Amara pulang ke rumah Papinya. Sejenak ia memikirkan pertemuannya besok dengan Febri yang statusnya sudah menikah, lagi.
Dulu, Amara pernah patah hati saat tahu Febri menikah dengan seorang perawat yang ternyata mereka dijodohkan oleh orang tua. Amara pikir, hubungan Febri dan istri pertamanya tak baik-baik saja. Tapi ternyata, ia mendapati jika istrinya hamil besar. Sayangnya, nasib baik belum berpihak baik pada pasangan itu.
Febri harus kehilangan istri dan calon anaknya karena wabah covid yang menyerang ganas saat awal-awal itu.
Amara pikir, dirinya akan mendapatkan kesempatan untuk dekat dengan Febri. Tapi tetap saja dia masih menganggap dirinya tak lebih dari rekan kerja. Padahal Amara sudah menjatuhkan harga diri nya untuk mengungkapkan perasaan nya sejak mereka masih sama-sama berada di level terendah dulu.
Sejak istri pertamanya meninggal, tak sekalipun Amara mendengar jika Febri dekat dengan perempuan. Hingga akhirnya, ia mendengar bahkan melihat sendiri jika pujaan hatinya kembali jatuh hati pada sang mantan yang sekarang sah menjadi istrinya.
Patah hati pada orang yang sama, menyakitkan! Tapi dia sendiri yang menginginkan rasa sakit hatinya itu. Febri sudah sering kali mengatakan jika dirinya dan Febri cukup hanya berteman!
"Bengong!", tegur papi nya Amara.
"Ngga kok pap!"
"Oh ya? Papi ngga nyangka kalo kamu bisa kenal sama Alby!"
"Ngga sengaja kenal lah Pi, dia mau di begal aja terus Amara bantu. Itu aja!"
"Tapi...dia ganteng ya?", tanya papinya Amara.
"Heum, cowok ya ganteng lah Pap!"
"Kamu ngga tertarik sama Alby?"
"Papi ini ngga usah aneh-aneh lah!"
"Tapi...dia muslim taat ya?", tanya papi sambil menatap putrinya.
"Mungkin! Memang kenapa?", tanya Amara.
Rahardi tersenyum.
"Kamu bahkan mungkin lebih hafal sama bacaan dan ucapan yang ada di dalam keyakinan mereka, di bandingkan keyakinan mu sendiri! Terakhir, kapan kamu ibadah?"
Amara menghela nafasnya. Papinya benar!
"Apa papi akan melarang ku lagi jika suatu saat nanti memilih laki-laki yang tidak seiman dengan kita?"
"Kamu mau mengikuti jejak kakak-kakakmu?", tanya papinya. Ya, kedua kakak laki-laki Amara memang memilih untuk pindah keyakinan mengikuti istrinya.
"Mara ngga tahu. Tapi sekarang, Mara belum memikirkan hal itu. Toh belum ada laki-laki yang Mara jadikan calon."
"Papi ngga akan pernah maksa tentang itu. Tapi yang papi paksa dari kamu, kamu nurutin papi untuk menggantikan posisi papi."
Lagi-lagi Amara hanya mampu menghela nafasnya. Bosan! Itu yang ia rasakan jika membahas tentang perusahaan papinya.
.
.
Setelah berdamai dengan Marsha, aku pulang lebih dulu untuk bertemu dengan Nabil. Aku berangkat ke kantor saat Nabil masih tidur, aku merindukan Nabil ku.
Beruntung tak terlalu macet, aku bisa sampai ke rumah sebelum jam lima sore.
"Assalamualaikum!", aku menyalami orang rumah yang sepertinya sedang berada di belakang.
Benar saja. Mak, teh Mila, Nabil, dan perempuan berpakaian seragam babysitter bahkan mang Sapto sedang berada di teras belakang.
"Assalamualaikum!"
"Walaikumsalam!", jawab mereka semua. Nabil yang sudah mandi nampak begitu riang melihat kehadiran ku.
"Jang, tumben udah pulang?", tanya Mak.
"Iya mak. Nanti ada kursus sama ada kuliah juga!", jawabku sambil menggendong Nabil.
"Oh ya jang, kenalin nih teh Ani. Yang jagain Nabil!", kata Mak mengenalkan teh Ani. Ku taksir umurnya tak beda jauh dari teh Mila.
"Selamat sore tuan!", kata teh Ani.
"Jangan panggil tuan. Panggil pak atau apa, jangan tuan!", kataku. Aku tak mungkin meminta nya memanggil nama ku seperti Mak dan teh Mila padaku. Kami tak perlu seakrab itu.
"Baik, pak!"
"Teh Ani sudah berkeluarga?", tanyaku.
"Sudah Pak. Anak saya satu, sedang pendidikan di Akmil. Suami saya tukang bangunan!"
Aku mengangguk pelan. Cukup terharu dengan semangat nya!
"Teh Ani tinggal di mana?"
"Saya ngontrak ngga jauh dari sini pak. Sama suami saya juga."
"Sudah di jelaskan sama Mak dan teh Mila, kerja nya gimana?"
"Sudah pak. Setelah subuh saya kemari. Saya pulang setelah isya", jawab Teh Ani.
"Ngga keberatan teh?"
"Ngga pak. Malah, saya berterima kasih. Bisa kerja seperti ini!"
Aku mengangguk.
"Soal yayasan?"
"Sudah pak. Saya sudah di beri tahu."
"Oke, makasih! Kalian istirahat saja. Nabil sama saya. Nanti kalo saya berangkat, baru saya panggil."
"Jang, Mak mau masak. Kamu minta masakin apa?", tanya Mak.
"Apa pun masakan Mak, Alby makan kok!"
Mak mengiyakannya. Setelah itu, aku ke kamar ku membawa Nabil. Melepaskan rindu sejak pagi sibuk di kantor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
andi hastutty
siapa anaknya yg diakmil yah ?
2024-02-27
0