Nolan, itulah nama manager baru di pabrik tekstil tersebut. Karyawati yang bekerja di bagian penyortiran barang? Itulah Fujiko. Tangannya bergerak cepat, begitu lincah dan cepat. Sudah satu tahun dirinya bekerja di pabrik ini, mengingat di kota yang jaraknya sekitar 9 kilometer dari tempat ini tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan, walaupun dengan gelar sarjana.
Dikucilkan oleh saudara, tidak memiliki pacar, itulah nasibnya. Dirinya empat bersaudara Rosita, Fumiko dan Tari, itulah nama kakak-kakaknya.
Empat orang wanita cantik dengan warna kulit khas Asia timur, namun memiliki gesture wajah layaknya orang Indonesia. Ibu mereka memang merupakan warga negara Jepang yang menikah dengan ayah mereka. Namun, sang ibu sudah lama meninggal.
Ayah Fujiko memiliki toko elektronik kecil. Bukan dari keluarga kaya, hanya dari keluarga sederhana. Tapi harus diakui olehnya kedua kakaknya lebih pintar dalam memilih pasangan.
Dari segi karier, sama saja dengan dirinya Rosita bekerja sebagai sales rokok, Fumiko karyawan kelas rendah, sedangkan Tari bekerja di cafetaria rumah sakit.
Tapi soal jodoh tidak main-main, kekasih Rosita berprofesi sebagai seorang pilot, yang selalu membawakan oleh-oleh dari negara dan daerah lain. Bahkan ada kalanya sang pilot yang telah menjadi duda beranak satu itu, membawakan embrio burung, untuk sang ayah, katanya makanan khas China.
Sedangkan pacar Fumiko, seorang pria yang tidak memiliki rambut, perjaka tua, usianya sekitar 45 tahun. Tapi benar-benar kaya, hingga saat gigi depan ayahnya tanggal, pacar Fumiko langsung membawanya ke dokter gigi, memasangkan gigi emas. Sungguh direktur yang royal pada mertua.
Terakhir Tari yang bekerja di cafetaria rumah sakit berhasil menggaet seorang dokter bedah. Sangat berguna, benar-benar sangat berguna, karena ketika ayahnya sakit, harus menjalani operasi usus buntu, pacar Tari lah yang melakukannya. Menanggung semua biayanya.
Setiap dokter bedah itu datang untuk makan malam, sudah pasti pembicaraannya hanya soal operasi. Bahkan saat sang ayah sedang memakan jeroan dokter itu menceritakan bagaimana cara pembedahan operasi usus buntu. Berikut dengan cipratan darah yang kemana-mana. Tidak ada yang makan saat itu. Suasana di meja makan hening, hanya sang dokter yang menceritakan soal dirinya yang menyelamatkan hidup manusia, dalam adegan berdarah.
Karena itulah Fujiko memutuskan untuk pergi, karena gunjingan tetangga. Hanya dirinya yang gagal mendapatkan mantu idaman untuk ayahnya. Sedangkan ketiga kakaknya selalu berkata,'Apapun yang dibicarakan pria, seberapa burukpun wajahnya, bagaimana pun prilaku mesumnya. Isi dompet yang terpenting.'
Petuah untuk adik mereka yang belum memiliki pasangan. Walaupun dirinya merasa tertekan dengan kakak-kakaknya. Namun, dirinya tetap antusias, mencari pria kaya pinggiran kota. Bekerja di pabrik tekstil, mungkin memperkenalkan manager atau kepala pabrik sebagai calon suaminya.
Hingga langkahnya terhenti kala menatap pemuda rupawan dengan jemari cepat memainkan laptopnya. Pakaian sederhana hanya kaos putih dan celana panjang, memperkenalkan dirinya dengan nama Raka. Sungguh kesan yang benar-benar indah, pada pertemuan pertama.
Hingga pemuda itu menjadi dekat dengannya. Menempel bagaikan perangko, mulai bergantung mengharapkan perlindungan Raka saat jauh dari keluarganya. Tapi juga selalu menggerutu jika sabun batangannya menipis, atau skin care yang berkurang.
Pelit, itulah sifat sahabatnya. Dapat dikatakan sahabat satu-satunya. Berdebar saat bersama, merasa nyaman saat dipeluk dalam tidurnya, mengetahui segala seluk-beluk termasuk warna pakaian dalam di jemurannya. Itulah Raka sahabatnya, benar-benar sebuah perasaan persahabatan yang wajar. Sahabat memang selalu membuat nyaman dan paling mengerti luar dalam kan? Mungkin itulah anggapan Fujiko.
Jam makan siang akhirnya tiba, Fujiko menenteng tas plastik berwarna hitam beserta air mineral di dalamnya. Bekal yang dibuat Raka sebagai kompensasi sarapan gratisnya. Sebenarnya hanya sisa sarapan mereka yang dibungkus.
Mulai duduk bersama rekan-rekannya sesama pekerja. Hingga sang manager pabrik ikut duduk di dekatnya.
"Perkenalkan aku Nolan," ucap pemuda tersebut.
Fujiko tersenyum-senyum sendiri, gaji manager pabrik sekitar 11 juta per bulan itu berarti masuk ke dalam kriterianya.
"Fujiko," Fujiko tersenyum lembut, menunjukkan pesonanya sebagai gadis malu-malu, menggunakan sendok dan garpu untuk makan perlahan. Sangat pintar berakting bukan? Sedangkan saat makan dengan Raka wanita ini bebas mengangkang, makan menggunakan tangan. Bahkan berkelahi jika lauknya dicuri oleh Raka.
"Jangan selingkuh!" bisik Reina, karyawati yang merupakan sahabatnya. Masih menginginkan Raka dan Fujiko akan menjalin hubungan.
Fujiko mengenyitkan keningnya, menatap tajam pada Reina."Kami hanya teman! Kamu tahu seberapa pelitnya dia?! Bahkan dia menggunakan sikat gigiku! Kami seperti saudara kembar yang berbagi rahim ibu," batinnya, tidak ingin kedekatannya dengan Raka dibahas lagi.
"Nanti sore mau pulang bersama? Aku mau tahu kamu tinggal dimana?!" ucap Nolan terlihat gugup.
"Boleh, kebetulan motorku rusak." Jawab Fujiko, merapikan anak rambutnya.
"Kamu mau? Aku membeli lebih, kelihatannya kamu kelelahan hingga hampir jatuh tadi pagi." Ucapnya ramah, membuka kotak dari salah satu restauran, berisikan chicken donkatsu dengan salad sayur dan buah, serta irisan kentang.
Kotak makanan berisikan sayur sup serta tempe tepung buatan Raka ditarik oleh Nolan hendak meletakkan makanan yang dibelinya di hadapan Fujiko.
Mungkin di saat seperti ini nalurinya sebagai seorang teman tergerak. Kembali menarik bekalnya posesif, tidak ingin Nolan membuangnya.
"A...aku makan ini saja. Kebetulan aku tidak begitu menyukai daging." Jawaban asal dari Fujiko, merasa tidak nyaman jika tidak menghabiskan makanan dari si kikir.
Ingat ini murni persahabatan. Dirinya tidak tertarik untuk memiliki kekasih yang bahkan memiliki gaji lebih rendah dari tukang parkir.
Nolan tersenyum tipis, kemudian memberikan makanan untuk karyawan lainnya. Duduk dengan wanita berwajah secantik ini di tengah pabrik yang dipenuhi karyawan berwajah standar, mungkin sebuah keberuntungan bagi Nolan. Setelah jabatannya diturunkan dari kantor pusat karena kasus pelecehan terhadap karyawati.
*
Sore akhirnya menjelang, jodoh yang mungkin dikirimkan Tuhan akan mengantarnya pulang hari ini. Mobil yang tidak begitu mahal, tapi tetap saja namanya mobil. Berjalan beriringan dengan Nolan, yang mendahului langkahnya, hendak mengambil mobil, hingga.
Tin!
Tin!
Tin!
Seorang pemuda tersenyum, duduk di atas motor matic milik Fujiko. Menyodorkan helm."Aku sudah membawanya ke bengkel harga perbaikan 250.000, bensin 12.000. Sementara aku menggunakan uangku dulu untuk membayarnya, jadi kamu berhutang padaku 262.000 rupiah."
Fujiko mengenyitkan keningnya."Kamu akan meminjamnya, jadi bagi biaya perbaikannya," ucapnya tersenyum berusaha ramah.
"Aku tidak punya uang, jauh dari orang tua. Kita hanya hidup berdua, hanya bisa saling mengandalkan dan bergantung. Apa kamu melupakanku yang selalu berbagi gelas bahkan sedotan denganmu?" gumam Raka lirih.
"Kamu pulang sendiri, nanti aku ganti biaya perbaikannya. Hari ini aku pulang dengan Nolan," ucap Fujiko menghela napas kasar, enggan berdebat di depan pabrik.
"Tidak boleh!" ucap Raka, menarik tangan wanita di hadapannya.
"Kamu tidak berhak---" Kata-katanya terhenti. Raka turun dari motor, menarik tengkuknya, memejamkan mata, memangut bibir Fujiko tanpa peduli lokasi.
Helem terjatuh dari tangan sang pemuda. Karyawan pabrik yang baru akan pulang menyaksikan semuanya termasuk Nolan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
zansen
/Facepalm//Facepalm/
2025-02-21
1
ning sora
raka soang 🦢
2024-12-01
0
ning sora
wuaduuuhhhh... boyo rek 🐊
2024-12-01
0