Alby
Pagi hari, aku dan rombongan ku tiba di stasiun menunju ke Surabaya. Setelahnya, barulah kami melanjutkan perjalanan dengan pesawat.
Ternyata di sana aku bertemu dengan 'teman-teman' ku yang tentu saja bertujuan sama, Surabaya.
Mungkin bedanya, aku melanjutkan dengan pesawat. Mereka memilih memakai kereta juga ke Jakarta.
Di stasiun Surabaya, kami berpisah melanjutkan perjalanan masing-masing. Nabil sudah mulai terusik dengan hiruk pikuk stasiun.
Sekeluarnya dari stasiun, kami melanjutkan ke bandara dan langsung terbang menuju ke Jakarta.
.
.
Hampir tengah hari, kami sampai ke Jakarta. Aku menitipkan Nabil lagi pada teh Mila dan juga Mak.
"Mulai besok, Alby mau pakai jasa babysitter saja. Kalian pasti akan kecapekan, Nabil sudah semakin besar. Tingkah nya sudah banyak sekali yang pasti bikin kalian kewalahan. Alby ngga mau kalo kalian sampai sakit!", kata Alby pada Titin dan Mila.
"Atur wae Jang. Yang penting mah, Mak pengen ikut merawat Nabil."
"Makasih ya Mak!", kataku tulus.
"Maneh arek ka mana Jang?", tanya Mak.
"Ke kantor Mak!"
"Jang, maneh teu carape? Istirahat heula atuh jang?"
"Nanti lah Mak di kantor juga bisa istirahat kok. Kerjaan Alby banyak!"
Mak pun tak lagi melarang ku. Aku membersihkan diri dan solat Dhuhur. Ku sempatkan membeli makanan lewat aplikasi. Kasian teh Mila sudah capek harus masak juga.
Aku keluar dari kamar ku dan Nabil yang sekarang berada di lantai bawah. Lantai atas bekas kamar Silvy hanya sesekali ku datangi. Bukan takut berada di sana. Tapi aku hanya mempermudah urusan kalo sewaktu-waktu Nabil menangis dan aku tak bisa menenangkan nya, Mak atau teh Mila tidak harus jauh-jauh ke lantai atas.
"Teh, aku sudah pesan makanan buat makan siang kalian. Jadi teh Mila ngga usah masak ya? Sama itu, bubur instan sama susu Nabil juga stoknya masih kan?"
"Oh, gitu. Ya udah makasih By! Susu sama bubur Nabil masih banyak kok!", kata teh Mila. Ku serahkan dua lembar uang berwarna merah padanya.
"Ini buat bayar gofud ya Teh!", ujarku. Teh Mila menerimanya.
Kok teh Mila masih memanggil ku seperti itu...??? Iya, karena aku yang memintanya seperti itu. Aku tak ada bedanya dengan teh Mila. Sama-sama bekerja di keluarga ini, keluarga mertuaku. Toh, pada aku nanti Nabil lah pewaris utamanya. Aku juga tak silau dengan harta yang bukan milikku.
Setelah memberikan uang pada teh Mila, aku berpamitan pada Mak dan Nabil yang ternyata sedang bermain di karpet.
"Nabil, papa beranggapan dulu ya. Nabil ngga boleh nakal. Nurut sama Nenek Titin sama Amih Mila ya?"
Nabil tampak tersenyum mendengar ucapan ku. Apa dia mengerti???
Ku kecup keningnya sebelum berangkat setelah itu, aku melesat menuju ke kantor HS grup.
Istirahat makan siang membuat jalanan cukup padat merayap. Suara klakson bersahutan ingin sama-sama segera sampai ke tujuan.
Beruntung aku tak terlalu buru-buru ada pertemuan dengan klien. Hanya saja, aku ada jadwal bertemu dengan guru privat ku yang mengajarkan ku bahasa asing. Itu pun atas saran Marsha. Bagaimana pun , aku harus bisa belajar dan menguasai bahasa asing untuk urusan pekerjaan ku.
Soal pendidikan? Aku akan mengambil kuliah malam. Yang penting, aku mendapatkan ilmu yang berguna untuk bidang yang ku jalani ini.
Mentang-mentang aku menjadi pemimpin perusahaan ini, bukan berati aku bisa semaunya. Aku tetap seperti karyawan yang lain. Gajian juga seperti mereka! Memang, nominal nya jauh lebih banyak di bandingkan mereka. Tapi tetap saja namanya di gaji!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Tata Mahfud
Nabil ini cerita nya anak dari Silvi apa dari bia
2023-04-07
1