Aku terbangun saat Nabil menangis. Sepertinya ia kehausan atau mungkin pipis. Saat ku lihat ternyata diaper nya penuh. Pas kebetulan jam sudah menunjukkan pukul lima pagi.
Aku langsung bangun untuk mengganti diaper Nabil, hanya memakaikan celana saja setelah ku lap dengan tisu basah. Nabil berhenti menangis tapi sepertinya ia merasa haus. Aku pun membuatkan susu untuk nya.
"Mimi susu dulu ya? Papa mau sholat subuh! Nabil jangan nakal, oke???", kataku. Aku pun meletakkan Nabil di karpet dekat sajadah. Setelah itu ku tinggal bebersih dan berwudhu tapi masih tetap memperhatikan Nabil yang masih nyusu sambil duduk.
Aku iseng mengusap wajah Nabil dengan bekas air wudhu yang ada di tangan ku. Bukannya nangis, Nabil justru kegirangan. Dan sesederhana ini kami bisa tertawa bersama.
"Papa solat dulu. Nabil tunggu papa di sini, jangan ke mana-mana, nunggu papa selesai ya sayang!"
Entah Nabil benar-benar mengerti atau tidak. Dia hanya mengangguk sambil menggigit dotnya.
Alhamdulillah, aku selesai solat Nabil masih di posisi yang sama. Saat aku mengucapkan salam, Nabil merangkak naik ke pangkuan ku.
Aku pun berdzikir sambil memangku si kecil. Mulut ku masih berdzikir, tapi tangan ku masih mengusap kepala Nabil.
Dengan tersenyum tipis, aku menyadari betapa aku harus bersyukur saat ini. Ya, memiliki Nabil adalah semangat ku untuk tetap bertahan hingga detik ini.
Andai saat itu aku tak kehidupan bayiku dengan Bia, belum tentu aku sedekat ini dengan Nabil ku. Apa mungkin jika saat itu baby kami selamat, kami masih bersama???
Astaghfirullah! Aku memukul kepalaku sendirian. Bisa-bisanya aku berpikir seperti itu.
Bukankah aku sudah berjanji kalo aku mengikhlaskan Bia untuk Febri? Semua sudah selesai antara aku dan Bia saat aku menjatuhkan talak padanya. Meski setelahnya, hanya ada penyesalan yang kurasakan.
Nabil kembali tertidur. Aku meletakkan nya kembali keatas tempat tidur nya. Kali ini aku meletakkannya di box tidur nya.
Setelah memastikan Nabil tertidur pulas, aku pun mandi untuk bersiap-siap ke kantor.
Aku sudah rapi dengan pakaian ku, Nabil masih memeluk guling kesayangannya. Saat aku keluar dari kamar ku, ternyata Mak sudah menyiapkan sarapan untuk ku.
"Sarapan Jang! Nabil mana?"
"Iya mak. Tadi abis subuh, bobo lagi."
Aku duduk lalu mengambil nasi dan beberapa lauk yang dimasak teh Mila.
"Oh iya Mak, nanti siang ada babysitter yang akan bantu Mak jagain Nabil. Ngga apa-apa kan Mak?"
"Maneh teh ngga percaya ke Mak Jang?", tanya mak sendu.
"Bukan Mak. Alby kasian sama Mak, sama teh Mila. Nabil kan makin aktif mak. Kalian pasti capek. Bukan masalah percaya apa ngga Mak. Mak paham kan maksud Alby?"
Mak terdengar menghela nafas panjang.
"Ya sudah, Mak mah ngikut aja!", kata mak. Kami pun sarapan berdua.
"Alby berangkat ya Mak. Assalamu'alaikum!"
"Walaikumsalam. Hati-hati Jang!"
"Iya Mak."
Sesampainya di garasi, ternyata mang Sapto sudah memanaskan mobil yang akan aku pakai.
"Makasih mang!",kataku.
"Sami-sami Jang!", sahut mang Sapto. Aku pun melesat menuju ke kantor HS grup.
Kebetulan hari ini aku ada pertemuan lagi dengan salah satu CEO perusahaan yang cukup besar. Alhamdulillah, kemampuan ku sudah mulai di kenal meski masih menyandang nama besar Hartama, menantu tuan Hartama.
Sekitar satu jam aku sudah sampai di kantor. Seperti biasa, aku memberikan kunci mobil ku pada satpam. Setelahnya, aku masuk ke lift menuju ke ruangan ku.
Sudah menjadi hobi ku mungkin, memakai masker yang sekarang akrab dengan wajahku. Yang penting aku merasa nyaman-nyaman saja.
"Pak Alby!", panggil Marsha. Ya, dia memanggil ku seperti itu jika ada orang lain. Berbeda jika kami hanya berdua. Kami berteman baik, tak mau ada kecanggungan jika terlalu formal.
"Ayo!", ajakku. Ia masuk ke dalam lift yang sama dengan ku.
Tanpa kami ketahui, ternyata banyak kasak kusuk yang membicarakan kami berdua. Namanya juga netizen, suka-suka mereka berkomentar.
"Lo ke ruangan Lo dulu deh Sha. Gue mau ke toilet!", kataku saat kami sampai di lantai atas.
"Oke!", sahut Marsha.
Aku pun menuju ke toilet. Seven di ruangan ku juga ada toilet, tapi kalo ada yang dekat dengan lift ngapain cari yang jauh.
Aku pun memasuki toilet yang kosong. Membuang beban di kandung kemih ku. Setelahnya, aku pun ingin keluar dari toilet. Tapi aku mengurungkan niatku saat aku mendengar obrolan karyawan ku.
"Apa yang di banggain coba ya? Jadi Dirut HS grup gegara dikasih warisan sama mertua nya. Ketiban durian runtuh tuh namanya? Padahal mah dia kagak tahu apa-apa. Makan bangku kuliah aja kagak!"
"Kagak tahu pale Lo! Kalo dia kagak tahu apa-apa, nih perusahaan udah bangkrut dari kapan tau. buktinya masih fine-fine aja kan? Itu tanda nya, almarhum tuan Hartama ngga salah pilih penerus!"
"Halah! Paling itu juga karena mba Marsha. Coba ngga ada dia, pasti dia ngga bisa apa-apa."
"Lo sentimen amat sih? Ya biarin kenapa sih. Toh yang penting kita mah masih kerja di sini, ngga usah lah urusin urusan dalam negeri bos", salah satunya menyela ucapan temannya.
"Bukan sentimen Gengs, dia mah gagal korup sama proyek yang ono noh! Gegara pak Alby mengecek ulang kerajaan dia!"
"Sialan Lo boy!", katanya menoyor kepala temannya.
"Eh, ngomong-ngomong dia kagak pernah gitu ya deket sama cewek? Habis di tinggal mati sama bininya, dia cuma dekat sama si Marsha! Jangan-jangan mereka ada apa-apa lagi ya?"
"Ya ngga lah, Lo berdua laki kok doyan banget ngegosip sih??? Mereka kan emang temenan. Lagian mba Marsha juga punya tunangan kan, siapa namanya yang di cabang itu?"
"Iya sih! Tapi...di mana-mana ngga ada tuh persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Pasti salah satunya ada yang punya perasaan lebih! Percaya sama gue!"
"Serah Lo! Udah ah, kaya cewek aja sih Lo pada. Gosip Bae!"
Setelah mendengar mereka pergi, barulah aku keluar dari toilet. Sebenarnya bisa saja aku keluar dari tadi, jadi mereka bisa berhenti menghibahku. Tapi kalo tak begitu aku tak tahu apa yang mereka omongin selama ini. Mungkin bukan hanya mereka. Tapi ... karyawan yang lain juga berpikir seperti itu.
Apa aku juga harus menjauh dari Marsha??? Tapi kami memang benar-benar berteman kok???!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
andi hastutty
sentimen karena ngga bisa korupsi hehehehe
2024-02-26
0
Qorie Izraini
tandai tuch....
siapa yg mau coba2 korupsi
usir cantik aja
2024-01-25
0
~R@tryChayankNov4n~
iy percaya bang....
2023-01-04
0