Tidak terasa, sudah lima bulan berlalu. Kandungan Agatha makin membesar. Beruntung dia mendapatkan teman satu sel yang sangat baik dan penuh perhatian.
Agatha masih menyembunyikan kehamilannya, tapi saat kehamilannya sudah memasuki usia kandungan enam bulan wanita itu tidak bisa mengelak lagi. Semua teman penjaranya mengetahui hal itu, mereka juga sudah mendengar mengenai masalah Agatha yang sangat menyedihkan.
Tak jarang dari mereka memberikan perhatinaan khusus saat bersama Agatha, menurut mereka Agatha merupakan wanita yang sangat tangguh dalam menghadapi semua permasalahan ini. Setiap kali Agatha mengalami kesulitan semua temannya akan membantu, apalagi saat ada kegiatan bersih-bersih penjara, seringkalai Agatha hanya mengambil tugas yang paling enteng seperti mengabsen siapa saja yang ikut dalam kegitana itu. Bukan Agatha yang mengingnkan hal itu, melainkan semua temannya yang memilihkan bagian itu agar ibu hamil itu tidak merasa kecapekan.
"Agatha! Jangan lupa kalau hari ini aku ikut kegiatan kerja bakti, awas saja kau tidak menganggapku," teriak seorang wanita setengah baya yang saat ini sedang menyapu di lapangan.
Agatha yang mendengar hal itu tertawa kecil. "Siapa ya itu, sepertinya aku tidak mengenalinya," balas Agtha.
Selama hampir delapan bulan dia berada di penjara, membuat Agahta mulai bisa membaur dengan semua orang. Dia juga sering kali bercanda dengan para napi yang ada di sana, melihat semua itu membuat Agatha sadar kalau kehidupam di penjara tidak seburuk itu, buktiny masih banyak orang baik di sini. Hanya saja mereka pernah khilaf melakukan kesalahan sampai harus mendekam di penjara seperti dirinya.
"Awas saja ya!" peringat wanita itu.
Agatha tahu itu hanyalah gurauan belaka. Dia memilih untuk acuh, lalu mulai melangkah lagi untuk mengabsen dan melihat apa ada napi yang sedang bermalas-malasan saja.
Tepat saat Agatha ingin berjalan ke arah belakang lapangan, tiba-tiba saja perut wanita itu terasa sangat keram. Papan dada yang sedang dia pegang langsung terjatuh membentur lantai, suara jatuhnya benda itu langsung menarik perhatian orang yang ada di sekitar sana. Mereka langsung panik dan mendekat ke arah Agatha yang mulai menggerang kesakitan.
"Kamu kenapa? Apa perutmu sakit?"
"Cepat bawa dia ke klinik!"
"Apa sudah saatnya dia melahirkan?"
"Sepertinya dia memang akan melahirkan."
Mereka semua panik, dan Agatha sendiri merasakan kalau perutnya semakin sakit. Wanita itu bahkan sudah tidak bisa mengatakan apa pun karena menahan sakit di perut bawahnya.
Semua yang ada di sana langsung panik dan memanggil polisi untuk menolong Agatha, mungkin saat ini wanita itu sedang membutuhkan dokter. Tiga polisi wanita langsung datang ke sana, mereka langsung mengintruksikan pada salah satu napi untuk mengambil kursi roda di klinik karena tidak memungkinkan untuk mengangkat Agatha.
Setelah kursi roda datang, mereka semua bergotong royong untuk mengangkat Agatha ke kursi roda. Kemudian mereka langsung membawa Agatha ke klinik, salah satu polisi mengabarkan kepada dokter yang bertugas di penjara itu untuk segara datang.
"Apa semua akan baik-baik saja?"
"Aku kasihan dengan Agatha. Dia harus melahirkan di penjara."
Semua teman Agatha menunggu di luar klinik dengan tidak tenang. Mereka sangat menyayangi Agatha, makanya mereka takut terjadi sesutau yang tidak baik. Seorang dokter datang dengan terburu-buru, kemudian masuk ke dalam klinik. Polisi menjaga pintu kamar klinik itu agar tidak ada napi lain yang menerobos masuk.
Tak lama setelah itu suara tangis bayi menggema dari dalam kamar, akhirnya Agatha melahirkan. Tangis bayi itu terdengar sangat lantang, menunjukkan kalau dia telah menjadi bagian dari makhluk bumi yang akan menjadi manusia tangguh. Teman-teman Agatha merasa sangat bahagia melihat hal itu.
Setelah beberapa menit akhirnya Agatha sudah diperbolehkan untuk dijenguk, wanita itu tampak sangat bahagia dengan bayi kecil yang saat ini sedang tertidur pulas di sampingnya.
"Wah, anakmu ganteng banget," puji teman Agatha. "Setelah ini apa kamu mengajaknya tinggal di penjara?"
Agatha menggeleng. "Meskipun akan berat, tapi aku akan menitipkan anakku ke panti asuhan. Lingkungan penjara tidak baik bagi anakku, bukannya aku mengejek kalian tapi ...." Wanita itu menggantungkan ucapannya.
"Kami tau apa maksudmu. Keputusan yang sangat tepat untuk menaruh anakmu ke panti asuhan," ucap salah satu dari teman Agatha.
Keputusan yang berat bagi Agatha untuk berpisah dengan putranya, jika saja dia tidak di penjara. Mungkin kelahiran putranya ini akan menjadi waktu yang sangat membahagiakan baginya, tapi karena dia di penjara membuat kebahagiaanya terasa tidak penuh.
Agatha dengan sangat berat hati menyerahkan putranya ke pemilik panti asuhan, dia berpesan pada orang itu agar menjaga putranya dengan sangat baik. Perpisahan itu terlihat sangat mengharukan, tapi Agatha harus tegar melihat hal itu.
* * *
Delapan tahun berlalu.
Hari ini Agatha sudah resmi bebas dari penjara. Wanita itu menagis karena senang akhirnya bisa menghirup udara bebas, saat ini tujuannya adalah panti asuhan. Dia tidak sabar untuk bertemu dengan sang putra, mungkin saat ini putranya itu sudah tumbuh menjadi anak yang tampan.
Selama ini mereka tidak pernah bertemu sama sekali, Agatha tidak pernah memperbolehkan putranya datang ke penjara. Jadi selama ini cara mereka berkomunikasi dengam cara menelfon seminggu sekali, dia sengaja tidak mengizinkan putranya menjenguknya karena Agatha tidak ingin putranya malu melihat dirinya di penjara.
Saat ini Agatha sudah berada di panti asuhan, dia sedang berbincang dengan pemilik panti asuhan.
"Saya ingin bertemu dengan putra saya," ucap Agatha.
Ibu pemilik panti asuhan itu langsung mengajak Agatha bertemu dengan putranya. Dia merasa sangat senang karena akhirnya wanita yang menitipkan putranya itu sudah bebas dari penjara.
Dari kejauhan terlihat seorang anak laki-laki sedang bermain dengan para teman-teman panti lainnya.
"Gilang," panggil ibu panti asuhan itu.
Anak yang dipanggil itu langsung menoleh dan menatap heran, lalu dia mulai melangkah mendekat.
"Ada apa, Bu?" tanya Gilang.
"Ini ibu kamu, hari ini dia sudah bebas dari penjara."
Gilang langsung mematap Agatha, sedangkan Agatha sendiri sudah tidak bisa lagi menyembunyikan air mata bahagianya karena bisa bertemu dengan anaknya. Detik berikutnya Agatha langsung memeluk tubuh Gilang dengan erat.
"Kamu sekarang sudah besar, Nak. Ibu sejak dulu sangat ingin memeluk dirimu," ucap Agatha sambil mengusap punggung Gilang.
Anak berusia delapan tahun itu hanya bisa bengong. Dia masih belum percaya kalau wanita yang sedang memeluknya itu adalah ibunya, tapi dari suaranya, Gilang tahu itu adalah suara yang setiap minggu dia dengar.
Agatha kemudia mengurai pelukannya. Dia menatap wajah putranya itu sangat lama. "Kamu senang bertemu dengan ibu?" tanya Agatha.
"Ibu?" gumam Gilang.
Mendengar hal itu membuat Agatha langsung menangis lagi. Dia sudah menantikan hal ini sangat lama, di panggil dengam sebutan ibu oleh putranya sendiri secara langsung.
"Iya, Nak. Ini ibu, kita selalu bertelfonan saat hari minggu," jawab Agatha.
Detik itu juga Gilang langsung mengahamburkan pelukannya kepada Agatha.
...****************...
Maaf, ada sedikit revisi karena permintaan editor. Anaknya berusia delapan tahun. Agatha dipenjarakan selama 10 tahun dan potong remisi ,jadi 8 tahun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
Gilang sudah 8thn baru ngihat wajah ibunya😢
2025-01-03
0
Sulati Cus
meng sedihkan sekali
2023-07-17
1
Sulati Cus
ikutan sakit tp nggak berdarah perih nggak kebayang hamil dan melahirkan di penjara akibat suami breng... sedihnya
2023-07-17
0