Ruang kerjaku ini terdiri dari empat buah meja kerja yang mana di setiap mejanya terdapat komputer. Bisa dibilang satu ruangan terdiri dari empat orang karyawan. Tapi hari ini aku hanya masuk berdua dengan teman seruanganku. Namanya Lita. Dia seniorku di kantor redaksi ini. Dan perawakannya bisa dibilang sebagai sosok senior yang blak-blakan. Dia tidak segan untuk mengatakan sesuatu.
"Hei, Hana. Kau menerima tawaran dari pak Hakiri, ya?" tanyanya sambil meneguk air di botol minumnya.
"Iya, Kak." Aku mengangguk seraya menoleh ke arahnya yang duduk di pojokan.
"Ih, apa kau tidak tahu klub sepak bola macam apa yang akan kau liput itu?" tanyanya lagi.
Aku menggeleng-gelengkan kepala lalu beralih kembali ke komputerku.
"Aduh, Hana. Bagaimana sih?! Klub itu sangat berbahaya. Tidak pernah ada jurnalis yang betah meliputnya. Mereka selalu saja mengundurkan diri selepas meliput klub itu." Dia mengatakannya lagi.
Aku terdiam. Sejenak kuhentikan aktivitasku karena sepertinya ada kabar yang harus kudengar hari ini.
"Benarkah, Kak?" Kuputar kursi kerjaku ke arahnya. Aku pun mendengarkan apa katanya.
Dia mengangguk lalu meletakkan botol air minumnya ke meja. "Jurnalis-jurnalis sebelumnya mengalami hal yang mengerikan sampai membuat mereka kesulitan tidur. Aku rasa klub itu mempunyai kekuatan mistik sehingga tidak ada satupun jurnalis yang betah meliputnya. Kau harus memikirkan masak-masak sebelum benar-benar terjun ke lapangan." Lita memperingatkanku.
Aku berpikir. Rasanya hal yang dia ceritakan hanya sebatas kata orang saja. Belum tentu kebenarannya seperti itu. Aku pun membulatkan tekad di hati. Tidak ingin mendengarkan apa kata orang yang belum pasti.
"Terima kasih, Kak. Tapi aku ingin mencobanya lebih dulu. Kebetulan bayarannya juga besar. Semoga nanti pekerjaanku lancar di sana. Doakan ya?"
Dengan senyum semringah kubulatkan tekad untuk mengambil pekerjaan ini. Dan kulihat seniorku tampak menekuk wajahnya. Mungkin dia kesal karena perkataannya tidak kuturuti. Tapi ini dunia kerja. Aku harus bersikap seprofesional mungkin. Jangan sampai terbawa perasaan yang membuat kinerja berantakan. Terlebih aku masih anak baru di sini. Aku harus menunjukkan yang terbaik untuk kantor redaksiku. Semoga saja semesta juga ikut merestuinya.
"Ya, sudahlah. Itu terserahmu saja. Tapi jika terbukti ada apa-apa, jangan menyesal ya!" Dia lagi-lagi memperingatkanku.
Aku tersenyum, menerima apa yang seniorku katakan. Tapi dengan tekad yang bulat, aku akan menjalani pekerjaan ini. Karena aku mencintainya. Mencintai pekerjaanku sebagai seorang jurnalis majalah olahraga. Semoga saja semuanya berjalan lancar dan tanpa kendala.
Keesokan harinya...
Pagi hari telah datang, mengantarkanku menuju tempat kerja yang kucintai. Setelah lulus kuliah tentunya ingin segera merasakan bagaimana suasana kerja. Dan aku berhasil mendapatkannya.
Hari ini aku mengenakan seragam kantoran yang serba panjang. Mulai dari kemeja sampai celananya. Tentu saja bekerja di lapangan harus lebih luwes dan cekatan dibanding bekerja di kantoran. Karena berhadapan langsung dengan situasi lapangan. Dan ya, aku memang sebenarnya lebih nyaman mengenakan pakaian yang tertutup. Selain melindungi diri dari sengatan panas atau dingin, aku juga merasa lebih percaya diri. Jadi mari kita jalani hari.
Kak Lita belum datang?
Saat ini hampir pukul delapan pagi. Sengaja aku datang lebih pagi untuk mengambil semua peralatan kerjaku. Kebetulan jam masuk kantor pukul setengah sembilan. Jadinya masih tersisa banyak waktu. Aku juga sudah siap bilamana harus segera terjun ke lapangan. Tidak sabar lagi untuk menghirup udara segar sambil menulis laporan. Dan ya, aku berharap hari ini adalah hari terbaikku. Ya, semoga saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
El Nino
bau bau cuan pokoknha gasskeun yak 😂
2023-01-03
1