Agatha menghabiskan banyak waktu berbincang dengan Gilang, putranya. Wanita itu masih tidak percaya kalau saat ini bisa bertemu dengan Gilang, putranya itu tumbuh dengan baik.
Dia menjadi seorang anak dengan berbagai macam penghargaan, meskipun besar tanpa seorang ibu, Gilang masih terus bisa berprestasi dan bisa membanggakan. Agatha sangat besyukur karena Gilang bisa melewati kehidupannya dengan baik meskipun tanpa sosok ibu.
"Kamu pinter banget, Nak. Ibu bangga sama kamu," ucap Agatha sambil mengusap rambut Gilang yang saat ini sedang tidur dipangkuannya.
"Ini semua karena doa dari Ibu," balas Gilang sambil tersenyum melihat wajah ibunya.
"Kamu sampai bisa membeli rumah untuk kita berdua. Ibu merasa malu pada kamu karena tidak bisa melakukan apa pun selama ini, terima kasih karena sudah tumbuh dengan sangat baik."
Air mata Agatha tidak bisa dibendung lagi. Ibu Panti mengumpulkan semua uang dari hasil lomba yang diikuti Gilang dan dengan uang itu dia bisa membeli rumah yang sederhana.
Ya, saat ini ibu dan anak itu sudah berada di rumah baru yang sudah dibeli Gilang. Anak laki-laki itu memang mempunyai impian untuk membeli rumah untuk ibunya, karena sejak kecil dulu dia pernah bertanya kepada ibu panti asuhan kalau nanti ibunya sudah keluar dari penjara mereka akan pulang ke rumah, tapi ibu panti asuhan menjawab jika mungkin saja Agatha tidak mempunyai rumah.
Mendengar hal itu membuat Gilang bertekat untuk mengumpulkan uang untuk membelikan rumah agar saat ibunya keluar dari penjara sudah ada tempat tinggal.
Dengan hasil uang tabungan dan uang hasil dari lomba-lomba yang pernah Gilang menangkan, anak itu akhirnya mampu membeli rumah kecil yang hanya bisa dia tinggali dengan ibunya.
"Ibu jangan mengatakan hal itu, aku melakukan semua ini memang untuk Ibu. Jadi jangan sampai berpikir kalau ibu malu karena hal ini. Sekarang yang terpenting adalah kita sudah bersama, tidak ada lagi hari minggu yang harus kita gunakan untuk bertelfonan," ucap Gilang. Anak itu terlihat sangat tenang. "Kenapa ibu tidak mengabarai saat keluar dari penjara. Kalau Ibu mangatakannya, aku akan menyiapkan banyak hal untuk Ibu, tapi karena sangat mendadak tidak ada yang aku siapkan."
"Ibu memang sengaja melakukan hal ini, karena Ibu ingin melihat wajah terkejutmu," jawab Agatha.
Gilang langsung bangun dari pangkuan ibunya. Kemudian dia menatap Agatha, detik berikutnya dia kembali memeluk tubuh ibunya, menyalurkan rasa hangat di sana. Anak laki-laki itu sangat senang melihat wajah ibunya yang senang memiliki rumah baru. Tidak sia-sia baginya menabung selama ini, dan terbeli juga rumah.
"Bu, aku ingin menanyakam sesuatun kepada Ibu," ucap Gilang sambil mengurai pelukannya.
"Ada apa, Nak?" Agatha mengusap lembut wajah Gilang. Dia penasaran apa yang ingin ditanyakan oleh Gilang.
"Tolong beritau aku siapa ayah kandungku?"
Pertanyaan hal itu membuat Agatha kaget, wanita itu sampai menegakkam badannya setelah mendengar pertanyaan anaknya. Dia tidak ingin menjawab pertanyaan itu karena memang tidak ingin mengenalkan Gilang pada pria yang telah menjebloskan dirinya kepenjara.
"Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal itu?" Agatha tidak langsung menjawab dan malah balik betanya.
"Aku hanya ingin mengetahuinya, Bu. Aku ingin tahu siapa ayahku dan melihat sosok yang membuat ibuku menjadi sengsara," jawab Gilang. Terlihat jelas dari wajah anak itu kalau saat ini dirinya menyimpan dendam besar kepada sang ayah.
Meskipun Agatha tidak menyukai sosok suaminya, tapi Agatha tidak mau mengajarkan dendam kepada anaknya.
Dia tidak ingin kalau anaknnya itu membalaskan dendamnya kepada ayahnya sendiri.
Gilang termasuk anak genius. Di usianya yang baru menginjak 8 tahun dia telah mampu menguasai teknologi dan berbagai macam keahlian lainnya.
"Apa yang mau kamu lakukan saat bertemu dengannya?" Agatha malah langsung menatang Gilang.
"Aku ingin membuatnya menerima pelajaran dariku karena telah membuat Ibu di penjara dan aku harus tumbuh tanpa ada sosok ibu. Aku ingin membalas semua itu," jawab Gilang. Anak itu terlihat sangat menggebu-gebu.
Agatha sebenarnya senang melihat putranya menjadi seorang yang sangat pemberani dan bisa melindunginya saat ini. Tapi Agatha tidak mau memanfaatkan keberanian putranya itu untuk menyerang balik suaminya. Jika dia melakukan hal itu, sama saja dia seperti Gerald. Agatha ingin membalas pria itu dengam cara yang lain, cara agar pria itu menyesal karena sudah meninggalkannya dan malah memilih wanita lain.
"Nak, dengarkan Ibu. Jangan terlalu memikirkan hal itu. Ibu sudah tidak ada dendam apa pun kepada ayahmu. Jadi kamu tidak perlu lagi mencari dirinya, yang terpenting kalau saat ini kita berdua sudah bersama-sama. Itu cukup bagi Ibu." Agatha mengatakan hal itu dengan sangat tenang. Wanita itu menatap mata sang anak dalam, Agatha sangat yakin kalau Gilang akan menurut kepadanya.
Saat itu Gilang hanya diam saja, tidak merespon apa pun. Gilang sebenarnya sangat kecewa dengan jawabam dari sang ibu, dia tidak mungkin membiarkan ibunya diam saja menghadapi ini semua. Delapan tahun dia harus berpisah dengan ibunya karena wanita itu berada di penjara, lagipula Gilang sudah pernah berjanji dengam dirinya sendiri untuk bisa menemukan keberadaan ayahnya dan akan membalas dendam.
Saat di hadapan ibunya, Gilang mengatakan kalau dia akan menurut dan tidak akan mencari keberadaan sang ayah. Tapi diam-diam Gilang masih terus mencari keberadaan ayahnya, supaya hatinya merasa lega.
Dengan menyuruh seseorang untuk membantunya mencari keberadaan ayahnya, Gilang sudah menunggu hari di mana dia mengetahui orang yang sebenarnya adalah ayahnya.
Pagi ini orang kepercayaannya mengajak untuk bertemu dan ingin mengatakan sesuatu katanya. Hal itu membuat Gilang merasa sangat bersemangat untuk bertemu. Di sebuah bangunan yang belum rampung, Gilang bertemu dengan orang itu.
"Apa yang mau kamu informasikan kepada diriku?" tanya Gilang dengan tatapan yang sangat serius.
Pria berusia dua puluh depalan tahun itu langsung mengeluarkan sebuah foto yang memperlihatkan sosok sang ibu bersama dengan seorang pria. Gilang sedikit terkejut dengan foto itu, pasalnya sanga ibu sedang berfoto dengan pelatih bela dirinya.
"Apa ini?" tanya Gilang memastikan.
"Ini adalah foto antara ibu anda dan suaminya," jawab pria suruhannya itu.
Sontak hal itu membuat Gilang sangat terkejut, dia tidak menyangka kalau orang yang selama ini mengajarinya bela diri adalah ayahnya sendiri. Ada sedikit rasa tidak suka saat mengetahui fakta itu, jika saja Gilang mengatahui hal ini lebih awal, dirinya tidak akan mau mendapat pelajaran dari orang yang pernah mencampakan ibunya.
"Apa kamu sudah mengetahui semua informasi dari pria ini?" tanya Gilang. Raut wajah pemuda itu terlihat sangat marah, dia rasanya sudah ingin sekali menonjok wajah pelatih bela dirinya itu.
"Iya. Saya sudah mengetahui semuanya, dia tinggal bersama istrinya."
Mendengar hal itu membuat Gilang langsung memiliki pemikiran licik. Dia ingin membuat perhitungan dengan istri kedua sang ayah, karena wanita itu ayahnya berpaling dari sang ibu dan berakhir dengan semua pertengkaran ini. Akhirnya ibunya harus rela di penjara padahal tidak melakukan kesalahan apa pun.
"Tunggu saja. Aku akan segera beraksi," desis Gilang dengan penuh emosi.
Gerald yang memiliki ilmu bela diri memang membuka pusat pelatihan setiap malamnya. Selain sebagai pimpinan satu perusahaan, dia juga sebagai pelatih bela diri ternama. Gerald pernah menjadi atlet bela diri mewakili Indonesia dalam ajang perlombaan internasional.
Saat ini Gilang, yang menjadi anak didiknya merupakan salah satu kebanggaannya. Tanpa mereka tahu jika ada ikatan darah diantara mereka.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
guntur 1609
cocok tu
2024-12-06
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
xhixhi ... dunia pernovelan itu emng sempit yaaa ....
tokoh2nya putar puter di situ2 aja ...
🙏🙏🙏🙏🙏😊😊😊😊😊
2023-05-06
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
Gilang kerreennn .... 👍🌹👏👏
dan itu juga berkat ibu panti nya yg memang amanah yaaa .... 💙💙
2023-05-06
2