Dinniar memperhatikan gerak-gerik suaminya yang mencurigakan, tapi dia tetap berpikir positif, dia tetap percaya suaminya tidak akan pernah mengkhianatinya.
Selesai bicara ditelepon, Darius kembali menemui istrinya yang sedang memperhatikan tapi tidak berani menghampiri.
"Dari siapa, Mas?" tanya Dinniar dengan perasaan takut.
"Client, maaf ya, aku jadi buat kamu menunggu." Darius Merapi wajah Dinniar penuh kehangatan.
"Mas, aku lihat Tasya dulu dan menyuruh Bi Surti makan dulu."
Setelah istrinya hilang dari pandangannya, Darius mengeluarkan ponselnya dia juga memeriksa sekitar.
"Hallo." Panggilan video tersambung.
Dari ponsel lain, terlihat Cornelia sedang berada di dalam bathtub, tubuhnya yang sexy terbalut busa sabun, membuat kekasih yang bukan lain adalah pemilik Agencynya yaitu Darius meneguk kasar salivanya.
Darius begitu mengagumi kemolekan tubuh kekasih gelapnya, Cornelia yang tahu isi pikiran kekasihnya, menaikkan sedikit tubuhnya kepermukaan, membuat bulatan yang menggantung ditubuhnya terlihat setengahnya.
"Kenapa setengah? Kenapa tidak diperlihatkan gunung kembarnya." Darius seakan mengerti isyarat yang diberikan Cornelia.
"Aku akan memperlihatkan seluruh gunung kembarnya, hanya saja ada satu syaratnya." Wanita muda itu semakin menggoda Darius.
"Apa?" Dengan cepat Darius bertanya.
"Besok pagi, kamu harus sudah ada di apartemenku, aku rindu bersamamu." Cornelia memainkan mimik wajahnya sehingga membuat Darius ingin menerkamnya jika mereka dalam satu ruangan yang sama.
Cornelia mengetahui status Darius sebagai seorang suami dan ayah dari satu orang anak, tapi dia tidak perduli, dia lelah hidup susah, dan jalan dari Darius lah dia bisa menjadi model sukses.
***
"Tasya, ayo naik, sudah dulu berenangnya, nanti kita berenang lagi," teriak Dinniar sambil menaruh kedua telapak tangannya di sudut bibir.
Tasya langsung menoleh, dia mengikuti perintah maminya untuk berhenti berenang.
Hari sudah mulai gelap, meski masih siang, tapi suasana mulai mendung.
Bi Surti langsung memandikan tuan putri kecil yang dia jaga sejak lahir.
***
"Papi." Tasya mencari jejak papinya.
Dengan cepat Darius menutup ponselnya, dia tidak mau kepergok selingkuh.
"Papi coming." Darius langsung memeluk putrinya.
Darius beberapa bulan lalu berencana untuk memberi adik untuk Tasya, tapi mungkin saat ini dia akan mengurungkan niatnya, dia sedang asik bercinta dengan daun mudanya.
***
Ting Ting Ting
Dering alarm terdengar di telinga Dinniar dan juga Darius, adzan subuh juga sudah terdengar berkumandang, suami istri ini langsung bangun dan pergi ke kamar mandi.
Kemarin mereka ber empat, Darius, Dinniar, Tasya dan Bi Surti pulang ke rumah jam sepuluh malam, membuat mata mereka sekarang sedikit sulit dibuka.
Dinniar masuk ke kamar mandi dan dia langsung mandi tapi ternyata, Darius mengikuti langkahnya masuk ke dalam kamar mandi, merek kembali melakukan penyatuan.
"Maaf kan aku sayang, pagi ini aku tidak bisa menahan hasratku karena aku terus memikirkan Cornelia, maaf untuk pertama kalinya aku bercinta denganmu sambil membayangkan wanita lain."
Darius benar-benar sudah gila, dia menggauli istrinya hanya karena dia sejak kemarin membayangkan tubuh kekasihnya, jika Dinniar tahu maksud suaminya bercinta pagi buta dengannya karena wanita lain sudah pasti dia akan menenggelamkan Darius di dalam bathtub.
Selesai dengan pergulatan dan memanjakan tongkat suaminya, Dinniar mandi besar lalu mengambil wudhu dan shalat berjamaah bersama dengan imamnya, yaitu Darius suaminya.
Alangkah pemandangannya yang begitu menyejukkan hati, shalat subuh berjamaah setiap hari, membuat Dinniar semakin bergaya kalau suaminya alah sosok yang sangat bersahaja dan baik.
***
"Ayo sayang sarapan dulu," Dinniar memanggil putrinya.
"Siap Mami." Tasya langsung duduk dibangku.
"Sayang, aku langsung berangkat kerja ya, aku ada urusan mendadak," Darius mengecup kening Dinniar dan berlalu.
Dinniar yang hendak duduk dibangku mendadak mengernyitkan dahinya, tidak biasanya suaminya pergi sebelum sarapan pagi bersama.
***
Darius masuk ke dalam mobilnya lalu mengeluarkan ponsel dari saku jasnya.
"Hai sayang, coba aku lihat lagi." Darius melakukan panggilan video.
Cornelia memperlihatkan segitiga ya, membuat Darius membelalakkan matanya.
Darius juga tergila-gila dengan segitiga milik Cornelia, warna merah dan masih virgin saat mereka melakukannya pertama kali di sebuah hotel.
.
.
Dinniar yang bekerja di bidang pendidikan membuat dirinya selalu di pandang sebagai wanita yang memiliki kehidupan sempurna, pekerjaan sebagai kepala sekolah, punya suami pengusaha dan setia, serta punya seorang anak yang lucu dan pintar.
"Selamakt pagi, Bu Dinniar."
Beberapa guru dan wali murid yang bertemu dengannya selama perjalanan menuju kantor kepala sekolah menyapa. Dinniar selalu membalas sapaan mereka dengan membalas sapaan dan memberikan senyuman tipis. Dinniar seorang kepala sekolah yang begitu dikagumi, ramah, baik, selalu perhatian, membuat mereka nyaman dan juga membuat para orang tua murid berbondong-bondong memasukan anak-anak mereka ke sekolah harapan.
"Hai." Seseorang ternyata sudah menunggunya.
"Hai, Adrian, apa kabar?" tanya Dinniar ketika dikejutkan dengan kehadiran sahabatnya Adrian.
Adrian seorang pria yang memiliki kedudukan penting di SD Harapan, yaitu seorang kepala Yayasan sekaligus pemilik sekolah.
"Gimana Amerika? Menyenangkan?" tanya Dinniar sambil meletakkan tasnya yang tidak bermerk.
Sikap Dinniar inilah yang menjadi salah satu contoh, meski seorang kepala sekolah dan istri dari seorang pembisnis, tidak membuatnya sombong, dia selalu pergi ke sekolah mengenakan tas biasa tidak branded, mencerminkan bahwa dia adalah seorang yang sederhana dan juga menghindari sifat iri-irian yang dapat terjadi, karena kita tidak tahu isis hati orang, di depan memuji, dihati membenci.
Dinniar dan Adrian saling bertukar cerita, Adrian yang baru pulang dari Amerika langsung menemui Dinniar dan memberinya bingkisan oleh-oleh.
"Pulang sekolah nanti, kita makan bareng dua wanita super bawel." Adrian berdiri dan keluar dari ruangan Dinniar.
Dinniar tersenyum sambil memandang punggung sahabatnya, sahabat laki-laki satu-satunya yang dia miliki, mereka berteman cukup lama, persahabatan yang terjalin diantara mereka berempat sangatlah erat, mereka bahkan bagaikan keluarga.
"Permisi, Bu Dinniar." Seseorang berdiri di depan pintu, menghamburkan lamunan wanita muda yang mengenakan riasan tipis.
"Silahkan masuk, Bu." Dinniar menyambutnya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Dinniar saat seorang guru duduk di hadapannya.
"Saya ke sini, ada yang ingin dibicarakan dengan, Bu Dinniar." Talita seorang guru muda menghadapnya.
Dinniar melihat ekspresi murung di wajah Talita. " Ada apa, Ibu Talita?"
Dinniar yang lebih tua usianya tetap memanggil para guru yang lebih muda dengan sebutan Ibu Guru, sebagai tanda dia menghormati sebuah profesi seseorang.
Talita menceritakan permasalahannya, kebetulan saat ini dia sedang kosong jam pelajaran sehingga bisa berdiskusi dengan Dinniar.
"Ibu Talita, begini saja, jika memang anak itu butuh bimbingan lebih, alangkah baiknya Bu Talita juga bicarakan dengan wali kelasnya, wali kelas sebagai penanggung jawab penuh atas kelas akan memanggil orang tua dan juga nanti kalian bertiga bisa saling berdiskusi agara ada jalan keluar untuk membantu perkembangan anak didik kita."
Kepala sekolah yang sangat bijaksana, mau diajak berdiskusi dan mau mendengarkan keluh kesah dari guru atau orang tua murid, tak jarang dia juga ikut andil dalam permasalahan guru menyangkut perkembangan anak didik di sekolah.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 398 Episodes
Comments