Bab 9

1 bulan berlalu, tak terasa Rein sudah 1 bulan tinggal bersama Davin dan Ami.

Selama itu pun, Rein merasa sikap Davin sedikit aneh kepadanya. Pria itu sekarang ehm sedikit lebih dekat dengan nya.

"Rein, minta tolong sebentar!" Rein yang sedang mengerjakan tugas kuliah nya, langsung keluar saat suara Davin terdengar di balik pintu.

"Kenapa om?" tanya nya.

"Ikut saya sebentar," tanpa aba-aba, Davin menarik tangan Rein untuk masuk ke dalam kamar nya.

Davin dan Rein tidak menyadari, bahwa Ami sedari tadi menatap kedua nya dengan mulut terbuka. "Astaga, daddy gue agresif banget! Rein di bawa ke kamar, jangan-jangan...," Ami membulatkan matanya, ia kemudian dengan cepat berjalan pelan menuju pintu kamar Davin. Ia hanya ingin memastikan bahwa mereka tidak membuatkan nya adik sebelum menikah.

***

"Carikan dasi saya yang warna biru tua, dari tadi saya cari tapi nggak ketemu," ujar Davin.

"Bukan nya di tempat biasa," ucap Rein sambil menunjuk laci tempat dasi.

"Iya, tapi nggak ketemu waktu saya cari tadi."

Rein mengangguk kemudian berjalan menuju lemari di depan nya. Hingga tak lama Rein memegang dasi itu sambil menghela nafas pelan. "Iyi, tipi nggik kitimi, wikti siyi ciri tidi," cibir Rein sambil melangkah keluar dari walk in closet.

"Ini apa?" ujar Rein sambil menyerahkan dasi nya pada Davin yang kini mengerutkan keningnya.

"Perasaan tadi nggak ada," gumam nya pelan, kemudian menatap Rein sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Tolong pasangkan sekalian," lanjut nya.

Rein tidak menolak, ia langsung memasang kan dasi Davin, namun karena tinggi mereka yang tak sama membuat Rein agak kesulitan.

"Om nunduk dikit," ujar nya kesal.

"Makanya kamu itu tumbuh ke atas." Rein melotot tak percaya.

"Om yang ketinggian! Cepat nunduk om, saya nggak sampai," gerutu Rein.

"Aakk!!!"

***

Ami memelotot kan matanya mendengar teriakan Rein. Jangan-jangan mereka sudah, astaga! Pikiran buruk sudah memenuhi kepalanya.

"Mereka udah nganu ya?" Ami masih setia menempelkan telinganya di pintu kamar Davin.

Suara-suara mereka sudah tidak terdengar lagi.

Ceklek

"Aakk!" Ami terlonjak kaget, hampir saja jidat nya mencium lantai karena pintu terbuka secara tiba-tiba, untung saja Davin menahan nya.

"Kamu ngapain disini?" tanya Davin menatap putri nya.

Ami menggaruk tengkuknya, sambil menatap mereka dengan cengengesan. "Tadi...tadi itu aku mau, aduh aku mau apa ya! Ah ya tadi aku mau pamit berangkat kuliah." Davin dan Rein menatap Ami heran.

"Kamu sakit?" tanya Rein sambil meletakkan tangan nya di kening Ami.

Ami menggeleng. "Nggak lah, sehat-sehat gini kok di bilang sakit."

"Ya lagian kamu aneh, kamu mau kuliah pakai baju tidur gitu?" Tanya Davin.

Ami membulatkan matanya kemudian menunduk melihat dirinya sendiri.

"Haduh, bodoh Lo Ami! Ngasih alasan kok nggak jelas gitu," batin nya kesal.

"Em itu, aduh nggak tau deh, Ami pergi dulu...," Davin dan Rein menatap Ami yang sudah berlalu menaiki tangga menuju kamar nya.

"Ami kenapa om?" tanya Rein.

"Saya nggak tau juga, sekarang kamu siapkan sarapan saya ya," Rein mengangguk, ini memang sudah tugas nya.

"Oke om."

***

Davin datang sambil menenteng tas kerja di tangan kanan sedangkan tangan kiri nya membawa jas.

"Ami mana, rein?" tanya Davin saat tak melihat keberadaan sang putri.

Rein yang sedang menuangkan air dalam gelas menatap Davin.

"Katanya masih ada tugas yang harus dia kerjain, jadi om makan duluan aja," jelas Rein.

Davin mengangguk, ia menatap Rein yang begitu telaten menyiapkan sarapan untuk nya. "Kamu sudah punya pacar, Rein?" tanya Davin basa-basi.

Rein mengernyit. "Emang kenapa om?"

Davin menggeleng. "Nggak papa sih, saya cuma tanya," ujar nya. Pria itu kemudian mulai menikmati sarapan yang sudah Rein siapkan.

"Kamu mau kemana?" tanya Davin, saat Rein hendak berlalu.

"Ke kamar om, kenapa?" tanya Rein, ia rasa pekerjaan nya sudah selesai.

"Jangan pergi dulu, duduk disini temani saya. Eh maksudnya duduk di sini, saya nggak bisa makan sendiri kalau nggak ada teman nya," jelas nya dengan kikuk.

Alasan gess, bilang aja minta di temenin-author.

Rein sebenarnya ingin mengerjakan tugas kuliah nya, namun karena Davin bos nya, jadi ia tidak bisa menolak.

"Tapi saya ambil laptop dulu bentar." Tak lama Rein datang membawa laptop nya dan sebuah buku tebal.

"Kamu ngapain?" tanya Davin, di sela makan nya.

"Ngerjain tugas kuliah om."

Rein membuka laptop nya lalu mulai fokus mengerjakan tugas kuliah nya.

"Kamu nggak makan?" tanya Davin lagi.

"Nggak om, saya tunggu Ami aja," jawab Rein, namun jari nya masih bergerak lincah di atas papan keyboard.

Davin mengangguk kemudian memakan sarapannya dengan cepat kala melihat jam sudah menunjukkan hampir pukul 7.

Ia sesekali akan melihat Rein yang tampak begitu fokus.

Entah kenapa, wajah natural Rein semakin terlihat cantik di mata Davin. Ia meneguk ludah nya kala pandangan nya jatuh pada bibir tipis Rein yang tampak menggoda.

"Astaga...," gumam Davin sambil mengusap wajah. Ternyata gumaman Davin terdengar oleh Rein, membuat wanita itu menatap Davin.

"Om kenapa?" tanya nya.

"Eh saya, saya nggak apa-apa. Rein nanti bilangin ke Ami ya, saya berangkat." Davin menyodorkan tangan nya pada Rein, membuat wanita itu mengernyit heran.

"Kenapa om, mau minta uang?" tanya Rein polos.

Davin menahan tawanya. "Saliman dulu sama saya, hitung-hitung belajar jadi istri yang baik nanti," ujar nya iseng.

Rein membulatkan matanya, apa kata nya tadi, belajar jadi istri yang baik. Yang benar saja, apakah dia, aishh sudahlah.

"Kenapa bengong, cepetan saya sudah telat ini. Oh ya, ini juga salah satu kerjaan untuk kamu," paksa Davin membuat Rein mau tak mau menerima uluran tangan itu.

Rein menerima uluran tangan Davin kemudian mencium nya. Davin menarik kedua bibir nya membentuk senyuman. "Bagus, saya suka kalau kamu menurut."

Rein terkejut kala merasakan usapan lembut di kepala nya. Belum selesai dengan keterkejutan nya kini Rein kembali terkejut saat sebuah benda kenyal menempel tepat pada bibir nya.

"Manis. Kapan-kapan saya mau merasakan nya lagi. Anggap saja itu hadiah dari saya, karena kamu sudah patuh hari ini." bisik nya pelan, membuat Rein meremang seketika. Davin berlalu dengan senyum lebar nya.

"Gimana rasanya di kissiu daddy? Enak ya sampai diam gitu?" tanya Ami yang tiba-tiba berada di depan nya, membuat Rein refleks mengusap dada kaget.

"Cie Rein udah berani kiss-kissan. Itu tanda nya Lo udah mau dong jadi bunda gue," seru Ami senang.

"Diam deh, bokap Lo kurang ajar banget ya, ngambil ciuman kedua gue." Gerutu Rein tanpa sadar.

"Hah? Ciuman kedua! Jadi Lo udah pernah kiss-kissan sama daddy sebelum nya. Akkk ternyata hubungan kalian udah sejauh ini. Aku baru tahu, astaga tapi tahan dulu ya, kalian jangan buatin gue adik dulu, minimal kalian nikah du-" Rein menutup mulut Ami yang menyerocos tanpa rem.

"Berisik banget. Gue nggak punya hubungan apa pun sama daddy Lo, jadi nggak usah ngayal!" Ami menggeleng tak setuju.

Menurut nya mereka sudah berani cium-ciuman itu tanda nya, mereka pasti ada hubungan.

"Nggak papa Rein kalau Lo nggak mau kasih tau gue tentang hubungan kalian. Gue sebagai calon anak Lo, gue ngerti kok, tenang aja." Rein menatap Ami aneh, sedangkan yang di tatap hanya tersenyum sambil menggigit jari nya.

"Lo harus ke RSJ deh," tukas Rein sambil berlalu dari sana.

TBC...

Terpopuler

Comments

Heryta Herman

Heryta Herman

astaga..bener" ni pak duda meresahkan.../Chuckle/

2025-03-18

0

bhunshin

bhunshin

bejubuneeeeng maen nyosor Bae dah tuh bibir duda😅🤣

2025-01-10

0

+62 88

+62 88

emang! om2 mulai 🌚🌚🌚

2025-03-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27. Flashback 1
28 Bab 28 Flashback 2
29 Bab 29 Flashback 3
30 Bab 30 Flashback 4
31 Bab 31. Flashback 5
32 Bab 32 Flashback 6
33 Bab 33. Flashback 7 (selesai)
34 Bab 34. Keyla kembali
35 Bab 35. Sedikit iri dengan kebahagiaan mereka
36 Bab 36. Wisuda & Lamaran
37 Bab 37. Perkara tamu bulanan
38 Bab 38. Black card
39 Bab 39. Night Ride
40 Bab 40. Keluarga?
41 Bab 41. Abijar Diwantara
42 Bab 42. Kepulangan Rein
43 Bab 43. Persiapan pernikahan
44 Bab 44. Meminta restu & bertemu Kakek Abijar
45 Bab 45. Wedding day
46 Bab 46. Bukan yang pertama
47 Bab 47. Sakit pinggang
48 Bab 48. Manja nya anak dan bapak
49 Bab 49. Villa
50 Bab 50. Petualangan di kebun teh
51 Bab 51. Belum ada tanda-tanda
52 Bab 52. Rein rewel
53 Bab 53. Davin merasa bersalah
54 Bab 54. Samar-samar
55 Bab 55. Baby twins
56 Bab 56. Dapat Cicit 2
57 Bab 57. Aldrich masak
58 Bab 58. Morning sickness
59 Bab 59. Menolong seorang wanita hamil?
60 Bab 60. Semua nya serba salah di mata bumil
61 Bab 61. Kejutan tak terduga
62 Bab 62. Kejutan tak terduga 2
63 Bab 63. Kegiatan panas
64 Bab 64. Bagaimana rasanya punya orang tua?
65 Bab 65. Menjadi donatur tetap
66 Bab 66. Bertemu dengan dia
67 Bab 67. Menjelang persalinan
68 Bab 68. Ketakutan Davin
69 Bab 69. Keusilan Davin
70 Chapter 70. Bukan akhir dari semua nya (SELESAI)
71 A LOVE LATTER FROM ZEFANYA
72 S2. Chapter 71. Triple
73 S2 Chapter 72. Artama dan Aksara
74 S2 Chapter 73. Raja jatuh cinta?
75 S2 Chapter 74. Maaf Bunda
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27. Flashback 1
28
Bab 28 Flashback 2
29
Bab 29 Flashback 3
30
Bab 30 Flashback 4
31
Bab 31. Flashback 5
32
Bab 32 Flashback 6
33
Bab 33. Flashback 7 (selesai)
34
Bab 34. Keyla kembali
35
Bab 35. Sedikit iri dengan kebahagiaan mereka
36
Bab 36. Wisuda & Lamaran
37
Bab 37. Perkara tamu bulanan
38
Bab 38. Black card
39
Bab 39. Night Ride
40
Bab 40. Keluarga?
41
Bab 41. Abijar Diwantara
42
Bab 42. Kepulangan Rein
43
Bab 43. Persiapan pernikahan
44
Bab 44. Meminta restu & bertemu Kakek Abijar
45
Bab 45. Wedding day
46
Bab 46. Bukan yang pertama
47
Bab 47. Sakit pinggang
48
Bab 48. Manja nya anak dan bapak
49
Bab 49. Villa
50
Bab 50. Petualangan di kebun teh
51
Bab 51. Belum ada tanda-tanda
52
Bab 52. Rein rewel
53
Bab 53. Davin merasa bersalah
54
Bab 54. Samar-samar
55
Bab 55. Baby twins
56
Bab 56. Dapat Cicit 2
57
Bab 57. Aldrich masak
58
Bab 58. Morning sickness
59
Bab 59. Menolong seorang wanita hamil?
60
Bab 60. Semua nya serba salah di mata bumil
61
Bab 61. Kejutan tak terduga
62
Bab 62. Kejutan tak terduga 2
63
Bab 63. Kegiatan panas
64
Bab 64. Bagaimana rasanya punya orang tua?
65
Bab 65. Menjadi donatur tetap
66
Bab 66. Bertemu dengan dia
67
Bab 67. Menjelang persalinan
68
Bab 68. Ketakutan Davin
69
Bab 69. Keusilan Davin
70
Chapter 70. Bukan akhir dari semua nya (SELESAI)
71
A LOVE LATTER FROM ZEFANYA
72
S2. Chapter 71. Triple
73
S2 Chapter 72. Artama dan Aksara
74
S2 Chapter 73. Raja jatuh cinta?
75
S2 Chapter 74. Maaf Bunda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!