Hearts Beast
Jauh sebelum bencana ini terjadi. Seseorang yang mengaku dirinya berasal dari masa depan mengatakan kalau sebentar lagi, semua manusia akan berada di ambang kehancuran. Bukan tanpa sebab melainkan karena keserakahan, kesombongan dan kedengkian manusia yang sudah menjadi santapan sehari-hari. Namun, tak ada satu pun orang yang mempercayainya. Mereka tetap melakukan hal yang dilarang hingga membuat bumi sangat marah.
Setelah orang itu pergi meninggalkan masa sekarang. Beberapa hari kemudian, muncul sebuah virus yang sangat aneh dan mematikan. Virus itu merubah wujud seseorang menjadi sosok monster yang bahkan bentuknya tidak dikenali oleh siapapun. Monster-monster ini, memakan semuanya. Hewan, manusia, dan sesama monster lainnya. Kehancuran tak terelakkan. Gedung-gedung tinggi musnah dan terbakar. Semua orang berlarian keluar kota, meninggalkan apa yang ada di sana termasuk keluarga mereka. Namun, belum ada selangkah meninggalkan kota, beberapa dari mereka ada yang menunjukkan gejala batuk darah dan mimisan. Setelah itu, mereka pun berubah menjadi monster yang memangsa segalanya.
Gejala-gejala itu terus bermunculan selama tiga tahun. Api terus berkobar membakar segalanya hingga pada akhirnya, gejala itu berhenti dan tempat tinggal mereka hanya menyisakan puing-puing bangunan yang sudah tak terpakai dan terbengkalai.
Beberapa orang yang bisa bertahan hidup dengan bersembunyi di bawah tanah, membentuk sebuah kelompok pembasmi monster. Senjata api dan pedang pun dikerahkan untuk membunuh monster yang tidak pernah kenyang. Namun, tidak jarang juga beberapa dari mereka ada yang mati karena dimakan dan ada yang berubah menjadi monster.
”Hah! Mereka menyebut diri mereka sebagai pasukan pembasmi monster?! Kekanak-kanakan sekali! Seharusnya mereka sibuk menyelamatkan diri mereka! Bukannya menyelamatkan orang lain! Bagaimana kalau mereka mati karena menyelamatkan orang itu? Orang itu juga belum tentu akan mengenangnya seumur hidup. Dunia akan tetap berjalan meskipun mereka tidak ada.” celetuk Ayhner, seorang remaja berusia 17 tahun.
”Ayhner! Pelan-pelan sedikit! Kau yakin bisa menemukan tempat bermalam di sini? Aku lihat, hanya ada puing-puing bangunan dan tulang belulang monster saja.” ucap Eldric, remaja berusia 14 tahun di belakang Ayhner.
”Santai saja. Kemanapun kita pergi, kita pasti menemukan sesuatu. Mungkin saja kita menemukan bangunan minimarket atau apalah itu.” Ayhner berkata dengan santainya.
”Bagaimana kalau sampai tidak ketemu? Kau mengatakannya dengan asal kan?”
”Heh! Bagaimana kau bisa sejahat itu padaku? Kita sudah saling kenal selama sepuluh tahun kan? Harusnya kau sudah tahu aku ini tidak pernah salah mengatakan apa pun.” Ayhner menyambar dan langsung merangkul Eldric, berjalan beriringan meski sedikit sempoyongan.
”Jangan menambah beban di pundakku! Ini zaman susah! Jadi, semua harus masing-masing!” Eldric berusaha menjauhkan diri dari Ayhner yang terus menempel padanya.
”Masa sih? Sekarang aku sudah tidak lagi berguna untukmu? Bukannya, dulu itu kau selalu menangis dan menempel padaku karena ketakutan berada di tempat profesor? Sangat mengerikan jika mengingat bagaimana si pak tua itu menusukkan jarum suntiknya berkali-kali.”
Eldric menghentikan langkahnya seketika, menunduk seperti sedang memikirkan sesuatu. ”Profesor Edmund, dia masih hidup sampai sekarang?” suara Eldric terdengar cemas dan ketakutan.
Ayhner yang berada selangkah di depannya juga ikut merasakan ketakutan yang dialaminya. Dia dan Eldric pernah tinggal bersama seorang kakek tua bernama Edmund. Dia adalah seorang profesor yang melakukan percobaan terhadap manusia.
”Siapa yang tahu? Mungkin saja dia sudah berubah menjadi monster atau dimakan oleh monster. Akhirnya karena semua kekacauan ini, kita bisa pergi dari tempat itu. Benar kan?” Ayhner kembali menyambar dan merangkul pundak Eldric dan menekan kepalanya dengan kepalan tangan.
”Hentikan! Ini sakit!” Eldric berusaha melepas kedua tangan Ayhner. Namun, di tengah itu semua, muncul suara ledakan besar yang berasal di depan mereka. Ledakan itu membuat serpihan bangunan berterbangan sehingga mereka berdua harus segera merayap di tanah.
Ayhner menutupi kepala Eldric dengan satu tangan sementara dirinya, mencoba untuk melihat sesuatu yang muncul di depan sana. Tak berselang lama setelah mereka diserang oleh puing-puing bangunan, sesosok tubuh raksasa berwarna merah seperti tak memiliki kulit, muncul dan berdiri di depan mereka. Monster itu memiliki tubuh gemuk, kaki dan tangan yang kecil serta kepalanya mirip sekali dengan dugong hanya saja dia tidak memiliki kulit.
”Wahh, kita mendapat satu serangan. Besar sekali ukurannya.” Ayhner tersenyum datar begitu dia melihat sosok ini.
”Ayhner! Dia terlalu besar! Kabur saja yuk.” pinta Eldric yang langsung menarik tangan Ayhner ke arah sebaliknya. Namun, Ayhner langsung menepisnya dan dengan berani, dia berdiri di depan monsternya.
”Kebetulan banget. Hari ini kita belum makan. Dan sebagai gantinya, kita akan memakan mereka.” Ayhner mengeluarkan pistolnya yang ia temukan dari dalam pakaian milik salah satu polisi. Namun, ia hanya bisa menembakkannya sebanyak tiga kali karena dia tidak menyimpan peluru cadangan.
”Tunggu! Ayhner! Kau tidak bisa melawannya semudah itu! Sebaiknya, tunggu pasukan pembasmi monster untuk membunuhnya.” ucap Eldric, berlindung dibalik bongkahan batu besar.
”Untuk apa berharap pada orang lain kalau aku bisa melakukannya sendiri?” Ayhner menatap monster yang juga menatapnya. Matanya mampu melihat dimana letak jantung monster yang menjadi kelemahannya. Jantung yang memiliki ukuran sekepalan orang dewasa, tentu akan sulit ditemukan di dalam tubuh monster yang ukurannya berada jauh 10 kali lipatnya.
Jantungnya berada di bagian dada kiri dan tertutupi oleh ratusan dinding daging yang sulit ditembus. Mungkin para pasukan pembasmi itu memenggal kepala mereka untuk membunuhnya.
Keringat Ayhner mulai mengalir dari atas kepalanya ketika monster itu melangkah mendekatinya. Dentumannya mirip sekali dengan mobil yang terjatuh dari tebing. Jika dihitung jumlahnya, mungkin ada sekitar 20 suara mobil terjatuh di telinganya.
”Ayhner! Kau bisa membunuhnya?” tanya Eldric ragu dengan kemampuan Ayhner sekarang.
”Tentu saja! Aku akan menyelesaikannya dengan sangat cepat!” Ayhner menjawab dengan percaya diri. Kemudian, ia pun menekan senjatanya sebanyak tiga kali lalu, dengan kecepatan tinggi, peluru itu melesat ke arah monster itu berada.
Peluru itu tepat mengenai bagian dimana jantungnya berada. Akan tetapi, karena Ayhner memulainya dengan jarak yang cukup jauh, pelurunya tidak berhasil menembus kulit tebal monster dan hanya menggoresnya sedikit.
”....”
”Makanya aku ragu sejak awal. Senjata itu cuma senjata biasa.” cibir Eldric yang memperhatikan.
Seakan tahu Ayhner mencoba membunuhnya, monster itu meraung, membuat suara yang cukup keras sampai nyaris memecahkan telinga mereka. Ayhner bergerak mundur beberapa langkah, berdiri di sebelah Eldric. Setelah meraung keras, monster itu langsung berlari ke arah keduanya dengan tatapan marah.
Dengan cepat, Ayhner segera menarik Eldric pergi dari tempatnya. Namun, mereka merasa dikejar monster ini sama saja seperti dikejar oleh harimau dan serigala.
Ayhner membiarkan Eldric pergi mendahuluinya. Ayhner mengambil sebuah batang besi dengan ujung tajam yang kemudian dilemparkannya ke arah monster yang semakin mendekatinya.
Sesuai harapan, batang besi itu menembus mata kirinya hingga monster itu berhenti mengejarnya.
”Ayhner! Apa yang kau lakukan! Cepat lari!” seru Eldric dari kejauhan.
Ayhner segera menoleh ke belakang dan berlari ke arahnya. Namun, belum ada beberapa langkah, dia melihat beberapa tentakel gurita keluar dari dalam tanah dan akan menebas punggung Eldric jika dia tidak segera pergi dari sana.
”Tidak! Kemarilah! Di sana berbahaya!” teriak Ayhner, mencoba berlari menghampiri Eldric.
Crattt!!!
Sebuah tebasan bergerak cepat seperti kilat memotong lima tentakel yang muncul dari dalam tanah. Sekelompok orang yang memakai jubah hitam itu datang setelah mereka mendengar suara raungan dari monster yang mereka lawan.
”Berhenti di sini!” pinta seorang pemuda yang berdiri di depan Ayhner hingga langkahnya terhenti seketika.
”Heh! Kau ini siapa?! Aku cuma ingin menghampiri temanku di sana!” ucap Ayhner sedikit membentak.
”Temanmu sudah kami amankan. Sekarang giliran mu untuk digiring pergi dari sini.” pemuda dengan jubah hitam dan topi ini menarik Ayhner menuju suatu tempat. Namun. Ayhner tidak mau menurutinya begitu saja.
”Tidak usah dibantu! Aku bisa sendiri.” celetuk Ayhner kesal.
”AYHNER! TOLONG!”
Tiba-tiba Eldric berteriak keras. Ayhner langsung mencari Eldric dan dia menemukan sebuah tentakel gurita yang sedang melilit seluruh tubuh Eldric seperti ular. Begitu juga yang dialami oleh ketiga pasukan yang menyelamatkannya tadi. Kini, bukan nyawa mereka berdua saja yang terancam melainkan nyawa orang lain juga ikut serta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Kita_Yama
Tapi kenapa sepi dah padahal bagus gini
2023-03-10
1
Kita_Yama
bagus banget woi😭
2023-03-10
1