungkin perasaan gue akan berubah. Dia tidak mau menjadi penyebab seseorang mempermainkan keimanannya."
"Eum...!", aku mengangguk paham. Amara terkekeh kecil.
"Ternyata gue patah hati lagi By! Justru lebih sakit di banding sebelumnya. Febri menikahi mantan kekasihnya yang sudah pernah menikah sebelumnya. Dari situ gue sadar, perjuangan gue buat mendapatkan Febri sudah selesai!", katanya tertawa tapi di sudut matanya mengalir setetes air.
Aku mengulurkan tisu padanya untuk menghapus air matanya.
"Lo akan menemukan jodoh yang tepat suatu saat nanti!", kataku mencoba menenangkan. Padahal aku sendiri berada di zona yang tak beda jauh dengannya. Bedanya...hanya dari status.
Amara menoleh padaku.
"Heum! Semoga saja!"
''Nanti di belokan sana ambil kiri kan?", tanyaku. Dia mengangguk. Untuk beberapa saat tak ada obrolan lagi sampai kami berhenti didepan pintu gerbang rumah.
"Gue tanya satu aja, boleh?", tanya Amara.
"Ya, tanya aja!", kataku.
"Gue denger Lo panggil istrinya Febri, Neng?", tanyanya. Aku pun mengangguk ragu.
"Oh! Kalian memanggil dekat satu sama lain ya!", kata Amara.
"Bukan hanya dekat, gue dan neng Bia bahkan sangat dekat sebelumnya. Itu panggilan kesayangan gue ke Bia. Tapi karena kesalahan besar yang udah gue perbuat, gue... harus rela melepaskan Bia, buat Febri!"
Amara di buat bingung dengan ucapan ku.
"Maksudnya gimana sih??"
"Bia, mantan istri gue?!", jawabku.
Amara ternganga di buatnya. Dia hampir tak percaya mendengar pengakuan pria yang ada di hadapannya.
"Udah sampai kan, Lo bisa turun! Apa perlu geu bukain pintu nya?"
"Hah? oh...ngga usah, gue bisa sendiri! Btw makasih udah anterin! Maaf gue ga nawarin masuk, udah malem!"
"Ya."
Setelah itu, Amara pun keluar dari mobil ku. Aku membuka sedikit kaca lalu menjalankan mobilku.
Amara terpaku di depan gerbang menatap mobil yang menjauh.
Bahkan kamu juga sepertinya sama seperti Febri, By! Perasaan mu juga terlihat sangat luar biasa pada Bia. Bia...kamu perempuan yang sangat beruntung!!! Amara bermonolog dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
IR WANTO
jangan dibuat seolah2 gak punya harga diri thor lcnya...
2024-07-21
0
andi hastutty
bia di gilai dengan pria pria
2024-02-27
0
~R@tryChayankNov4n~
thor..POV antara Alby/Amara nya dibuat per eps aj pliss,klo POV nya tiba2 berubah gini jd agak bingung bacanya...yg POV awal nya Alby eh tiba2 beralih aj ke POV nya Amara...hehheh..saran aj sich,mksi...🙏☺️
2023-01-09
2