"Erlan..? Apa itu kau.. Sayang?" Bisik sang wanita tua dengan suara yang terlampau lemah.
Aku menangkap kefamiliaran dalam suara dan juga nada saat wanita itu menyapa ku. Jantung ku pun kian berdegup tak menentu.
Tanpa sadar tangan ku terjulur ke depan. Baru juga aku hendak meraih wajah di hadapan ku, ketika pendengaran ku menangkap suara langkah seseorang dari dalam rumah yang hendak keluar.
Dengan spontan, aku pun melesat kembali ke atas pohon di mana aku bersembunyi tadi. Dan kulihat kembali wanita tua di atas roda dengan pandangan bingung.
Kebingungan yang seperti nya juga dirasakan oleh wanita itu. Ia tampak menoleh ke kanan dan kiri. Seperti mencari-cari sesuatu. Atau mungkin juga mencari keberadaan ku.
Tanpa bisa ku jelaskan, rasa sesak tiba-tiba datang dan menghimpit dada ku. Bahkan kedua netra ku pun perlahan mengabur oleh embun yang mengumpul di mata.
Aku tak lagi bisa memalingkan pandangan ku dari sang wanita tua di atas kursi roda. Tangan ku pun mencoba menggapai ke arah nya. Meski jarak di antara kami bermeter-meter jauh nya kini.
"Nyonya, Nyonya mau jalan-jalan?" Tanya seorang wanita yang ku kira adalah pembantu di rumah itu.
"Erlan.. Erlan.." lirih suara sang wanita tua begitu jelas terdengar di telinga ku.
"Mm.. Nyonya cari siapa? Non Nila? Non Nila nya lagi ganti baju di kamar nya, Nyonya," sahut sang khadimah memberi tahu.
"Erlan.. tadi aku lihat Erlan di sini.. Erlan.." sang wanita tua kembali menoleh ke kanan dan kiri dengan suara yang sangat pelan.
Hati ku tercabik, setiap kali nama ku dipanggil oleh wanita tua tersebut. Ingin rasa nya aku melesat kembali ke hadapan nya. Dan mengakui keberadaan ku kepada nya. Walaupun akal pikir ku masih bingung dengan identitas dari wanita tersebut.
"Erlan? Itu siapa, Nyonya? Mau Bibi panggilkan Non Nila saja ya? Sebentar. Bibi panggilkan dulu Non Nila nya," ujar sang khadimah.
Pendengaran tajam ku kemudian menangkap suara langkah sang khadimah saat ia memasuki rumah. Aku pun masih jelas mendengar suara nya saat ia berkata pada seseorang di dalam rumah.
"Non.." panggil sang khodimah.
Tok. Tok. Tok.
"Ya, Bi Tum? Sebentar ya.." sahut suara yang ku kenali milik wanita muda yang dipanggil dengan nama Nila.
Lalu aku mendengar suara pintu terbuka.
Cklek.
"Ada apa, Bi?" Tanya Nila.
"itu Nyonya manggil-manggil orang.. Bibi bingung, gak biasa-biasanya Nyonya panik gitu.." ujar sang khadimah.
"Manggil siapa, Bi?" Tanya Nila.
"Gak tahu.. tadi sih manggil-manggil nama Elan apa Elang gitu.." jawab Bi Tum.
"Elang? Apa Mama lihat burung elang lewat gitu kah?" Terka Nila.
Kini aku mendengar dua suara langkah yang datang mendekat menuju luar rumah. Dan sedari tadi aku tak henti memalingkan pandangan ku dari wajah sang wanita tua yang duduk di atas kursi roda. Ia masih juga terlihat menengok ke segala arah.
"Ma..? Mama cari apa, Ma?" Tanya Nila ketika sudah berada didekat sang wanita tua.
Wanita tua tersebut lalu berhenti menoleh ke sana kemari. Fokus nya kini adalah kepada sang putri yang sedang duduk persis di hadapan nya.
Hati ku kian merasa jerih, begitu ku lihat dua buah air mata menganak sungai dari kedua sudut mata sang wanita di atas kursi roda.
Tanpa sadar ku eratkan cengkeraman ku pada pohon tempat ku berdiri kini. Merasa gamang antara pilihan segera melesat ke sisi sang wanita atau kah tetap berdiri di tempat ku saat ini.
"Erlan.. La.. papa mu.."
Deg. Deg.
Ba dump. Ba dump.
Kalimat sang wanita tua bagai menjadi guntur yang menyambar dunia ku di pagi ini.
'Papa?! Apa..apa maksud nya itu? Dia mengatakan kalau aku adalah Papa sang gadis?! Itu berarti..!! Wanita itu adalah.. Laila ku?!!'
Isi pikiran ku terkoyak oleh apa yang baru saja tertangkap indera pendengaran ku.
Wanita itu adalah Laila? Laila ku?! Tapi.. bagaimana bisa..? Aku harus menyelidiki ini terlebih dahulu.
Dengan perasaan gontai, ku tatap wajah sang wanita tua. Ku buka kembali akses pendengaran ku pada perbincangan dua wanita itu.
"Tapi Papa Erlan kan udah lama meninggal kan, Ma? Kata Mama dan Oma Mutia, Papa meninggal waktu Nila dan Mark masih dalam kandungan kan?" Ujar Nila mencoba mengingatkan sang Mama.
Pikir nya mungkin Mama nya sedang berhalusinasi sesaat tadi. Dan mengira orang yang lewat di depan rumah mereka sebagai Erlan. Begitu tebakan ku.
"Enggak.. Papa Erlan.. sungguh ada, La.. tadi dia di sini.." kukuh sang wanita tua.
"Ma.. Mama mungkin capek ya? Atau Mama tadi mimpi, mungkin? Mau Nila antar ke dalam kamar sekarang? Mama lanjut tidur lagi ya?" Nila memberi saran.
Sang wanita tua tampak frustasi. Dan entah kenapa aku jadi merasa bersalah karena telah muncul dan menghilang begitu saja di hadapan nya.
Seharusnya tadi aku tak mendekati nya. Seharusnya tadi aku menyelidiki penghuni rumah ini diam-diam terlebih dahulu.
Apalagi saat ini aku hidup sebagai Aro. Dan aku juga memiliki kemampuan untuk berkamuflase. Jadi kegiatan menyelidiki diam-diam bukan lah hal yang sulit bagi ku.
Tapi kini, aku telah membuat seorang wanita tua dianggap sedang berhalusinasi. Anak nya sendiri pun tak mempercayai ucapan nya. Ia tentu sangat frustasi kini.
"Ada, La! Tadi Erlan ada di sini..! ,Dia.."
Tiba-tiba saja sang wanita pingsan, tak sadarkan diri. Nila mendadak panik. Dan aku pun bergegas melompat dari atas pohon untuk kemudian melesat ke sisi sang wanita tua.
Nila tampak terkejut dengan kemunculan ku yang tiba-tiba. Namun aku mengabaikan perhatian nya kepada ku.
Aku langsung mengguncang tubuh wanita tua itu pada bahu nya. Namun ia tak jua segera tersadar.
Aku mecoba mengecek napas dan denyut nadi pada pergelangan tangan nya, dan syukurlah. Kedua hal itu masih ada. Meski pun aku dibuat sangat cemas lantaran aliran napas yang keluar dari hidung sang wanita terasa sangat pelan di tangan ku. Hampir tiada, malah.
"Siapa ka..?"
"Berhenti bertanya. Kita bawa mama mu pergi ke rumah sakit sekarang juga!" Ku potong kalimat Nila. Sementara tangan ku sudah sigap membopong tubuh ringkih dari wanita yang baru saja pingsan ini.
"Benar! Tunggu sebentar, aku akan mengambil kunci mobil nya dulu!"
Nila menyadari genting nya situasi saat ini. Sehingga ia pun bergegas kembali ke dalam rumah. Sementara aku sudah langsung berlari mendekati mobil civic perak yang terparkir di halaman rumah.
Tak lama kemudian Nila kembali keluar. Dia membuka kunci pintu mobil dan duduk di kursi driver. Sementara aku masih memangku sang wanita tua di bangku belakang Nila.
Kekhawatiran memenuhi benak dan pikiran ku saat ini.
Meski aku belum bisa memastikan kebenaran bahwa wanita di pangkuan ku ini adalah Laila, namun aku sudah sangat cemas memikirkan kondisi nya.
Selaksa harap pun mengangkasa di benak ku.
'Ya Allah.. tolong buat dia baik-baik saja!' pinta ku mengiba, dalam hati.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Rini Antika
aku nyesek bacanya Kak Mel
2023-01-12
1
Rini Antika
kok jd elang?🤦♀️
2023-01-12
1
mom mimu
itu emang lail bang Er... 😭😭😭
2023-01-05
1