Tanda

Dini hari, pukul satu pagi...

Saat ini aku berada di sebuah ruangan ganti pakaian para pemain klub. Kulihat para pemain sudah pergi menuju lapangan. Namun, masih ada seseorang yang tertinggal di dalam. Dan seseorang itu bernama Elfan.

"Kau tidak pergi ke lapangan?"

Pria itu duduk di kursi ruang ganti. Dia pun beranjak berdiri seraya melihatku yang berada di depan pintu. Dia berjalan mendekatiku dengan perlahan. Sampai akhirnya dia keluar dari ruang ganti bersamaku.

"Di-dia?!"

Elfan menyenggol bahuku lagi. Aku pun merasa kesal dan mencoba untuk memberinya pelajaran. Tapi, tiba-tiba saja kulihat tubuhnya berubah. Bulu-bulu aneh itu mulai keluar dari tubuhnya. Kuku-kuku di jari tangannya pun mulai panjang semua. Dan dia akhirnya berubah menjadi seekor serigala. Sontak aku pun terkejut seketika.

"K-kau?!"

Lututku gemetar melihat dia menyeringai. Aku pun memundurkan langkah kaki ini ke belakang. Berniat lari dan menyelamatkan diri. Aku tidak boleh mati di sini. Namun...

"Aaakkhh!!"

Dia melompat ke arahku. Serigala itu melompat dengan lompatan yang jauh. Cengkeraman tangannya terlihat begitu kuat di mataku. Kuku-kuku di jarinya juga seakan siap untuk merobek-robek apa saja yang ada di hadapannya. Aku pun sekuat tenaga melindungi diri ini darinya.

"Tidaaaaaakk!!!"

Aku menjerit sekuat tenaga. Berusaha meminta pertolongan. Tubuhku bergerak cepat untuk lari dari serigala itu. Hingga akhirnya...

"Hah ... hah ...." Kulihat aku berada di dalam kamarku. Aku terbangun dari mimpiku.

"Astaga, aku bermimpi?"

Ternyata aku bermimpi. Mimpi yang begitu menyeramkan sekali. Detak jantungku melaju cepat tak terkendali. Aku pun segera mengusap keringat di dahiku ini.

Astaga ....

Aku pun mencoba menormalkan detak jantung yang melaju cepat dengan menarik napas dalam-dalam. Sungguh aku takut sekali. Mimpi itu seperti nyata terjadi.

Ya Tuhan, apakah ini yang dimaksudkan oleh Lita di kantor?

Aku tak mengerti. Sungguh tak mengerti. Lekas-lekas kuambil air minum lalu meneguknya sampai habis. Sepertinya aku terlalu terbawa perasaan atas apa yang Elfan lakukan padaku. Kurasa aku harus lebih kuat lagi agar tidak terbawa mimpi.

"Hana, kau baik-baik saja?" Tiba-tiba kudengar suara nenek memanggil.

Aku bergegas melepas selimut lalu menuju pintu. "Nenek?" Aku pun melihat nenekku yang berkaca mata itu sudah berada di depan kamarku.

"Kenapa kau berteriak-teriak? Mimpi buruk?" tanya nenek sambil memerhatikanku.

"Em, iya Nek. Mungkin kecapekan," jawabku seadanya.

"Kau ini. Sebelum tidur itu berdoa terlebih dahulu. Pintunya juga jangan dikunci biar nenek bisa membangunkanmu," timpal nenekku.

Aku mengangguk.

"Ya, sudah. Nenek mau berdoa kembali."

Nenek pun beranjak meninggalkanku. Dia kembali menuju kamarnya untuk berdoa malam. Nenekku memang seorang wanita spiritualis. Keyakinannya begitu besar terhadap kuasa Tuhan. Dia percaya jika sesuatu yang terjadi di dunia ini bukanlah sebuah kebetulan. Ya, walau terkadang aku kurang sependapat dengannya, tapi aku sangat menghormatinya. Dialah yang mengurusku sejak kecil saat ayah dan ibuku berpisah. Dan kini aku tinggal bersamanya.

Baiklah. Kita kembali tidur saja.

Lantas aku pun kembali ke kasurku dengan tidak lupa untuk berdoa terlebih dulu. Hariku sebagai seorang jurnalis baru saja dimulai. Aku tidak boleh menyerah di awal. Aku harus tangguh seperti nenekku. Membesarkanku hingga aku bisa lulus kuliah seperti ini. Aku ingin membahagiakan nenekku. Karena hanya dia seorang yang kupunya di dunia ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!