Bab 10

Davin memasuki kantor nya, dengan seorang wanita yang mengikuti nya dari belakang.

"Cella, nanti teman-teman saya mau datang, kamu tolong handle kerjaan saya dari jam 12."

"Baik pak." Cella adalah sekretaris Davin, wanita itu cukup tegas dan selalu berpakaian sopan serta rajin bekerja. Wanita itu sudah menjadi sekretaris Davin saat perusahaan ini baru-baru di buka.

Davin sampai pada ruangan nya. Pria itu meletakkan tas nya, kemudian membuka jas nya.

Mata nya menangkap beberapa berkas nya berada di atas meja kerja nya.

"Untung aja nggak banyak," tanpa berlama-lama, Davin langsung mengerjakan pekerjaan nya.

Matanya sibuk menatap layar komputer, kemudian beralih pada berkas bersampul biru di hadapan nya. Begitu seterusnya hingga jam menunjukkan pukul 11 siang.

Davin merenggangkan tangan, ia kemudian memejamkan mata nya yang terlihat lelah, karena terus menatap layar komputer.

***

"Davin, adek datang...Mana red karpet nya??" Teriakan cempreng itu membangun kan Davin, yang terlelap.

"Eron bodoh, nggak usah teriak setan!" balas Davin sambil mengelus wajah nya yang tampak sekali kesal.

"Goblok sih!" cibir pria yang berada di sebelah nya. Namnya Demian, ia sahabat Davin selain Eron.

"Kalian jahat sama adek! Sudahlah aku ngambek!" Davin dan Demian menatap wajah cemberut Eron dengan jijik.

"Jijik Ron," cibir Davin.

Eron menghela nafas, selalu saja dirinya di bully jika mereka berkumpul.

"Ayo ke bar. Demian yang traktir," Eron berseru senang sambil menatap kedua.

"Masih siang bocah!" Demian menjotos kepala Eron membuat pria dengan wajah manis itu merengut kesal.

"Sakit bego. Kalau gue amnesia Lo mau tanggung jawab?"

"Alay." Inilah sifat Davin yang tidak orang lain ketahui selain Demian dan Eron. Ia akan dengan blak-blakkan mengutarakan pikiran nya.

Seperti saat ini, Eron menatap sengit Davin yang memasang wajah julid sambil menatap nya.

"Berisik!" Demian yang memang lebih pendiam dari kedua nya, hanya menghela nafas. Davin dan Eron tidak bisa di satukan, kedua nya akan selalu bertengkar meskipun itu masalah sepele.

***

Rein yang sedang duduk menatap televisi sambil mengemil, menoleh melihat ponsel nya kala sebuah pesan masuk.

Om Davin

Rein, Saya pulang telat hari ini. Nanti kamu sama Ami jangan tungguin saya.

"Om Davin lembur kali," gumam Rein setelah membaca pesan singkat dari Davin.

Rein langsung meneruskan pesan singkat itu pada Ami. Entah anak itu sedang apa di dalam kamar, namun Rein tidak ingin mengganggu jadi ia menghabiskan waktunya untuk menonton televisi.

"Daddy emang kemana, Rein?" tanya Ami yang kini menuruni tangga dengan wajah putih, yang Rein perkiraan itu masker wajah.

Rein menggeleng tanda tak tahu. "Tanya om Davin aja kalau penasaran." Rein memberikan saran.

"Males ah, loh aja video call daddy, hp gue ketinggalan di kamar," Ami berucap sambil menatap Rein.

Rein memberikan ponsel nya pada Ami, membuat Rein wanita itu dengan cepat meraih nya, lalu mencari kontak sang daddy.

Ami berdecak dalam hati, melihat nama kontak yang sang daddy yang di beri nama "om Davin" sangat tidak so sweet.

"Hallo Rein," sapa Davin.

"Ini Ami dad, bukan Rein." gerutu Ami sambil cengengesan.

"Oh mana Rein, kok ponsel nya kamu yang pegang?" Tanya Davin.

Ami menatap sang daddy, yang berada di ruang kerja nya. "Itu Rein nya. Oh iya, daddy nanti lembur?" tanya Ami.

Davin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hm iya, jangan tungguin daddy, kamu sama Rein makan duluan aja."

"Oke. Daddy jangan lama-lama, Rein bilang rindu," Rein menoleh dan menatap Ami horor.

***

Davin yang mendengar ucapan Ami, seketika mengangkat sudut bibir nya.

Eron dan Demian yang masih berada di situ, menatap Davin aneh. "Dia kenapa?" bisik Eron pda Demian.

"Nggak tahu."

Eron berdecak sebal, mendengar jawaban Demian. "Nggak guna emang!" gerutu nya.

Demian mengabaikan ucapan Eron. Ia fokus menatap ponsel nya, melihat file yang baru saja ia terima dari sekretaris nya.

"Gila Lo? Kaya orang kasmaran gitu, senyum-senyum sendiri. Awas ketempelan!" Davin yang merasa di perhatikan langsung menatap Eron.

"Apa?" tanya Davin nge-gas, membuat Eron menggeleng.

Davin sebenarnya memikirkan ucapan Eron, apa iya dia sedang kasmaran.

"Tuh kan geleng-geleng lagi, fix dia udah gila."

"Udah, Lo berisik." Demian menatap kedua nya malas.

***

Musik memekikkan telinga, dengan cahaya minim, terlihat 3 orang pria tampan, sedang berjalan memasuki bangunan bernama club itu dengan wajah datar masing-masing. Kecuali Eron, ia yang memiliki sifat tengil dan ceria, malah terlihat sedang menahan pup jika menampilkan raut datar.

Ketiga nya mendudukkan diri pada sofa. Tak lama kemudian seorang wanita datang menghampiri ke-tiga nya.

"Mau minum apa pak?" tanya nya dengan sopan.

Eron langsung berseru senang dan memesan beberapa botol bir.

Pelayan itu terlihat risih kala seseorang menatap seperti ingin menelanjangi nya.

Dengan perlahan ia mendongak, iris kelam itu mendapati Demian yang tengah menatap nya.

Pelayan itu langsung menunduk dan berlaku untuk menyiapkan pesanan mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, suasana club semakin ramai, kala orang-orang datang untuk sekedar melepas lelah, dan mencari kesenangan.

Davin kembali meneguk segelas bir. "Sudah stop, Lo sudah mabuk!" ucap Demian mencegah Davin yang akan kembali meneguk bir yang entah ke berapa kali itu.

"Lo tau nggak, gue..gue kayanya jatuh cinta," Racau Davin sambil menutup matanya.

"Terserah lah, nyusahin aja Lo berdua!!" Demian menggerutu kesal. Matanya beralih menatap Eron yang kini sudah tertidur karena mabuk.

***

Setelah dengan susah payah, memapah tubuh bongsor kedua temannya. Demian kini menduduki bangku supir lalu melaju kan mobil nya menuju rumah Davin.

"Untung gue sabar." gumam nya.

Tak lama kemudian ia sampai, Demian langsung membuka pintu mobil dan menurunkan Davin yang kini meracau dalam tidur nya.

Cup

"Heh setan, nggak usah cium-cium gue!" Pekik Demian tertahan, wajah nya sudah menahan kesal, karena kelakuan Davin jika mabuk.

Setibanya di depan pintu dengan usaha keras, Demian menekan bel rumah. Matanya melirik arloji yang sudah menunjukkan hampir pukul 12 malam.

"Dalam hitungan ketiga, kalau belum ada yang buka pintu, Lo gue tinggal di sini," gumam Demian.

Pria itu mulai menghitung mundur, hingga akhirnya pintu terbuka, menampakkan wajah Rein yang kentara sekali mengantuk.

"Eh Om Davin," ucap Rein kaget.

"Om Davin kenapa om?" tanya Rein pada Demian.

Demian menatap wanita di depan nya ini dengan bingung. Perasaan sahabat nya ini hanya mempunyai satu anak.

"Saya Rein om, teman nya Ami." Jelas Rein saat menyadari raut bingung Demian.

"Oh iya."

"Oh jadi dia yang di sukai Davin." Ucap Demian dalam hati.

"Ayo om, bawa om Davin masuk," ucap Rein.

Demian menggeleng lalu menyerahkan tubuh besar Davin pada Rein. "Saya nggak bisa antar sampai dalam, teman saya udah tunggu di mobil. Terimakasih ya," Rein menatap kepergian Demian dengan mata melotot.

"Om jangan pergi, bantuin dulu bawa om Davin ke dalam!" Pekik Rein sambil menahan tubuh Davin yang kini memeluk nya.

"Om Davin lepas dulu!" Gerutu Rein risih. Rein berusaha membopong tubuh bongsor Davin menuju kamar pria itu.

Dia jadi menyesal membuka pintu, jika tahu akan seperti ini, dia lebih baik menunda rasa haus nya.

"Om berat banget. Makan batu kali ya!" Ucap Rein.

Dengan tangan gemetar Rein membuka pintu kamar Davin.

Bruk

Rein meletakan tubuh Davin di atas kasur, namun Davin menarik nya, membuat Rein terjatuh tepat di atas nya.

"Akk om Davin, lepasin saya!" Teriak Rein kala Davin memeluk nya erat.

Mata sayu pria itu perlahan terbuka, ia memandang Rein dalam, membuat wanita itu risih.

"APASIH OM, LEPASIN SAYA!" teriak Rein tepat di depan wajah Davin.

"Rein, kamu tau nggak?" Rein bisa mendengar ucapan Davin meskipun itu hanya sebuah gumaman.

"Ih nggak tau, om lepaskan saya!" Rein memberontak namun Davin memeluk nya erat.

Cup

Rein melotot saat Davin mengecup bibir nya. "Om, apa-ehmmpp"

Davin meraup bibir Rein dengan bibir nya. Rein memberontak, sambil memukul dada Davin, namun pria yang sudah mabuk itu malah menekan tengkuk Rein, memperdalam ciuman mereka.

Rein yang akan kehabisan oksigen langsung memukul dada Davin. Seolah mengerti, Davin langsung beralih mencium leher Rein.

"Omh..Lepaskan!" Usaha Rein memberontak percuma saja, karena Davin kini memeluk nya erat.

Wajah wanita itu sudah memerah padam, antara marah dan malu. Bagaimana bisa ia berciuman dengan ayah sahabat nya.

"Reinh, saya mau kamu!" Davin menatap Rein sayu, hingga detik berikutnya, Davin membalikkan tubuh nya, membuat Rein berada di bawah nya.

TBC...

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Waah parah Davin,Jangan sampai ntar dirumah Rein yg bukain pintunya, Habis deh Rein..

2024-10-22

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

jangan sampai Davin mengambil benda berharga Rein

2024-09-26

0

Aidah Djafar

Aidah Djafar

duuuh jngn di garap dulu donk om c Rein 🤦 nikahilah dulu 😀

2023-06-12

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27. Flashback 1
28 Bab 28 Flashback 2
29 Bab 29 Flashback 3
30 Bab 30 Flashback 4
31 Bab 31. Flashback 5
32 Bab 32 Flashback 6
33 Bab 33. Flashback 7 (selesai)
34 Bab 34. Keyla kembali
35 Bab 35. Sedikit iri dengan kebahagiaan mereka
36 Bab 36. Wisuda & Lamaran
37 Bab 37. Perkara tamu bulanan
38 Bab 38. Black card
39 Bab 39. Night Ride
40 Bab 40. Keluarga?
41 Bab 41. Abijar Diwantara
42 Bab 42. Kepulangan Rein
43 Bab 43. Persiapan pernikahan
44 Bab 44. Meminta restu & bertemu Kakek Abijar
45 Bab 45. Wedding day
46 Bab 46. Bukan yang pertama
47 Bab 47. Sakit pinggang
48 Bab 48. Manja nya anak dan bapak
49 Bab 49. Villa
50 Bab 50. Petualangan di kebun teh
51 Bab 51. Belum ada tanda-tanda
52 Bab 52. Rein rewel
53 Bab 53. Davin merasa bersalah
54 Bab 54. Samar-samar
55 Bab 55. Baby twins
56 Bab 56. Dapat Cicit 2
57 Bab 57. Aldrich masak
58 Bab 58. Morning sickness
59 Bab 59. Menolong seorang wanita hamil?
60 Bab 60. Semua nya serba salah di mata bumil
61 Bab 61. Kejutan tak terduga
62 Bab 62. Kejutan tak terduga 2
63 Bab 63. Kegiatan panas
64 Bab 64. Bagaimana rasanya punya orang tua?
65 Bab 65. Menjadi donatur tetap
66 Bab 66. Bertemu dengan dia
67 Bab 67. Menjelang persalinan
68 Bab 68. Ketakutan Davin
69 Bab 69. Keusilan Davin
70 Chapter 70. Bukan akhir dari semua nya (SELESAI)
71 A LOVE LATTER FROM ZEFANYA
72 S2. Chapter 71. Triple
73 S2 Chapter 72. Artama dan Aksara
74 S2 Chapter 73. Raja jatuh cinta?
75 S2 Chapter 74. Maaf Bunda
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27. Flashback 1
28
Bab 28 Flashback 2
29
Bab 29 Flashback 3
30
Bab 30 Flashback 4
31
Bab 31. Flashback 5
32
Bab 32 Flashback 6
33
Bab 33. Flashback 7 (selesai)
34
Bab 34. Keyla kembali
35
Bab 35. Sedikit iri dengan kebahagiaan mereka
36
Bab 36. Wisuda & Lamaran
37
Bab 37. Perkara tamu bulanan
38
Bab 38. Black card
39
Bab 39. Night Ride
40
Bab 40. Keluarga?
41
Bab 41. Abijar Diwantara
42
Bab 42. Kepulangan Rein
43
Bab 43. Persiapan pernikahan
44
Bab 44. Meminta restu & bertemu Kakek Abijar
45
Bab 45. Wedding day
46
Bab 46. Bukan yang pertama
47
Bab 47. Sakit pinggang
48
Bab 48. Manja nya anak dan bapak
49
Bab 49. Villa
50
Bab 50. Petualangan di kebun teh
51
Bab 51. Belum ada tanda-tanda
52
Bab 52. Rein rewel
53
Bab 53. Davin merasa bersalah
54
Bab 54. Samar-samar
55
Bab 55. Baby twins
56
Bab 56. Dapat Cicit 2
57
Bab 57. Aldrich masak
58
Bab 58. Morning sickness
59
Bab 59. Menolong seorang wanita hamil?
60
Bab 60. Semua nya serba salah di mata bumil
61
Bab 61. Kejutan tak terduga
62
Bab 62. Kejutan tak terduga 2
63
Bab 63. Kegiatan panas
64
Bab 64. Bagaimana rasanya punya orang tua?
65
Bab 65. Menjadi donatur tetap
66
Bab 66. Bertemu dengan dia
67
Bab 67. Menjelang persalinan
68
Bab 68. Ketakutan Davin
69
Bab 69. Keusilan Davin
70
Chapter 70. Bukan akhir dari semua nya (SELESAI)
71
A LOVE LATTER FROM ZEFANYA
72
S2. Chapter 71. Triple
73
S2 Chapter 72. Artama dan Aksara
74
S2 Chapter 73. Raja jatuh cinta?
75
S2 Chapter 74. Maaf Bunda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!