Malam yang tak terduga!

Rein dan Ami sedang dalam perjalanan menuju rumah Ami.

“Nginap ya, awas aja lo bohong,” kata Ami dengan nada menggoda namun serius.

Rein mengangguk malas. Seusai mata kuliah terakhir tadi, ia sudah nyaris kabur sebelum Ami menyeretnya untuk menginap—katanya, biar nggak sendirian di rumah.

“Emangnya bokap lo ke mana?” tanya Rein, heran.

Ami terdiam sejenak. Ia menimbang-nimbang alasan yang terdengar masuk akal.

“Hmm… Daddy lembur. Katanya sampai malam, mungkin pulangnya jam delapan,” jawab Ami sambil nyengir, mencoba terlihat santai.

Rein memicingkan mata. Tatapannya mencurigai, namun ia memilih tak memperpanjang.

"Semoga Daddy beneran lembur," batin Ami gugup.

---

Sesampainya di rumah besar bertingkat dua itu, keduanya langsung masuk.

“Ke kamar aja dulu, gue mau ke dapur sebentar,” ujar Ami sambil mendorong tubuh Rein pelan.

“Sabar napa, nggak usah didorong-dorong segala,” omel Rein, lalu menaiki tangga ke lantai dua. Ia sudah hafal letak kamar Ami karena sering menginap di sana.

Ami memastikan Rein sudah naik sebelum melangkah cepat ke kamar ayahnya.

“Syukurlah, nggak ada,” gumamnya sambil mengintip ke dalam kamar yang kosong dan rapi.

Tak lama, ponselnya bergetar.

...Daddy💸...

...> Daddy lembur. Mungkin baru pulang jam delapan malam. Makan duluan aja, ya....

“YES!” bisik Ami senang.

“Kenapa lo?” suara Rein terdengar dari arah tangga.

Ami buru-buru membalikkan badan. “Hehe, nggak apa-apa. Eh, masakin dong, gue laper banget,” ujarnya sambil merengek.

“Enak ya lo, gue jadi koki pribadi,” gerutu Rein, meski tetap melangkah ke dapur.

Ami mengikuti di belakang, dengan senyum iseng yang tak lepas dari wajahnya.

---

Di dapur, Rein sibuk mengiris daging. Tangannya cekatan, ekspresinya serius. Melihat itu, Ami langsung memotret diam-diam, lalu mengirimkannya ke ayahnya.

...Ami:...

...> Dad, Rein cocok nggak jadi bunda Ami? Hehe......

Davin, yang saat itu sedang di kantor, membaca pesan itu sambil geleng-geleng kepala.

“Dasar anak ini,” gumamnya.

Ia menatap foto Rein. Gadis itu terlihat dewasa dan tenang saat sedang memasak. Entah kenapa, ada sesuatu yang membuatnya tak bisa mengalihkan pandangan.

“Cantik...” katanya lirih, nyaris tanpa sadar.

Lalu, ia tersentak.

"Gila, itu sahabat anakku!" Davin memijat pelipis, merasa tak nyaman dengan pikirannya sendiri.

---

Pukul delapan malam, Davin akhirnya pulang. Ia langsung menuju kamar dan mandi, merasa tubuhnya lengket dan lelah.

Di kamar atas, Rein menggeliat gelisah.

“Lah, habis,” gumamnya melihat teko kosong di meja kecil kamar Ami.

Ia melirik Ami yang terlelap dengan nyenyak. “Mi, bangun bentar. Temenin gue ke dapur,” bisiknya sambil menggoyang tubuh sahabatnya.

Tapi Ami hanya menarik selimut lebih rapat.

Rein menghela napas. "Gue ke bawah sendiri deh."

Ia bangkit dan keluar kamar tanpa sadar bahwa ia masih mengenakan kimono tidur milik Ami—tipis, pendek, dan bermotif bunga. Kakinya yang jenjang dan sedikit belahan dada tampak jelas.

Ruang bawah rumah dalam keadaan gelap. Rein berjalan pelan menuju dapur, mengambil air, dan mengisi teko.

Namun saat ia berbalik...

Duk!

“Aduh!” pekiknya.

Seseorang berdiri di depannya—bertelanjang dada.

“Oh, kamu nggak apa-apa?” tanya Davin cepat, mendekat dengan raut khawatir.

Rein memegang dahinya. “Enggak, cuma kaget.”

Ia mendongak—dan langsung membeku.

Otot-otot dada, perut bidang, dan... astaga, roti sobek? pikirnya panik.

Rein cepat-cepat mengalihkan pandangan ke lantai.

“Ngapain malam-malam ke dapur?” tanya Davin.

“Ambil air. Om sendiri?”

“Sama, saya juga mau minum. Bisa ambilin satu lagi? Taruh di meja ruang TV aja.”

Rein hanya mengangguk. “Iya, Om.”

---

Beberapa menit kemudian, Rein datang membawa dua gelas air.

“Ini, Om.”

Davin menoleh. Namun tatapannya terhenti pada baju yang dikenakan Rein. Ia langsung menunduk, menelan ludah.

Glek.

“Om, nggak apa-apa?” tanya Rein, khawatir.

“Eh... iya. Cuma... ya, dingin,” gumamnya cepat.

Rein menyentuh kening Davin. “Nggak panas, sih. Ya udah, saya balik ke kamar—”

Srekk!

Davin menahan pergelangan tangannya, membuat Rein terduduk di sofa.

“Hati-hati, nanti airnya tumpah,” ujar Davin pelan. “Temani nonton sebentar ya, saya belum ngantuk.”

Rein ragu. Tapi ia juga belum ingin tidur.

“Baik, Om.”

---

TV menyala, menampilkan film drama acak yang diputar dari saluran streaming. Rein duduk agak menjauh, berusaha menjaga jarak.

Namun tak lama, adegan dalam film mulai panas—seorang pria menggendong wanita mabuk masuk ke mobil, lalu menciumnya penuh gairah.

Rein meremas ujung kimono. “Om… ini film apa, sih?” tanyanya gugup.

“Entahlah, asal pilih,” jawab Davin cepat. “Tonton aja, kamu sudah dewasa, kan?”

Rein menggigit bibir. Wajahnya memerah.

Ia biasa melihat adegan seperti ini saat nonton drama Korea—tapi bukan saat duduk berdua dengan ayah sahabatnya.

Detik demi detik berlalu, dan ketegangan dalam tubuhnya tak juga reda.

Davin juga tak bicara. Tapi dari caranya mencuri pandang, jelas pikirannya tak tenang.

Pukul sebelas malam. Rein menguap, lalu menyandarkan tubuhnya perlahan di sofa.

Davin menoleh. Mata Rein sudah terpejam, napasnya teratur.

Ia masih duduk di tempatnya, tak bergerak, menatap layar TV yang tinggal menyisakan kredit film.

Namun pikirannya kini tak sepenuhnya fokus .....

Terpopuler

Comments

Jamayah Tambi

Jamayah Tambi

Gatal ni bapak orang.Sahabat anak pulak tu.Tak padan dgn tua

2025-04-12

1

nissa

nissa

ihh, om duda sengaja ya nonton film kayak gituan nanti kepingin om

2025-06-01

0

Itha Fitra

Itha Fitra

rein ny jg kasih celah

2025-05-13

0

lihat semua
Episodes
1 Ami & Rein
2 Malam yang tak terduga!
3 Mulai berani?
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27. Flashback 1
28 Bab 28 Flashback 2
29 Bab 29 Flashback 3
30 Bab 30 Flashback 4
31 Bab 31. Flashback 5
32 Bab 32 Flashback 6
33 Bab 33. Flashback 7 (selesai)
34 Bab 34. Keyla kembali
35 Bab 35. Sedikit iri dengan kebahagiaan mereka
36 Bab 36. Wisuda & Lamaran
37 Bab 37. Perkara tamu bulanan
38 Bab 38. Black card
39 Bab 39. Night Ride
40 Bab 40. Keluarga?
41 Bab 41. Abijar Diwantara
42 Bab 42. Kepulangan Rein
43 Bab 43. Persiapan pernikahan
44 Bab 44. Meminta restu & bertemu Kakek Abijar
45 Bab 45. Wedding day
46 Bab 46. Bukan yang pertama
47 Bab 47. Sakit pinggang
48 Bab 48. Manja nya anak dan bapak
49 Bab 49. Villa
50 Bab 50. Petualangan di kebun teh
51 Bab 51. Belum ada tanda-tanda
52 Bab 52. Rein rewel
53 Bab 53. Davin merasa bersalah
54 Bab 54. Samar-samar
55 Bab 55. Baby twins
56 Bab 56. Dapat Cicit 2
57 Bab 57. Aldrich masak
58 Bab 58. Morning sickness
59 Bab 59. Menolong seorang wanita hamil?
60 Bab 60. Semua nya serba salah di mata bumil
61 Bab 61. Kejutan tak terduga
62 Bab 62. Kejutan tak terduga 2
63 Bab 63. Kegiatan panas
64 Bab 64. Bagaimana rasanya punya orang tua?
65 Bab 65. Menjadi donatur tetap
66 Bab 66. Bertemu dengan dia
67 Bab 67. Menjelang persalinan
68 Bab 68. Ketakutan Davin
69 Bab 69. Keusilan Davin
70 Chapter 70. Bukan akhir dari semua nya (SELESAI)
71 A LOVE LATTER FROM ZEFANYA
72 S2. Chapter 71. Triple
73 S2 Chapter 72. Artama dan Aksara
74 S2 Chapter 73. Raja jatuh cinta?
75 S2 Chapter 74. Maaf Bunda
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Ami & Rein
2
Malam yang tak terduga!
3
Mulai berani?
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27. Flashback 1
28
Bab 28 Flashback 2
29
Bab 29 Flashback 3
30
Bab 30 Flashback 4
31
Bab 31. Flashback 5
32
Bab 32 Flashback 6
33
Bab 33. Flashback 7 (selesai)
34
Bab 34. Keyla kembali
35
Bab 35. Sedikit iri dengan kebahagiaan mereka
36
Bab 36. Wisuda & Lamaran
37
Bab 37. Perkara tamu bulanan
38
Bab 38. Black card
39
Bab 39. Night Ride
40
Bab 40. Keluarga?
41
Bab 41. Abijar Diwantara
42
Bab 42. Kepulangan Rein
43
Bab 43. Persiapan pernikahan
44
Bab 44. Meminta restu & bertemu Kakek Abijar
45
Bab 45. Wedding day
46
Bab 46. Bukan yang pertama
47
Bab 47. Sakit pinggang
48
Bab 48. Manja nya anak dan bapak
49
Bab 49. Villa
50
Bab 50. Petualangan di kebun teh
51
Bab 51. Belum ada tanda-tanda
52
Bab 52. Rein rewel
53
Bab 53. Davin merasa bersalah
54
Bab 54. Samar-samar
55
Bab 55. Baby twins
56
Bab 56. Dapat Cicit 2
57
Bab 57. Aldrich masak
58
Bab 58. Morning sickness
59
Bab 59. Menolong seorang wanita hamil?
60
Bab 60. Semua nya serba salah di mata bumil
61
Bab 61. Kejutan tak terduga
62
Bab 62. Kejutan tak terduga 2
63
Bab 63. Kegiatan panas
64
Bab 64. Bagaimana rasanya punya orang tua?
65
Bab 65. Menjadi donatur tetap
66
Bab 66. Bertemu dengan dia
67
Bab 67. Menjelang persalinan
68
Bab 68. Ketakutan Davin
69
Bab 69. Keusilan Davin
70
Chapter 70. Bukan akhir dari semua nya (SELESAI)
71
A LOVE LATTER FROM ZEFANYA
72
S2. Chapter 71. Triple
73
S2 Chapter 72. Artama dan Aksara
74
S2 Chapter 73. Raja jatuh cinta?
75
S2 Chapter 74. Maaf Bunda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!