Mulai berani?

“Sudah tidur rupanya,” gumamnya pelan, bibirnya menyunggingkan senyum kecil.

Masih bertelanjang dada, Davin mematikan televisi lalu mengangkat tubuh Rein dengan hati-hati. Ia membawanya ke kamar miliknya sendiri. Dengan lembut, ia meletakkan Rein di atas ranjang king size, lalu menyelimutinya.

Tanpa banyak suara, Davin masuk ke kamar mandi. Sudah sejak tadi ia menahan sesuatu.

“Ah... Re–Rein…” desah Davin tanpa sadar, saat mencapai puncak pelepasannya. Ia menutup mata, seakan menikmati sekaligus mengutuk pikirannya sendiri.

“Huft… Astaga. Kenapa malah menyebut namanya? Dia sahabat Ami!” gumamnya, mencoba menepis rasa bersalah. Ia mencuci wajahnya, lalu menyeka keringat di dahinya.

Keluar dari kamar mandi, Davin menghampiri ranjang. Ia duduk di sisi ranjang, memandang Rein yang masih tertidur dengan damai.

“Kenapa kamu bisa terlihat menggemaskan begini…” gumamnya pelan sambil membelai pipi Rein. Saat ia hendak beranjak, tangan Rein terjatuh tepat di atas perutnya.

“Dia kira aku guling?” bisik Davin, tertawa kecil.

Pelan-pelan, Rein bergeser dan tanpa sadar memeluk tubuh Davin erat.

Dan malam itu, Davin menghabiskan waktu tidurnya hanya untuk menatap wajah Rein yang tidur di sampingnya.

 ***********

06:40 Pagi

Tok tok tok.

“Rein, lo di dalam?” tanya Ami sambil mengetuk pintu kamar mandi.

Tak ada sahutan. Ia mendorong pintu perlahan—tidak dikunci.

“Lah, kemana nih anak? Pagi-pagi gini udah hilang aja,” gerutunya.

Ami langsung menuju dapur, berpikir sahabatnya itu mungkin sedang memasak seperti biasanya.

Namun dapur kosong.

“Jangan-jangan udah pulang? Tapi masa nggak pamit sih!” kesalnya.

Ami berjalan ke arah ruang makan dan disapa oleh seorang wanita paruh baya.

“Non Ami, mau makan sekarang?”

“Eh, bibi. Mau tanya, tadi waktu bibi datang, lihat teman Ami nggak?”

“Enggak, Non. Emang temannya nginap di sini?”

“Iya, tapi sekarang nggak ada. Ya sudah, Ami cek kamar Daddy dulu, siapa tahu dia di sana.”

Dengan hati-hati, Ami membuka pintu kamar ayahnya yang tak dikunci.

“Morning, Da—” ucapannya terhenti.

Mata Ami mengerjap beberapa kali. Tak lama, sudut bibirnya terangkat. “Apa gue bakal punya adik dalam waktu dekat?”

Ia mengeluarkan ponsel dan bersiap memotret.

Cekrek

“UPS!”

Blitz kamera menyala. Ami kaget dan hendak kabur, namun—

“Hoam... Lo ngapain?” suara serak Rein terdengar, menguap pelan. Ia belum sadar berada di kamar siapa.

“Pasti belum sadar… 3... 2... 1...” Ami menghitung mundur.

“Aaaaaakkk!!”

Bruk

“Om! Ngapain di kamar gue?!” teriak Rein panik, menggenggam selimut erat-erat saat melihat Davin yang masih bertelanjang dada.

Ami menyeringai melihat Davin yang jatuh dari tempat tidur karena tendangan Rein.

“Sakit, astaga!” gerutu Davin sambil mengelus pinggangnya.

“Om yang ngapain tidur di sini?!”

“Ini kamar saya, Rein!” balas Davin kesal.

Rein langsung melihat sekeliling dan menyadari situasi sebenarnya. “A-aku kenapa bisa di sini?!”

Ami melambaikan tangan sambil mundur. “Gue nggak ikutan!”

Ia kabur meninggalkan ayahnya yang masih kesakitan.

“Woi, tungguin gue!” Rein bangkit, hendak menyusul, tapi Davin menarik pergelangan tangannya.

“Mau ke mana? Pinggang saya sakit, kamu harus tanggung jawab!”

“Hehe... maaf om, tadi refleks,” Rein tertawa kikuk.

“Nggak bisa! Kamu harus rawat saya sampai sembuh.”

“Hah?! Mana ada begitu. Lagi pula om cuma jatuh sebentar!”

“Saya tetap sakit, dan kamu penyebabnya,” jawab Davin sambil cengar-cengir puas.

“Duh, faktor U tuh. Baru jatuh dikit langsung minta dirawat.”

Brak!

Rein meninggalkan ruangan dengan wajah merah padam. Davin hanya tertawa.

“Galak banget, kayak singa betina,” gumamnya.

 **************

Beberapa Saat Kemudian

“Gue emang pengen lo jadi bunda gue, Rein. Tapi jangan buatin gue adik dulu, nikah dulu kek,” ujar Ami saat mereka menuruni tangga.

“Diem lo!” Rein mencubit pinggang Ami. “Kok bisa sih gue bisa nyasar ke kamar bokap lo?!”

Ami mengangkat bahu. “Ya siapa tahu bokap gue yang bawa.”

“Hah?”

“Udahlah, yang penting lo nggak diapain, kan?”

“Gue cubit lo, Mi!”

 *****************

“Morning,” sapa Davin begitu melihat mereka tiba di ruang makan.

Cup

“Morning, Dad,” jawab Ami saat Davin mengecup keningnya.

“Kamu mau dicium juga?” goda Davin pada Rein.

“Nggak, om. Terima kasih,” jawab Rein cepat sambil duduk—lagi-lagi karena dipaksa Ami.

“Daddy, kenapa nggak makan?” tanya Ami heran.

“Pinggang saya sakit, ambilin nasi ya,” jawab Davin enteng.

Rein melirik tajam. “Kan yang sakit pinggang, bukan tangan!”

“Udah, ambilin aja,” dorong Ami.

Dengan enggan, Rein menyendok nasi dan meletakkannya di piring Davin.

“Gue juga dong, perkedel dua!” pinta Ami.

Rein mengambil perkedel dan menyerahkannya. Ami dan Davin saling tersenyum lebar.

“Cocok banget jadi bunda gue. Iya kan, Dad?”

Davin mengangguk mantap. Rein langsung batuk.

“Uhuk uhuk!”

“Pelan-pelan,” Davin menepuk punggung Rein sambil menyodorkan air.

“Mimpi apa gue semalem...” gumam Ami bahagia.

 ***************

“Aku selesai. Rein, nanti tolong temenin Daddy ya, gue duluan. Byee~”

“Eh! Nggak bisa gitu dong!” seru Rein.

“Mau ke mana? Saya antar,” ujar Davin, menahan Rein yang hendak beranjak.

“Ini semua salah om! Saya jadi ditinggal!” keluh Rein kesal.

Davin tertawa. “Kenapa kamu lucu banget sih?”

Cup!

Davin mencium bibir Rein sekilas lalu cepat-cepat berdiri. “Saya tunggu di mobil.”

Rein membeku. Beberapa detik kemudian...

“OM DAVINNN!!!”

Davin hanya meringis di luar mendengar teriakan keras yang membahana dari ruang makan.

Terpopuler

Comments

Ina Karlina

Ina Karlina

aduuh om Davin sudah terjerat pesona rein..tinggal reinnya nih membuka hati nya untuk om duda

2025-04-27

0

nissa

nissa

aduh om duda berani banget ingat umur om

2025-06-01

0

Nartik Najs

Nartik Najs

cinta ngak pandang umur bila cocok gaasskan beb 💗💗

2025-05-26

0

lihat semua
Episodes
1 Ami & Rein
2 Malam yang tak terduga!
3 Mulai berani?
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27. Flashback 1
28 Bab 28 Flashback 2
29 Bab 29 Flashback 3
30 Bab 30 Flashback 4
31 Bab 31. Flashback 5
32 Bab 32 Flashback 6
33 Bab 33. Flashback 7 (selesai)
34 Bab 34. Keyla kembali
35 Bab 35. Sedikit iri dengan kebahagiaan mereka
36 Bab 36. Wisuda & Lamaran
37 Bab 37. Perkara tamu bulanan
38 Bab 38. Black card
39 Bab 39. Night Ride
40 Bab 40. Keluarga?
41 Bab 41. Abijar Diwantara
42 Bab 42. Kepulangan Rein
43 Bab 43. Persiapan pernikahan
44 Bab 44. Meminta restu & bertemu Kakek Abijar
45 Bab 45. Wedding day
46 Bab 46. Bukan yang pertama
47 Bab 47. Sakit pinggang
48 Bab 48. Manja nya anak dan bapak
49 Bab 49. Villa
50 Bab 50. Petualangan di kebun teh
51 Bab 51. Belum ada tanda-tanda
52 Bab 52. Rein rewel
53 Bab 53. Davin merasa bersalah
54 Bab 54. Samar-samar
55 Bab 55. Baby twins
56 Bab 56. Dapat Cicit 2
57 Bab 57. Aldrich masak
58 Bab 58. Morning sickness
59 Bab 59. Menolong seorang wanita hamil?
60 Bab 60. Semua nya serba salah di mata bumil
61 Bab 61. Kejutan tak terduga
62 Bab 62. Kejutan tak terduga 2
63 Bab 63. Kegiatan panas
64 Bab 64. Bagaimana rasanya punya orang tua?
65 Bab 65. Menjadi donatur tetap
66 Bab 66. Bertemu dengan dia
67 Bab 67. Menjelang persalinan
68 Bab 68. Ketakutan Davin
69 Bab 69. Keusilan Davin
70 Chapter 70. Bukan akhir dari semua nya (SELESAI)
71 A LOVE LATTER FROM ZEFANYA
72 S2. Chapter 71. Triple
73 S2 Chapter 72. Artama dan Aksara
74 S2 Chapter 73. Raja jatuh cinta?
75 S2 Chapter 74. Maaf Bunda
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Ami & Rein
2
Malam yang tak terduga!
3
Mulai berani?
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27. Flashback 1
28
Bab 28 Flashback 2
29
Bab 29 Flashback 3
30
Bab 30 Flashback 4
31
Bab 31. Flashback 5
32
Bab 32 Flashback 6
33
Bab 33. Flashback 7 (selesai)
34
Bab 34. Keyla kembali
35
Bab 35. Sedikit iri dengan kebahagiaan mereka
36
Bab 36. Wisuda & Lamaran
37
Bab 37. Perkara tamu bulanan
38
Bab 38. Black card
39
Bab 39. Night Ride
40
Bab 40. Keluarga?
41
Bab 41. Abijar Diwantara
42
Bab 42. Kepulangan Rein
43
Bab 43. Persiapan pernikahan
44
Bab 44. Meminta restu & bertemu Kakek Abijar
45
Bab 45. Wedding day
46
Bab 46. Bukan yang pertama
47
Bab 47. Sakit pinggang
48
Bab 48. Manja nya anak dan bapak
49
Bab 49. Villa
50
Bab 50. Petualangan di kebun teh
51
Bab 51. Belum ada tanda-tanda
52
Bab 52. Rein rewel
53
Bab 53. Davin merasa bersalah
54
Bab 54. Samar-samar
55
Bab 55. Baby twins
56
Bab 56. Dapat Cicit 2
57
Bab 57. Aldrich masak
58
Bab 58. Morning sickness
59
Bab 59. Menolong seorang wanita hamil?
60
Bab 60. Semua nya serba salah di mata bumil
61
Bab 61. Kejutan tak terduga
62
Bab 62. Kejutan tak terduga 2
63
Bab 63. Kegiatan panas
64
Bab 64. Bagaimana rasanya punya orang tua?
65
Bab 65. Menjadi donatur tetap
66
Bab 66. Bertemu dengan dia
67
Bab 67. Menjelang persalinan
68
Bab 68. Ketakutan Davin
69
Bab 69. Keusilan Davin
70
Chapter 70. Bukan akhir dari semua nya (SELESAI)
71
A LOVE LATTER FROM ZEFANYA
72
S2. Chapter 71. Triple
73
S2 Chapter 72. Artama dan Aksara
74
S2 Chapter 73. Raja jatuh cinta?
75
S2 Chapter 74. Maaf Bunda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!