Amara melajukan kendaraan nya menuju ke rumah orang tuanya. Besok pagi, dia harus kembali bertugas ke instansi nya setelah off hari ini.
"Baru pulang nak?", tanya mami nya.
"Iya Mi. Kok belum tidur?"
"Nunggu kamu. Sudah makan?"
"Sudah mam!"
"Ya udah, kalo gitu mami ke kamar."
"Mami cuma nunggu aku?"
Mami mengangguk tipis dan berlalu ke kamar nya. Sebelumnya, ia menepuk bahu Amara. Sepeninggal maminya, Amara langsung ke kamar. Ia membersihkan diri baru beranjak tidur.
Di atas ranjang nya, ia berbaring. Menatap ke atas. Ada perasaan mengganjal, setelah tahu jika Alby adalah seorang duda dan punya anak. Tapi kenapa? Kenapa harus ada rasa kecewa?
Tidak ada hubungan apa-apa di antara keduanya. Bahkan istilah kata, keduanya baru saling mengenal dalam hitungan jam.
"Jadi, Lo duda punya anak By?", tanya Amara. Entah kenapa sejak ia mendengar obrolan Alby dengan dosennya tadi, hatinya cukup tergelitik.
Amara pernah merasakan seperti ini saat dia mengungkapkan perasaannya pada Febri. Ditolak! Tapi kenapa rasanya sekarang lebih ngena? Padahal dirinya tak pernah berniat apalagi bertindak untuk menyatakan perasaan. Kepikiran saja ngga!
"Gue bahkan ga begitu kenal sama Lo, By! Tapi kenapa gue harus kecewa setelah tahu status Lo? Sebenarnya gue kenapa?"
Amara memeluk guling nya. Pelupuk matanya terbayang-bayang wajah Alby yang lebih sering tertutup masker. Dia salah satu yang beruntung, yang lebih sering melihat wajah Alby di banding perempuan yang sering memperhatikan Alby mungkin.
"Hufttt!", Amara memukul kepala nya sendiri.
"Aku kenapa sih???", monolog Amara.
.
.
Jam sepuluh malam aku sampai ke rumah, Mak yang menemani Nabil di kamar ku. Sebelum membangun kan Mak, aku mencuci tangan lebih dulu.
"Mak!", kata ku menyentuh lengan nya.
"Eh, Jang?", kata mak sambil mengucek matanya.
"Kenapa tidur nya di sini? Kan ada kasur? Mak bisa ngelonin Nabil sekalian?"
''Mak ngga niat tidur tadi Jang. Eh malah ketiduran!"
"Ya udah, Mak istirahat di kamar gih."
"Iya!"
Mak pun berlalu dari kamar ku. Setelah menutup pintu kamar, aku mengganti pakaianku dan solat isya.
Aku memindahkan Nabil dari box ke ranjang agar aku bisa tidur memeluknya. Aku baru bisa tertidur jika sudah puas memandang copy an wajahku. Nabil ku memang imut!
Tentang Amara, apa yang Amara pikirkan tentang ku tadi saat aku mengatakan tentang anak ku??
Tapi untuk apa aku peduli. Toh kami juga hanya saling mengenal sebagai sesama mahasiswa di kampus, dan kebetulan dia anak dari partner bisnis ku. Tak lebih dari pada itu!
Tapi...kenapa wajahnya terlihat kecewa?
.
.
"Kamu yakin keluar dari HS grup sayang?", tanya Jo pada kekasihnya, Marsha. Mereka berdua sedang ada di apartemen Jo. Beberapa anggota keluarganya ada yang datang ke apartemen mereka untuk membicarakan rencana pernikahannya.
"Iya sayang. Alby juga ngga masalah tuh? Tapi nanti , kalo aku udah dapet pengganti ku sih!"
"Udah buka lowongan?"
"Udah, besok pagi aku yang interview langsung." Jonathan mengangguk paham.
"Aku minta Alby untuk memiliki aspri dan sekretaris sekaligus. Minimal, bisa membantu dan mengurangi pekerjaannya. Tapi ya ..tahu sendiri lah, dia kan emang rada unik."
"Tapi ganteng kan?", tanya Jo. Marsha menoleh pada tunangan nya itu.
"Seganteng apa pun orang lain, aku tetap milih kamu buat jadi suami aku!"
Jonathan memeluk tunangannya dengan begitu erat. Sesekali mengecup pelipis gadisnya itu.
"Makasih sayang! Aku tahu, kamu pasti berat melepaskan Alby dari hati dan keseharian mu. Tapi ini yang terbaik buat kalian. Buat aku juga!", batin Jonathan.
Tak beda jauh dengan apa yang Marsha rasakan. Sekuat apapun dia berusaha menutupi perasaannya, Jo pasti tahu jika melepaskan Alby adalah hal yang sangat berat bagi Marsha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
andi hastutty
kasian
2024-02-27
0