Bab 15

Mauren melepaskan sepatu hak tingginya. Dia berlari sekencang mungkin. Gaun yang dipakainya ditarik setinggi mungkin. Karena dengan begitu dia bisa berlari kencang.

Mauren juga memilih ke mobilnya. Dia tidak mau kembali ke pesta lagi. Tak mau bertemu dengan David lagi. Pria itu benar-benar membuatnya kesal.

Mauren masuk ke mobilnya. Kemudian melemparkan sepatu hak tinggi miliknya. Tak butuh waktu lama, Mauren segera melajukan mobilnya. Meninggalkan hotel tempat Arriel pesta. Dia berharap Arriel tidak membutuhkan bantuannya lagi. Karena dia memilih untuk pergi.

Mauren berhenti di sebuah minimarket. Kakinya kotor karena berlari tanpa alas kaki. Terpaksa dia harus membersihkan lebih dulu dengan tisu basah.

Rasa hausnya, membuat Mauren harus keluar ke minimarket. Jadi dia mengambil sendal yang berada di mobilnya dan keluar dari mobil. Beruntung gaun yang dipakai Mauren tidak terlalu seksi. Jadi dia bisa leluasa keluar.

Mauren membeli sebotol minuman dingin. Kemudian kembali ke mobilnya lagi. Mauren segera melegakan tenggorokannya dengan minuman yang dibelinya.

“Kenapa aku harus bertemu dengannya?” Mauren merasa kesal sekali karena bertemu dengan David di pesta Arriel. Padahal sudah susah payah dia berusaha menghindar.

“Aku rasa dia akan terus mengganggu aku.”

Mauren tidak tahu kenapa David harus mengejarnya seperti itu. Padahal banyak wanita yang mungkin saja bisa dikejarnya. Rasanya, Mauren kesal sekali. Dia ingin hidup tenang tanpa persoalan pria, tetapi sepertinya itu hanya angan.

...****************...

David dan Pak Dewa pulang selepas dari pesta Adriel dan Arriel. Mereka berada dalam satu mobil menuju ke rumah. Setelah kasus dengan wanita penari striptis di club malam, Pak Dewa meminta David pulang. Tidak mengizinkan David kembali ke apartemen. Pak Dewa tidak mau anaknya tidak ada yang mengawasi. Walaupun untuk ukuran tiga puluh lima tahun bukan waktu yang tepat untuk tetap diawasi.

“Lihatlah adikmu sudah menikah, sedangkan kamu masih terus dengan banyak skandal.” Pak Dewa meluapkan kekesalannya pada anaknya itu. Anaknya adalah kakak, tetapi tidak bisa menjadi contoh yang baik. Dan lagi sekarang justru adiknya lebih dulu menikah. Tentu saja itu pukulan berat untuk Pak Dewa.

David sudah menebak jika papanya akan mengatakan hal itu. Pasti papanya membandingkan dengan adiknya yang memang jauh lebih baik darinya.

Adriel memang besar di panti asuhan, dia adalah anak dari istri kedua papanya. Tinggal di panti asuhan memang membuat Adriel tumbuh sebagai pria bertanggung jawab. Berbeda dengannya. Terbiasa dimanja, difasilitasi, justru membuat David tumbuh sesuka hati. Dengan segala yang dipunyai, tentu saja dia bisa mendapatkan wanita mana pun.

“Aku belum dapat wanita yang tepat, Pa.” David memberikan alasan yang tepat.

“Kamu cari di club malam. Jadi jelas tidak ada yang tepat.” Pak Dewa menyindir.

David membenarkan apa yang dikatakan oleh papanya. Jika dia pergi ke club malam, yang ditemui jelas wanita tidak jelas.

“Nanti aku akan cari di toko.” David masih sempat-sempatnya tertawa.

Pak Dewa langsung menatap tajam pada David. Di saat sedang serius, David justru bercanda.

“Jika kamu tidak segera menikah, Papa jelas akan memberikan perusahaan pada adikmu. Jika dia tidak mau, Papa akan hibahkan.” Pak Dewa memberikan ancaman pada David.

“Astaga, kenapa dihibahkan. Tega sekali Papa.” David tidak menyangka pikiran papanya akan sejauh itu.

“Kalau begitu cepat carilah. Mau cari di toko, mau cari di kantor, mau cari di mal, yang terpenting dia wanita baik.” Pak Dewa tidak mempermasalahkan latar belakang calon menantunya. Baginya semua wanita sama. Jika dia bukan dari kalangan atas, anggap saja menikahi mereka adalah salah satu cara menaikkan derajat mereka.

Mendengar tempat-tempat yang disebut papanya, David teringat sesuatu. Dia bisa mendapatkan satu wanita di toko. Siapa lagi jika bukan Mauren.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***