Bab 2

Mauren melihat foto yang diberikan Arriel-temannya. Foto-foto itu adalah pria-pria yang akan dikenalkan pada Arriel. Mama Arriel berniat membuat kencan buta anaknya. Sayangnya, karena temannya menolak. Karena temannya tidak mau, akhirnya Mauren pun berniat menemuinya pria-pria itu. Dia penasaran dengan pria-pria itu. Karena dari tampilan di foto cukup meyakinkan.

Akhirnya Mauren membuat janji dengan satu per satu pria tersebut. Dia meluangkan waktunya untuk bertemu para pria tersebut.

Pria pertama adalah anak seorang pengusaha motor. Mauren membuat janji pagi-pagi. Menikmati sarapan di salah satu restoran.

“Hai.”

Seorang pria menyapa Mauren. Mauren memang sudah memberitahu pria yang akan ditemuianya, di mana dirinya duduk. Jadi bisa dipastikan jika yang menyapa adalah pria yang baru saja dihubunginya.

“Hai.” Mauren membalas sapaan pria tersebut. Hal pertama yang menjadi perhatiannya tampangnya masih muda sekali. Penampilannya mirip anak motor di film-film.

“Sudah lama menunggu?” Pria itu bertanya dengan tidak sopannya. Tanpa dipersilakan duduk, dia sudah duduk lebih dulu.

“Belum.” Mauren tersenyum.

Mauren memperhatikan pria di depannya. Dia merasa benar-benar aneh. Karena tampilan pria di depannya begitu urakan. Rambutnya berantakan seperti tidak disisir.

“Kenapa mengajak bertemu pagi-pagi? Aku masih mengantuk. Semalam aku balapan motor.” Pria itu melemparkan protesnya pada Mauren.

“Karena aku sedang ingin bekerja. Aku pikir bisa sekalian. Balapan motor memang ada sampai malam?” Mauren merasa tidak enak sekali.

“Ada.” Pria itu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

“Di sirkuit mana?”

“Di jalan biasa. Bukan di sirkuit.”

Kedua bola mata indah milik Mauren membulat sempurna. Dia merasa begitu terkejut dengan jawaban pria di depannya.

“Balapan liar maksudmu?” tanya Muaren memastikan.

“Iya, dan semalam aku memang.” Pria itu menjawab.

Mauren menelan salivanya. Umur berapa pria di depannya itu masih main balapan liar. Mauren pikir anak pengusaha motor itu akan balapan di sirkuit.

“Berapa umurmu?” tanya Mauren penasaran.

“Dua puluh tiga, Tante.” Pria itu menjawab.

Bola mata indah milik Muaren membulat sempurna. Apa setua itu dirinya hingga dipanggil ‘tante’?

“Anak Tante mana yang mau dikenalkan denganku.”

Jatuh sudah harga diri Mauren. Ternyata dirinya datang hanya untuk mewakilkan anak yang dipikir akan dikenalkan.

“Tidak akan ke sini, dan sepertinya tidak akan ke sini.” Mauren meraih tasnya. Dia merasa jika pria kecil di depannya tidak pantas untuknya.

“Kenapa?”

“Karena tidak jadi dikenalkan denganmu!”

Mauren segera berlalu pergi. Tak mau berlama-lama menghadapi bocah cilik.

“Hai, Tante. Kenapa tidak jadi dikenalkan?”

Suara pria itu terdengar. Namun, Mauren terus berjalan tanpa berhenti sama sekali. Pria kecil yang kurang ajar itu benar-benar bukan selera Mauren. Membuat Mauren berpikir jika pria itu tidak cocok dengannya. Jadi tentu saja tidak akan bisa masuk daftarnya. Apalagi Mauren dipanggil ‘tante’. Jelas itu kurang ajar. Karena dirinya tidak setua itu.

...****************...

Mauren membuat janji berikutnya. Kali ini dia memilih siang hari. Setelah tadi pagi bertemu dengan pria pagi hari tampak begitu berantakan, dia memilik siang hari. Siapa tahu akan lebih rapi.

Pilihannya jatuh pada anak pengusaha optik terbesar di tanah air. Saat datang ke restoran, Mauren mencari meja pesanan pria yang akan ditemui. Dia mengirim pesan jika sudah datang.

Dari belakang, Mauren melihat pria itu memiliki rambut yang rapi. Jauh berbeda dengan pria yang ditemuinya. Dia yakin jika pria ini pasti akan lebih baik dari yang pertama tadi.

“Hai, maaf aku terlambat.” Mauren dengan percaya dirinya menyapa.

Pria yang berada dalam posisi duduk, menengadah untuk melihat Mauren. Dia tidak menyangka jika Mauren begitu cantik sekali.

“A-a-aku baru sampai.” Pria itu gemetar. Dia mengulurkan tangan pada Mauren.

Mauren menatap pria di depannya terperangah. Jika tadi dia bertemu pria dengan rambut bak singa, kali ini berbeda, karena jauh lebih rapi. Namun, kali ini orang tersebut terlalu rapi. Hingga membuat

Mauren bingung. Rambut klimis pria di depannya seperti baru saja memakai gel rambut satu jar. Belum lagi kacamata bulat yang bertengger di hidungnya, membuat penampilan pria di depannya tampak aneh. Mauren pikir, jika pemilik optik akan tampil dengan kacamata model terkini, ternyata tidak.

“Ayo duduk.” Pria itu mempersilakan Mauren duduk

Tentu saja Mauren tidak bisa lari. Mau tidak mau duduk dan menikmati makan bersama.

“Kamu Arriel?” tanya pria itu pada Mauren.

Ini adalah kesempatan Mauren. Karena jika sudah begini dia tidak merasa bersalah.

“Bukan. Aku Mauren- asisten Arriel. Arriel sedang ada urusan.” Mauren menjadikan Arriel sebagai tameng.

“Oh ....”

Mereka berdua menikmati makan siang bersama. Tak ada obrolan. Pria itu tidak mau bertanya. Jadi tentu saja Mauren memilih diam juga.

“Maaf Arriel tidak bisa datang.” Karena tidak kunjung ada obrolan, akhirnya Mauren membuka obrolan lebih dulu.

“Tidak apa-apa.” Pria itu mengangguk.

“Dia menitipkan pesan. Terima kasih sudah mau datang untuk bertemu, tetapi Arriel sudah punya kekasih. Jadi dia tidak melanjutkan kencan ini.” Mauren sebenarnya tidak tega berbohong dan terlebih lagi menjual nama temannya. Namun, dia tidak punya pilihan lain.

“Oh ... begitu.” Pria tersebut tampak kecewa.

Melihat wajah kecewa itu membuat Mauren tidak tega. Namun, mau bagaimana lagi. Pria itu bukan tipe-nya. Bukan Mauren memandang fisik, tetapi paling tidak pandangan pertama harus meyakinkan baginya.

“Kalau kamu bagaimana?” Pria itu memilih bertanya pada Mauren.

Mauren membulatkan mata indahnya yang dihiasi bulu mata lentik. Dia juga menelan salivanya. Dia pikir pria di depannya akan memikirkan Arriel saja, ternyata tidak.

Ibarat tidak ada rotan, akar pun jadi. Mungkin berlaku. Tidak ada Arriel, aku pun tak masalah. Mungkin itu yang dipikirkan pria ini.

Mauren memikirkan apa yang ada di pikirannya. Mencoba menebak pria di depannya.

“Maaf aku sudah punya kekasih.” Mauren pun mengelak. Jelas pria di depannya bukan harapannya.

“Baiklah.” Pria itu pasrah.

...****************...

Beberapa kali bertemu pria yang berada di foto ternyata membuat Mauren menyerah. Dia sedikit mensyukuri karna temannya tidak menemui pria-pria itu. Yang ada justru temannya akan menggerutu seperti dirinya.

“Satu lagi. Jika ini gagal. Aku akan menyerah.” Mauren memutuskan menemui satu pria dulu. Jika pria itu sesuai dengan kriteria, mungkin bisa dipertimbangkan.

Mauren mengambil ponselnya. Dia segera menghubungi nomor telepon yang tertera. Berharap pria kali ini benar.

“Halo, siapa ini?” Suara pria terdengar di seberang sana.

“Saya Mauren-asisten dari Nona Arriel. Ingin membuat janji dengan Anda. Apa Pak David bisa bertemu dengan Nona Arriel?” tanya Mauren. Sengaja Mauren tidak berterus terang jika dirinya yang ingin bertemu.

“Oh ... baiklah. Aku bisa menemuinya di restoran hotel Maxton malam ini. Tolong sampaikan padanya.” David di seberang sana menjelaskan pada Mauren.

“Baiklah, saya akan sampaikan.” Mauren segera mematikan sambungan telepon. Dia kembali melihat foto milik David. Baginya David cukup tampan. Apalagi dia adalah seorang CEO. Jadi jelas jika jabatannya menjanjikan. Dia semakin penasaran akan seperti apa bertemu dengan seorang CEO.

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

bnr kesan prtm dlm prtemuan mmng mlekat d hati; aq brtemu seorg dktr mata asal menado, orgny hansome n cerdas, sayang br ktemu sdh mncapq sbg ibu yg gk becus jaga kshtn mata putraq smp buta sblh. kezeeel deh

2024-05-03

0

Enisensi Klara

Enisensi Klara

Awal pertemuan Maureen dan David

2023-09-14

0

💫ᵐᵃʰᵐᵘᵈᵃR𝓮𝓪ﺎᵐᵉ🦋💞

💫ᵐᵃʰᵐᵘᵈᵃR𝓮𝓪ﺎᵐᵉ🦋💞

Mauren kamu ada2 aja y😅😅

2023-06-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!