Pagi itu, Heru sedang berjaga di ruang IGD di rumah sakit tempatnya bekerja, saat salah seorang rekannya menyuruhnya menemui Dr Gunarto. Heru pun segera memenuhi panggilan itu setelah berpamitan pada rekannya yang sedang berjaga bersamanya.
"Selamat pagi Dok...", sapa Heru setelah mengetuk pintu dan di dipersilahkan masuk oleh Dr.Gunarto.
"Ya selamat pagi, bagaimana hari ini lancar?"
"Ya alhamdulillah dok, semua pasien tertangani dengan baik..."
"Sebenarnya saya cukup puas dengan kinerja kamu disini, kamu seorang dokter yang disiplin dan juga ramah sehingga pasien senang berinteraksi denganmu, tapi sayangnya saya harus merelakanmu...."
Dr Gunarto lalu mengangsurkan selembar surat kepada Heru. Sebuah surat pemindah tugasan dari rumah sakit Daerah Karangjati ke rumah sakit Karya Medika.
"Dokter Hendra memintamu secara pribadi kepada saya karena beberapa alasan, setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati saya putuskan untuk melepasmu..."
Heru tahu cepat atau lambat dirinya harus pergi, meninggalkan tempat yang belum lama dia singgahi. Meski begitu, entah mengapa ada kesedihan yang menelusup di hatinya. Walaupun baru sebentar bertugas, Heru merasakan kesan yang cukup mendalam di lingkungan dan masyarakat sekitar.
"Kapan saya harus pindah dok?", tanya Heru kemudian.
"Mulai hari senin, minggu depan kamu sudah bebas tugas di rumah sakit ini..."
"Baiklah Dok..."
Dengan berat hati Heru menerima keputusan itu. Heru sudah memutuskan untuk mengambil sebuah tanggung jawab. Dan ternyata keputusan menyangkut kehidupan pribadinya juga harus berimbas pada pekerjaan yang dia cintai.
Mereka lalu bersalaman dan Dokter Gunarto memeluknya tiba-tiba.
"Saya tahu kamu orang yang baik, semoga kamu sukses dimanapun kamu berada.. "
"Terimakasih banyak Dok...terimakasih sudah menerima dan membimbing saya selama disini..."
Bagi Heru, Dr Gunarto adalah sosok pempimoin bijaksana yang mampu mendidik dan mengayomi bawahannya dengan baik. Heru berharap semoha ditempat barunya nanti dirinya juga akan bertemu orang-orang baik seperti disini.
Heru keluar dari ruangan Dr. Gunarto dan kembali menjalankan tugasnya. Hari senin, itu berarti hanya tersisa lima hari lagi. Heru ingin menjalankan tugasnya sebaik mungkin dalam waktu yang singkat itu.
Bro, lo siap-siap kemasin barang-barang lo, hari senin orang-orang Papa bakal datang jemput lo buat pindahan...
Itu adalah sebuah pesan dari Alshad. Dan Heru segera membalasnya.
Gue bisa dateng sendiri bro, nggak perlu dijemput...
tidak berselang lama pesannya kembali mendapat balasan.
Jangan bro, Papa sudah atur semuanya.
Heru paham, dia tidak bisa membantah. Semua sudah diatur sedemikian rupa dan dirinya hanyalah robot yang sudah disetting untuk mengerjakan perintah.
Ok bro
Heru mulai mengemasi barang-barangnya yang tidak terlalu banyak.
Akhirnya hari itupun tiba. Hari dimana Heru telah bebas tugas dan bersiap untuk menjemout sebuah tanggung jawab yang lain.
Hari senin, setelah berpamitan dengan rekan-rekannya di rumah sakit, Heru langsung pulang ke rumah kontrakannya. Ternyata disana orang-orang suruhan Dr. Hendra sudah menunggunya. Ada satu orang sopir dan satu orang lagi yang bertugas membawakan barang-barangnya.
Tapi Heru memilih barang-barangnya karena Heru tidak terlalu suka merepotkan orang lain. Heru membawa sendiri satu buah koper dan dua buah tas besar yang berisi barang-barang pribadinya.
Dalam perjalanan Heru memilih untuk memejamkan mata, sebab belakangan ini entah mengapa Heru susah sekali untuk tidur.
"Sudah sampai Pak Dokter..."
Entah berapa lama dia jatuh tertidur di dalam perjalanan. Heru membuka matanya yang terasa berat. Ternyata mereka sudah sampai di rumah Dr Hendra. Sebuah rumah mewah yang cukup besar yang masih terasa familiar di benak Heru.
Heru turun dan segera disambut oleh keluarga Dokter Hendra. Ada Dokter Hendra beserta istri dan juga Alshad, tapi tidak ada Alina.
"Selamat datang Nak Heru, kami senang akhirnya kita bisa bertemu lagi.."
Sapa Dr.Hendra dengan begitu hangat. Heru kemudian menyalami mereka satu persatu.
Heru mengedarkan pandangannya seolah mencari sesuatu. Alshad yang memperhatikan tingkah Heru seolah mengerti apa yang ada di kepala sahabatnya.
"Alina sedang beristirahat di kamarnya, kondisinya sedang kurang sehat jadi dia tidak bisa ikut menyambutmu..."
"Oh, tidak masalah...aku mengerti..."
Heru tersenyum dengan salah tingkah.
"Heru, sebaiknya kamu beristirahat terlebih dahulu...pasti lelah kan menempuh perjalanan panjang, biar Bi Siti yang akan mengantarmu ke paviliun belakang...Bi Siti juga yang akan melayani segala keperluanmu, kalau ada perku sesuatu jangan sungkan untuk meminta pada Bi Siti, kamu mengerti?"
"Baik Pak, terimakasih banyak..."
Dokter Hendra dan keluarganya kembali masuk2 ke dalam rumah, sedangkan Heru di antar Bi Siti menuju paviliun yang bangunannya terletak di belakang rumah. Dibandingkan rumah Dokter Heru yang kuas dan mengah, paviliun itu tampak mungun. Tapi sebenarnya paviliun itu adalah rumah tiga kamar dengan fasilitas lengkap. Bahkan paviliun itu jauh lebih bagus dari rumah kontrakan Heru sebelumnya.
Karena Heru sudah tidur di sepanjang perjalanan, akhirnya Heru memilih duduk-duduk di teras sambil menghirup udara segar. Kemudian Bi Siti datang mengantarkan satu poci teh hangat beserta beberapa macam kue.
"Silahkan Den dimakan..."
"Baik Bi, terimakasih banyak..."
"Oh ya Den, saya disuruh menyampaikan, nanti malam Den Heru disuruh ikut makan malam bersama di rumah utama jam tujuh malam, jangan datang terlambat ya Den.."
"Ya Bi, saya tahu, terimakasih sudah menyampaikan..."
Bi Siti pun berlalu dan Heru kembali sibuk dengan lamunannya.
Tepat pukul tujuh malam, Heru melangkahkan kakinya ke rumah utama. Rumah megah yang dulu sesekali disinggahinya di masa kecil sampai remaja. Rumah itu tak banyak berubah, selalu bersih dan terawat dengan gaya klasiknya.
Ternyata semua anggota sudah berkumpul di meja makan. Lagi-lagi minus Alina.
"Maaf, saya datang terlambat..."
"Kamu tidak terlambat, kami saja yang berkumpul lebih cepat. Ayo jangan sungkan, silahkan dimakan.."
Heru mengambil nasi beserta lauk pauk yang dihidangkan. Semuanya lezat dan jenisnya bermacam-macam sampai membuat bingung.
Setelah ini mereka mereka makan bersama tanpa banyak bicara.
Setelah selesai menikmati santap malam, barulah Dr Hendra kembali berujar.
"Heru, setelah ini saya ingin bicara sama kamu di ruang kerja..."
"Baik Pak..."
Heru meletakkan gelas minumannya dan segera mengikuti Dr Hendra berjalan ke ruang kerjanya.
"Saya senang sekali akhirnya kamu mau datang kesini memenuhi permintaan saya yang disampaikan oleh Alshad..."
Dokter Heru mulai membuka percakapan.
"Saya tahu ini bukan hal yang benar, tapi saya harap kamu bisa memahami perasaan saya sebagai seorang Ayah..."
"Saya mengerti Pak..."
"Disini saya ingin memberitahimu, bahwa yang saya inginkan untuk Alina bukanlah pernikahan sungguhan, melainkan hanya sekedar pernikahan di atas kertas..."
Dr Hendra menyodorkan selembar kertas kepada Heru. Heru menerimanya dengan kening berkerut.
"Itu adalah kontrak pernikahan berikut beberapa poin yang harus kamu sanggupi..."
"Pernikahan ini dilakukan untuk menjaga nama baik Alina dan keluarga, seperti yang kamu tahu Alina sedang mengandung benih pria lain, itu artinya secara agama kalian tidak akan sah sebagai suami isteri. Jadi nantinya kalian juga haram untuk melakukan hubungan suami isteri sebagaimana mestinya. Yang kami inginkan adalah status hukum pernikahan dan kalian tampil sebagai suami isteri di depan umum, tapi di ranah pribadi kalian harus tetap menjaga batas pergaulan. Setelah Alina melahirkan nanti barulah kalian bisa memutuskan untuk menyudahi atau kembali menikah ulang. Itulah isi kontrak secara garis besar dan untuk detailnya bisa kamu pelajari sendiri, bagaimana apa kamu mengerti?"
"Baik Pak, saya mengerti..."
"Baiklah, sekarang kamu boleh beristirahat dan mempelajari detail kontraknya, besok kita akan menandatangani kontrak itu di depan pengacara..."
"Baik Pak..."
Setelah selesai dengan urusannya, Dr Hendra keluar dari ruang kerjanya dan Heru pun kembali ke paviliunnya.
Setelah sampai di paviliun Heru kembali membuka dan mempelajari surat kontrak itu. Yah, harusnya dia cukup tahu diri. Bagaimanapun juga dirinya tidak akan pantas bersanding dengan Alina. Semua tak lebih dari sekedar sandiwara. Dan dirinya harus pandai-pandai memainkan perannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments