Bertengkar

Pagi pun tiba,Nirina sudah bersiap pulang ke rumah,

"Pasti anak-anak sudah menungguku di rumah,aku juga belum menyiapkan bawaan mas Ferdian untuk pergi ke Batam nanti sore"

Nirina pun coba membangunkan Ferdian.

"Mas bangun mas,hari ini kamu mau berangkat ke Batam kan?"

Nirina coba mengingatkan akan hari ini pada Ferdian,dia pun langsung bangun dan tersadar akan tugasnya hari ini.

"Iya sayang,hari ini kita akan berpisah ya?"

Jawab Ferdian dengan matanya yang masih mengantuk.

Nirina pun tersenyum dengan tingkah suaminya itu,diapun langsung menarik tangan suaminya agar cepat bangun.

Akhirnya Ferdian pun bangun dan pergi mandi.

"Ayo mas,cepat kasihan anak-anak pasti mereka menunggu kita "

Ujar Nirina yang tidak sabar ingin segera pulang.

Dan lagi-lagi,saat Nirina menunggu suaminya bersiap,satu pesan masuk di akun nya,

"Pagi manis,tersenyumlah,karena kau sangat terlihat cantik saat tersenyum"

Pesan masuk yang membuat perasaan Nirina aneh,entah harus bahagia atau justru jijik mendapat pujian dan perhatian dari orang yang tidak dia kenal.

Tapi yang dirasa,Nirina merasa bahagia setiap ada seseorang yang memuji kecantikannya.

Nirina tersenyum saat membaca pesan itu,kemudian diapun menghapusnya,Nirina takut jika Ferdian sampai membacanya dan mengira yang tidak baik padanya .

...

Ferdian pun sudah siap,merekapun kembali ke rumah untuk menyiapkan keberangkatan suaminya itu sore nanti.

"Oh ya Rin,kau mau aku bawakan apa pulang nanti dari Batam?"

Tanya Ferdian.

"Aku tidak mau apa-apa mas,aku ingin mas pulang kembali dengan selamat,itu sudah lebih dari cukup untukku,kau sudah memberiku banyak,aku tidak ingin banyak meminta lagi"

Jawaban Nirina membuat Ferdian semakin mencintainya.

Ferdian pun mengecup kening Nirina dengan penuh kasih.

Di depan pintu kedua anak gadis mereka sudah menyambutnya dengan wajah yang cemas,

Setibanya di rumah,Nirina dan Ferdian dibuat terkejut dengan keadaan si bungsu Devan yang sedang demam tinggi,Bu melati,mertua Nirina juga bingung harus berbuat apa,dia hanya menunggu Nirina dan Ferdian pulang untuk melakukan tindakan.

"Devan kenapa Bu?"

Tanya Nirina cemas,

Bu melati menjelaskan jika semalam Devan baik baik saja,tapi sesaat setelah tiba di rumah Devan langsung demam tinggi.

Nirina pun langsung mengompres Devan,sedangkan Ferdian menelpon dokter.

"Kau tidak apa-apa kan nak,tenang ya,sebentar lagi dokter akan tiba memeriksa mu"

Ucap Ferdian berusaha menenangkan anaknya.

Devan hanya menggigil seakan kedinginan,namun tubuhnya panas,hingga Nirina tak kuasa menahan panas di tubuh anaknya.

Dokter pun tiba pada waktunya,Devan langsung dia periksa,dengan menyesal sang dokter menyarankan Devan untuk di rawat,karena dia terkena gejala tipus.

"Anak anda mengalami gejala tipus,jadi dia harus dirawat,karena tubuhnya sangat demam sekali"

Tanpa berpikir panjang Ferdian pun menyetujui saran dokter untuk segera membawa Devan ke rumah sakit.

Nirina hampir melupakan keberangkatan suaminya sore ini,

"Tapi mas,sore ini kamu kan harus berangkat,siapa yang akan menyiapkan semuanya kalau aku harus ke rumah sakit?"

Tanya Nirina dengan semua kecemasannya.

"Kau masih memikirkan keberangkatan ku disaat anakmu sedang membutuhkan penanganan seperti ini?,tenanglah aku akan berangkat,aku tidak akan lari dari tanggung jawabku."

Ujar Ferdian kesal karena mengira Nirina hanya memikirkan keberangkatannya saja,sementara dia tidak memikirkan Devan.

Nirina merasa sedih dengan nada bicara Ferdian yang tinggi mengenai ucapannya tadi,padahal Nirina hanya khawatir jika tidak ada yang membantu suaminya itu membereskan semuanya,sedangkan selama ini kebutuhan Ferdian selalu Nirina yang atasi,jika Nirina sampai di rumah sakit maka siapa yang akan membereskannya.

Nirina pun segera masuk mobil bersama Devan dan Ferdian.

"Saya titip Citra dan Marina sebentar ya Bu"

Ucap Nirina pada sang mertua.

Merekapun pergi menuju rumah sakit,Devan langsung mendapat penanganan serius,

"Untunglah kalian segera membawa nak Devan kemari,sehingga dia bisa cepat kami tangani "

Ujar dokter yang menangani Devan.

Devan terbaring lemah dengan Selang infus menancap di lengan atasnya,dia terlihat sangat lemah dan pucat,kondisinya mulai membaik suhu badannya pun tidak terlalu panas.

"Kamu baik-baik saja nak?"

Tanya Nirina pada anaknya yang mulai tersadar

Devan pun hanya menganggukkan kepalanya,karena dia msih sangat lemah.

Sementara itu,Nirina masih merasa tidak enak hati akan semua ucapan Ferdian tadi.

Sikapnya pun sedikit acuh pada Ferdian.

Namun Ferdian tidak menyadari jika Nirina sedang sakit hati padanya.

"Devan sayang nak, Devan harus sembuh ya,papa tidak bisa menunggu Devan disini,papa harus berangkat ke Batam,bolehkan?"

Ferdian meminta ijin Devan terlebih dahulu untuk pergi ke Batam,

Devan mengijinkan karena memang ayahnya harus berangkat.

Kalaupun Devan menghentikannya,Ferdian juga pasti akan berangkat,

Setelah Devan mengijinkan dan terlihat sedikit membaik,Ferdian pun menghampiri Nirina yang berdiri di sisi jendela kamar rumah sakit,

"Sudahlah kau jangan kekanakan seperti ini,kamu sudah menjadi ibu dari 3 anak, tidak pantas kamu terus bersikap seperti ini,"

Bukannya meminta maaf,Ferdian justru malah menegur Nirina dengan alasan Nirina bersikap kekanakan karena tersinggung dengan nada bicaranya tadi.

Harapan terucap nya kata maaf dari bibir sang suami pun harus pupus,karena Ferdian memang keras kepala,meski dia bertanggung jawab,namun egonya sangat tinggi,dia tidak mau mengalah pada siapapun meski pada istrinya sendiri.

Nirina pun coba menerima sikap sang suami.

"Aku pamit pulang ke rumah dan langsung berangkat ke Batam,jaga anak-anak kita selama aku pergi,administrasi Devan sudah sekretaris ku urus,jadi kamu tidak usah khawatir"

Nada bicara Ferdian pun masih terasa dingin di rasa Nirina, tak ada kehangatan dan kasih sayang seperti sebelumnya Ferdian selalu lakukan pada Nirina sebelum berangkat kemanapun.

"Kamu berubah mas"

Pikir hati Nirina melepas kepergian sang suami dari kamar rumah sakit.

Air mata Nirina pun sedikit menetes melepas kepergian sang suami yang tanpa memeluknya seperti biasa.

"Mengapa kamu tidak mengerti mas,aku bukan kekanakan,aku hanya butuh kata maaf dan pelukan dari kamu seperti biasanya"

Ucap tangis Nirina menyembunyikan dari hadapan Devan.

Namun ternyata Devan menyadari jika sang bunda sedang sedih dan menangis,

Devan pun memperhatikan memang akhir-akhir ini sang ayah sering berkata kasar dan melukai hati sang bunda.

Namun meskipun begitu,sang bunda selalu menganggap semua ucapan kasar sang suami sebagai rasa lelah karena seharian bekerja berat di kantornya,

Nirina terus memahami itu sehingga tidak pernah ada konflik diantara keduanya.

Namun untuk kali ini,rasanya Nirina tidak bisa menyembunyikan kesedihannya,terlebih ucapan dan nada tingginya keluar disaat kondisi Devan yang sedang sakit.

"Bunda"

Devan memanggil Nirina,

Dengan segera Nirina memasang wajah ceria pada bungsunya itu,dia tidak mau sampai Devan mengetahui jika dirinya sedang bersedih.

"Bunda jangan bersedih ya,Devan sebentar lagi sembuh ko,maafkan Devan karena Devan bunda dan papa harus bertengkar tadi"

"Sut kamu jangan bicara seperti itu nak,bunda dan papa tidak bertengkar,bunda dan papa hanya mencemaskan mu tadi,jadi kami bersikap berlebihan,Devan jangan berpikir seperti itu ya nak"

Nirina coba menepis semua yang Devan katakan padanya.

Terpopuler

Comments

khazanah

khazanah

ilih

2023-02-23

1

Qirani❤️

Qirani❤️

next

2023-01-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!