"Hati-hati!", teriak Heru dengan sedikit keras karena paniknya.
Alina berusaha untuk bangkit dan melepaskan diri dari tangan Heru yang menopang tubuhnya.
Akhirnya Alina berhasil berdiri di atas kakinya sendiri dan mengatur nafasnya yang memburu.
"Maaf...", katanya dengan lirih.
Melihat wajah Alina yang nampak pucat dan sedikit ketakutan membuat Heru merasa bersalah.
"Harusnya akulah yang minta maaf, maaf aku datang dengan tiba-tiba dan membuatmu terkejut hingga hampir terjatuh..."
Alina mengangguk dan tersenyum tipis, lalu berbalik dan bersiap melangkah pergi. Tapi bersamaan dengan itu sigap Heru meraih tangan Alina.
"Tunggu sebentar..."
Heru benar-benar merasa perlu untuk bicara pada Alina. Sudah lama Heru menunggu kesempatan itu datang dan kali ini Heru tidak ingin melewatkannya begitu saja.
Alina terlihat enggan, tapi Alina juga tidak ingin membuat keributan yang akan memancing perhatian.
"Ada apa?"
"Aku ingin bicara denganmu sebentar, bolehkah?", tanya Heru dengan ragu-ragu.
Alina berfikir sejenak sebelum kemudian berbalik dan kembali duduk di bangku yang ada di taman belakang itu.
"Duduklah dan cepat katakan apa yang ingin kamu bicarakan..."
Ucap Alina dengan datar.
Heru menurut dan duduk di samping Alina.
"Bagaimana kabarmu?", tanya Heru dengan senyum terkembang dibibirnya.
Alina masih terdiam dengan kening berkerut, berusaha mencerna pertanyaan Heru.
"Sudah beberapa hari kita tinggal dalam satu rumah meski berbeda bangunan, bahkan tadi pagi kita sudah resmi menikah secara negara. Tapi baru sekarang aku punya kesempatan untuk menyapamu lagi, jadi bolehkah aku bertanya, bagaimana kabarmu Alina?"
Tanpa sadar Alina balas tersenyum meski kepalanya masih menunduk.
"Alhamdulillah, kabarku baik..."
"Baguslah kalau begitu, semoga saja kamu benar-benar baik-baik saja..."
Ucap Heru dengan tulus. Dan entah mengapa mendengar kata-kata sederhana itu membuat hati Alina terasa hangat.
"Terimakasih banyak atas perhatianmu...",
Heru merasa Alina sudah mulai membuka diri. Dan karena itu Heru ingin mereka berbincang lebih banyak dan memulai kembali komunikasi yang sempat terputus dengan lebih baik.
"Alina, aku sadar pernikahan kita tidak berarti apa-apa selain hanya sebagai status. Dan aku juga tidak memiliki hak apapun atas dirimu, tapi setidaknya aku ingin kita bisa sekedar berbincang sebagai teman seperti dulu, atau seperti yang keluargamu bilang, anggap saja aku adalah kakakmu. Jujur aku merasa kamu selalu menghindariku, apa kamu sebegitu membenciku atau aku melakukan suatu kesalahan? Tolong katakan dengan jujur, karena hal ini menganggu pikiranku..."
Alina tidak menyangka bahwa Heru akan bertanya segamblang ini perihal sikapnya. Mungkin ada baiknya juga Alina berterus terang tentang semua keadaannya.
"Mas Heru aku sama sekali tidak membencimu dan tidak pernah membencimu dan kamu tidak pernah melakukan kesalahan apapun padaku. Aku hanya merasa malu dengan keadaanku. Aku sangat malu harus bertemu denganmu dalam keadaan diriku yang seperti ini setelah semua yang terjadi diantara kita. Sebenarnya, aku juga tidak ingin seperti ini. Tapi aku tidak punya keberanian dan kuasa untuk menentang keluargaku. Karena itu, izinkan aku meminta maaf sebesar-besarnya. Tidak seharusnya kami mengorbankan Mas Heru hanya demi menolongku yang hina ini. Mas Heru pasti punya impian dam cita-cita, dan karena keadaanku semua jadi berantakan kan? Atau mungkin Mas Heru juga sudah punya kekasih? Yang mungkin terpaksa Mas Heru abaikan karena harus menolongku? Aku benar-benar minta maaf Mas. Aku harap Mas bisa memaklumi dan memaafkan semua keegoisan kami. Aku janji tidak akan terlalu banyak merepotkan Mas Heru dan Mas Heru bisa fokus pada kehidupan Mas sendiri tanpa harus merasa terbebani dengan keberadaanku. Dan jika tiba saatnya nanti, kita akan berpisah dan kembali melanjutkan hidup kita masing-masing. Kelak saat itu tiba, aku harap Mas Heru bisa meraih cinta dan cita-cita seperti yang mas Heru inginkan..."
Heru membiarkan Alina mengungkapkan semua isi hatinya. Meski Heru tak sepenuhnya setuju dengan apa yang Alina ucapkan.
Setelah Alina selesai bicara barulah Heru memberanikan diri meraih tangan Alina dan menggenggamnya.
"Alina, memang keluargamu lah yang datang dan memintaku untuk menikahimu, tapi akulah yang mengambil keputusan untuk menerima pernikahan ini dengan sadar dan ikhlas, jadi tolong jangan bebani pikiranmu dengan perasaan bersalah yang tidak perlu. Dan Alina, aku sudah mengikhlaskan apapun yang terjadi diantara kita di masa lalu. Aku menghormati pilihanmu meski itu bukan aku dan tidak ada penyesalan dalam hatiku. Semoga kamu pun juga begitu. Sebagai manusia wajar jika kita melakukan kesalahan, apalagi salah dalam menilai seseorang. Aku harap kamu tidak terus larut dalam kesedihan dan penyesalan. Bangkitlah dan jalani hidupmu dengan lebih baik, perbaiki apa yang masih bisa diperbaiki dan tinggalkan masa lalumu di belakang. Aku harap kamu bisa kembali menjadi Alina yang kuat dan ceria. Kamu bukan beban melainkan sebuah tanggung jawab yang aku ambil dengan sadar. Jadi tolong jangan merasa sungkan, aku akan sebisa mungkin berada disisimu saat kamu membutuhkan. Mari kita mulai lagi dari awal, anggaplah aku sebagai sahabat. Atau sebagai kakak yang akan selalu melindungimu? seperti saat kita kecil dulu...Dan tenanglah, aku tidak punya kekasih jadi kau tidak perlu khawatir"
Alina merasa terenyuh mendengar kata-kata Heru yang begitu tulus. Sungguh dirinya tidak pantas menerima semua kebaikan Heru. Dirinya hanyalah perempuan hina. Sedangkan Heru adalah lelaki baik yang berhati lembut.
Tanpa sadar Alina membiarkan tangannya digenggam begitu lama. Alina merasakan kehangatan dan kenyamanan mengaliri tubuhnya. Meski Alina tahu itu tidak benar.
"Alina..."
Sebuah suara mengegetkan Heru dan Alina. Reflek Alina menarik tanggannya dari genggaman Heru.
"Lagi asyik ngapain sih sampai nggak dengar ada orang datang?" Tanya Alshad dengan setengah menyindir.
Keduanya pun saling melirik dengan salah tingkah, mencoba mencari jawaban yang tepat.
"Ada sedikit urusan yang harus aku bicarakan dengan Alina...", jawab Heru akhirnya.
"Urusan apa?"
"Itu bukan urusanmu, ini urusan kami sebagai suami istri..", jawab Heru dengan percaya diri.
"Aku mengerti, kalian pasti juga perlu berkomikasi untuk menjalankan peran ini, tapi aku harap kamu juga ingat batasan yang kami berikan..."
Alshad bicara sambil menatap tajam kepada Heru.
"Kakak nggak seherusnya bicara seperti itu dengan Mas Heru..."
Alina berusaha membela Heru di depan kakaknya.
"Tentu saja aku ingat, tenang saja aku akan mematuhinya..."
Heru segera memotong karena tidak ingin terjadi perdebatan yang tak perlu.
"Alina, kembalilah ke kamarmu dan beristirahat. Kehamilannu masih kecil dan rawan, seharusnya kamu lebih fokus untuk menjaganya..."
"Ya Kak..."
Alina melangkah dan masuk ke dalam rumahnya.
Sepeninggal Alina, Alshad menatap tajam kepada Heru.
"Jangan pergi dulu bro, ada yang pengen gue bahas sama lo..."
Heru pun mengurungkan niatnya untuk melangkah pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments