Dayyan melangkah mendekati brankar. Dia menarik kursi lalu duduk di atasnya. Hayu yang masih lemas hanya mampu tersenyum tipis.
"Masih lemas?" tanya Dayyan seraya tersenyum simpul.
"Iya," jawab Hayu dengan suara yang masih terdengar lemas.
Hayu mengalihkan pandangannya kepada Ferhat yang masih berdiri di ambang pintu, seraya melemparkan tatapan tajam kepadanya. Rasa suka kepada lelaki itu kembali meronta. Hayu memang perempuan pemuja rupa.
Bagi Hayu tampang adalah nomor satu. Hal itulah yang membuat gadis itu sering patah hati sejak remaja. Haris sampai angkat tangan karena heran dengan tingkah sahabatnya itu.
"Ah, ya. Kenalkan namaku Dayyan. Siapa namamu?" Dayyan mengulurkan tangan dan disambut baik oleh Hayu.
"Hayu," jawab Hayu lirih.
"Kamu berasal dari mana?"
"Indonesia, aku ke sini hendak menemui seseorang yang ternyata tidak bertanggungjawab." Hayu menatap Ferhat yang tetap bergeming di ambang pintu.
"Apa ada yang bisa kami bantu?" tanya Dayyan.
"Aku butuh sejumlah uang agar bisa kembali ke Indonesia. Aku dicopet oleh sopir taksi yang membawaku dari bandara. Paspor, ponsel, serta uang yang aku miliki raib." Hayu tersenyum kecut teringat lagi kejadian yang menimpanya.
"Ah, temanku itu orang kaya. Dia pasti mau membantumu!" Dayyan menoleh ke arah Ferhat, yang kini menatapnya sambil melotot.
"Bukankah Anda adalah lelaki paling dermawan di Doha, Tuan Ferhat Al Malik?" Dayyan tersenyum konyol seraya mengacungkan jempol.
Ferhat terus menyipitkan mata. Dia menatap jam pada pergelangan tangan, kemudian mengetuk benda itu beberapa kali untuk mengingatkan Dayyan. Hari ini mereka harus bertemu dengan perwakilan dari sebuah merek fashion terkenal, yang hendak membuka gerai di mall milik Ferhat.
Dayyan langsung menepuk dahi setelah teringat akan hal itu. Lelaki tersebut langsung beranjak dari kursi dan berpamitan pada Hayu. Hayu pun mengiyakan.
Mereka berdua langsung beringsut dari kamar tersebut, kemudian melangkah cepat menyusuri lorong rumah sakit menuju tempat parkir. Setelah sampai di tempat Parkir, Dayyan dan Ferhat masuk ke mobil. Dayyan pun segera melajukan kendaraan tersebut secepat mungkin.
"Fer," panggil Ferhat membuka obrolan.
Ferhat hanya menjawab sang sahabat dengan deheman. Mata lelaki tersebut tak lepas dari layar ponselnya. Dia sedang memperhatikan sesuatu. Entah apa itu, tetapi berhasil membuat wajahnya terlihat sangat serius.
"Bisa bantu Hayu. Kasihan perempuan itu. Lihat saja tubuhnya begitu kurus kering. Padahal dia akan terlihat sangaaat cantik jika memiliki tubuh yang berisi!" Dayyan tersenyum mesum ketika otaknya dipenuhi dengan bayangan tubuh Hayu yang montok.
Ferhat tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke depan. Dia memukul kepala Dayyan begitu keras hingga lelaki itu menunduk sekilas. Tanpa sengaja, Dayyan menginjak pedal rem.
"Sialan kamu, Fer! Aku sedang mengemudi! Kalau sampai terjadi hal buruk gimana?" gerutu Dayyan seraya mengusap kepala bagian belakang yang tadi dipukul oleh Ferhat.
Ferhat menatap lelaki itu dingin, kemudian berkata, "Jadi, tetaplah bungkam! Jangan pernah memintaku lagi untuk menolongnya. Aku sangat membenci wanita itu!" seru Ferhat.
Mendengar ucapan lelaki itu justru membuat Dayyan tersenyum tipis. Dia balik badan, kemudian menatap Ferhat dengan sorot mata penuh ejekan.
"Jangan terlalu membenci seseorang. Jarak antara rasa benci dan cinta itu hanyalah setipis tisu. Di kemudian hari, kamu bisa saja berubah cinta kepadanya. Membenci orang itu sewajarnya saja." Dayyan terkekeh karena mendengar ucapannya sendiri yang terdengar sangat bijak.
"Tisu, tisu! Cepat lajukan lagi mobilmu! Aku bisa kehilangan klien jika terus mendengar ocehan bodohmu itu!" perintah Ferhat kepada Dayyan.
Dayyan pun kembali melajukan mobilnya menuju sebuah restoran yang ada di pusat Kota Doha. Mereka datang dua menit lebih cepat dari pada pihak calon klien. Pertemuan itu pun membuahkan hasil yang sangat baik.
Merek fashion terkenal itu bersedia menyewa salah satu toko yang ada di gedung pusat perbelanjaan milik Ferhat. Mereka pun menyatakan terlibat kontrak di atas kertas. Pertemuan itu diakhiri dengan saling berjabat tangan, tanda hubungan bisnis dimulai.
***
"Bawa saja dia ke rumahmu kalau memang kamu membantunya." Ferhat menatap datar Dayyan yang sedang berusaha membujuknya.
"Aku bisa kena cambuk ibuku seribu kali, kalau sampai membawa perempuan ke dalam rumah!" seru Dayyan.
"Lalu, memangnya aku tidak akan begitu kalau sampai ketahuan membawanya pulang?"
"Kamu punya banyak pelayan di rumah. Jadi kamu bisa mengatakan kalau dia adalah pelayan di rumahmu, Fer!" seru Dayyan.
Ferhat menautkan alisnya. Lelaki itu mulai melipat satu lengan sambil mengusap dagu. Tak lupa dia juga mengerucutkan sedikit bibirnya.
Tiba-tiba terlintas sebuah ide buruk di benaknya. Dia mulai memikirkan sebuah rencana kejam untuk Hayu. Akhirnya Ferhat mengangguk.
"Baiklah, aku akan menampungnya sementara waktu di rumah. Aku juga akan memberikannya uang untuk pulang setelah bekerja di rumahku selama 3 bulan."
Mendengar keputusan yang diucapkan oleh Ferhan, membuat Dayyan kegirangan. Lelaki itu memukul udara berkali-kali seraya terus melompat. Di sisi lain, Ferhat sedang tersenyum licik dan menyusun rencana jahatnya untuk Hayu.
Satu jam kemudian, Hayu sampai di kediaman Ferhat. Dia disambut oleh beberapa pelayan dan diantar ke sebuah kamar yang sangat luas. Kamar itu memiliki ranjang besar dengan seprai berwarna biru tua.
Hayu mengelilingi kamar tersebut, sambil menyentuh semua benda mewah yang ada di sana. Barang yang ada dalam kamar begitu canggih. Hanya dengan mengeluarkan perintah suara, alat elektronik di sana dapat bekerja dengan sendirinya.
"Hebat! Keren!" Hayu dibuat melongo setelah mempraktikkan instruksi yang diajarkan oleh seorang pelayan.
"Nona, saya tinggal dulu. Jika membutuhkan sesuatu, panggil saja saya." Perempuan bernama Bilqis itu menunduk sekilas kemudian kembali menatap Hayu ramah.
"Jangan panggil nona, panggil saja nama. Namaku Hayu, salam kenal!" Hayu mengulurkan tangan dan disambut baik oleh Bilqis.
"Baiklah kalau begitu, saya harus melanjutkan pekerjaan." Balqis pun keluar dari kamar Hayu.
Setelah perempuan berusia 22 tahun itu menutup pintu. Wajah ramahnya berubah. Dia menatap pintu yang telah tertutup penuh kebencian.
"Awas saja! Setelah kondisimu pulih, derajatmu akan sama sepertiku!" Bilqis mengusapkan telapak tangannya ke atas seragam yang dia pakai.
Di kamar Ferhat, lelaki itu sedang menatap ke arah cermin. Dia menatap tajam pantulan dirinya yang keluar dari sana. Lelaki itu terus melihat wajahnya sendiri penuh rasa benci.
"Aku sangat menyesal memiliki wajah ini! Kamu terlalu bodoh, Ferhat! Kamu terlalu naif! Kamu terlalu baik!" gerutu Ferhat pada dirinya sendiri.
"Jika saja hari itu kamu mendengar ucapan ibu, semua tidak akan menjadi seperti ini!"
Amarah Ferhat memuncak. Lelaki tersebut mendaratkan kepalan tangan ke atas cermin. Benda itu pun retak dan menggores buku-buku jari Ferhat.
Darah mulai keluar dari bekas luka tersebut. Ferhat mengusap wajah kasar kemudian berjalan ke arah ranjang. Lelaki itu merebahkan tubuh ke atas kasur, lalu mulai memejamkan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Benazier Jasmine
knp ferhat benci bgt sm hayu, apa penyebabnya hayu
2023-05-07
0
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
kenapa..
2023-01-07
1
Ayu Dwi S
semangat thor
2023-01-06
1