Seperti biasa rutinitas keluarga kami di pagi hari selalu menyempatkan sarapan bersama sembari bertukar cerita seputar apa saja yang membuat nuansa makan pagi di keluarga kami terlihat harmonis.
"Moon.. Nanti di bawakan bekal dari rumah atau tidak? Shiren juga mau di bungkuskan bekal atau tidak?" tanya mama terhadap kedua anaknya secara bersamaan.
"Di bawakan saja ma. Aku belum mengenal area perusahaan tersebut takut kalau tersesat ketika jajan makan siang nanti. Hehehe," jawab Moona seperti biasa yang lebih suka untuk di bawakan bekal makanan dari rumah.
Selain itu Moona sendiri sudah terlalu sering tersesat jika keluar rumah atau kemana saja seorang diri. Walaupun selalu membawa hp dan melihat peta GPS, namun sepertinya Moona buta dengan arah mata angin.
"Aku tidak usah di bawakan bekal ma. Nanti Shiren makan di kantin perusahaan saja sekalian berbaur dengan teman sekantor," jawab Shiren yang memang lebih menyukai suasana makan di tempat keramaian dari pada harus memakan bekal di ruang kantornya seorang diri.
"Yasudah, mama bungkuskan bekal buat adik kamu dulu ya," tutur sang mama.
"Baik ma," sahut Shiren.
"Kak, nanti aku pulang nya sama siapa? Dijemput kakak bukan?" tanya Moona.
"Dijemput siapa ya? Aku nanti pulang kerja ada janji bersama Ryan dahulu. Minta jemput papa saja dulu ya Moona. Atau kalau papa sibuk naik taksi dulu aja ya?" sahut Shiren.
"Waduhh.. Papa nanti sore masih ada janji bertemu dengan klien penting itu nak? Naik taksi dulu saja ya?" jawab sang papa.
"Yasudahlah, Moona nanti nanti naik taksi aja," sahut Moona kemudian dengan raut wajah yang sedikit kecewa.
"Anak papa kan sudah besar. Jadi latihan pulang dan pergi sendiri ya? Atau nanti telepon supir kita buat jemput kamu di tempat kamu magang," bujuk sang papa.
"Iya deh pa. Gampang itu nanti bisa di atur," sahut Moona mengalah.
Tak berapa lama pun akhirnya bekal dari mama pun telah siap.
"Ini bekalnya. Jangan lupa di habiskan ya sayang?" kata mama sambil mengusap pelan rambut Moona.
"Iya mamaku sayang. Siap laksanakan. Kak, ayo kita berangkat ntar keburu aku dan kakak terlambat loh?" kata Moona mengingatkan Shiren.
"Oiya ya sampai lupa kalau mau berangkat nganterin kamu dulu. Duh masih muda sudah pikun," jawab Shiren.
"Pa.. Ma.. Kami berdua berangkat dahulu," ujar keduanya serempak berpamitan.
"Hati-hati dijalan. Jangan ngebut ya Shiren," teriak sang mama memperingatkan anak gadisnya tersebut.
10 menit berlalu. Kini Moona telah sampai di perusahaan milik calon suaminya sekaligus tempat magang sang adik tersayangnya tersebut.
"Moon. Sudah sampai turunlah. Hati-hati di tempat magang. Dan ingat jangan sampai ceroboh ya," tutur sang kakak.
"Kakak tidak ikut turun mengantarkan aku sampai ke depan lobby sana?" tanya Moona sambil menunjuk ke arah lobby perusahaan.
"Astaga Moona, kakak itu nganter kamu magang cukup sampai di depan sini saja ya. Kalau sampai depan lobby yang ada nanti seperti mama nganter anaknya masuk sekolah TK dan sampai di anter ke dalam kelasnya pula. Masak enggak malu minta di anterin sampai kedepan lobby," tutur Shiren sambil mengerucutkan bibirnya menahan sebal terhadap adiknya yang terkadang kelewat manja tersebut.
"Iya boleh deh kak di anter sampai depan lobby terus sampai keruangan aku juga," jawab Moona sembari tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Astaga, mulai kumat. Sudah sana keluar keburu telat kamu," ucap Shiren dengan tegas kali ini.
"Iya deh kak, doain Moona ya kak," ucap Moona dengan terburu-buru membuka pintu mobil dan setengah berlari menuju ke lobby.
"Hemm, astaga punya adik satu namun manja nya kelewat luar biasa," gumam Shiren sembari melajukan mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
al-del
biasanya kakak Ade berantem terus...
2023-02-22
2
Gadih Hazar
manja sama kakak sendiri, luar biasa.. berarti kakaknya baik..
2023-02-08
3
yrputri
Moona capeer diing
2023-02-05
3