Awal Pertemuan

Hari menjelang sore saat Elina memutuskan untuk pulang

" Ray, sudah saatnya pulang , kau juga segera pulang biarkan saja pekerjaan itu nanti malam akan ku periksa"

" Tidak Nona,ini tinggal sedikit lagi,anda pulang saja duluan sebentar lagi saya juga akan pulang"

" Ya sudah terserah kau saja"

Elina meraih tasnya beranjak meninggalkan Raya di ruang kerja miliknya.

Elina berjalan di koridor menuju lift pribadinya yang akan membawanya ke lantai bawah.

Begitu sampai di lantai bawah Elina langsung berjalan menuju basement dimana mobil pribadinya terparkir

"Nona ,sudah mau pulang?

tanya petugas keamanan yang berjaga sebelum pergantian sif

" Iya, pak"

" Kalau begitu hati-hati di jalan Nona"

Elina hanya mengangguk mengiyakan ucapan satpam itu, Elina memasuki mobil sport berwarna merah kesayangannya tak lupa memasang sabuk pengaman dan dalam satu injakan gas di kakinya mobil mewah itu pun keluar dari basement menuju jalan raya yang padat di jam pulang kerja seperti ini.

Elina memutar musik kesukaannya menemani kesunyian di dalam mobil , perlahan Elina mengendarai mobil menuju danau kecil di pinggiran ibukota Jakarta

Sebuah danau kecil yang terdapat di pinggiran kota dengan taman di sepanjang jalan menuju danau juga pepohonan yang menambah indah dan sejuk udara di sekitar danau membuat Elina betah dan sering berkunjung kesana untuk mencari ketenangan.

Dan disinilah Elina berada usai memarkirkan mobilnya, Elina duduk di bawah pohon dengan bangku yang di sediakan pengelola taman kota

Elina menatap jauh lurus ke depan melihat luasnya danau yang nampak indah dan membuat Elina merasa damai cuaca cerah sore itu juga sangat mendukung.

"Rupanya di danau ini ada bidadari cantik yang turun dari langit"

Suara seseorang membuat Elina terhenyak dan menoleh ke arah suara tersebut, tampak seorang pria sedang berdiri tak jauh dari tempat Elina berdiri saat ini.

Pria itu nampak begitu tampan dan sempurna dengan rambut sedikit gondrong lurus menambah ketampannya wajahnya mirip seperti oppa korea tak ada cacat ataupun cela terlihat kulitnya putih dengan postur tubuh tinggi tegap ototnya terlihat jelas berbalut jas yang ia kenakan.

" Kenapa kau menatapku seperti itu Nona? apa ini pertama kalinya kau bertemu dengan pria tampan sepertiku?"

"A- apa? ,maaf aku ...aku hanya terkejut mendengar suaramu, karena tadi aku pikir aku sendirian di sini"

Pria itu tersenyum tipis mendengar penuturan Elina

" Kenapa kau bisa berada disini sendirian Nona? apa kau tidak takut, bisa saja ada yang berniat jahat padamu"

"Heh..takut? untuk apa takut , lagi pula aku sudah terbiasa dengan rasa takut dan aku sudah sering kemari, seperti yang kau lihat aku baik-baik saja"

" Wow Nona, mendengar perkataan mu sepertinya kau mempunyai beban berat hingga bicaramu demikian"

Elina terdiam ,namun ia mencoba untuk tidak terlihat gusar dengan ucapan pria di hadapannya

" Anda tidak tau apa-apa tentang diriku dan jangan bicara seolah kau tau tentang diriku"

" Hey Nona, ayolah rileks, jangan tegang seperti itu , melihat reaksimu kurasa tebakanku barusan benar"

"Cukup, ku bilang hentikan"

Elina meninggikan suaranya karna lagi-lagi pria dihadapannya itu bicara sesuai dengan keadaannya saat ini sama dengan yang ia rasakan

Pria tampan itu perlahan berjalan mendekati Elina dan kini keduanya berdiri saling berhadapan dengan saling menatap satu sama lain

" Kau tau Nona? kau mempunyai mata yang sangat indah"

" Hentikan semua ucapan konyolmu itu, mungkin kau bisa mengatakan semua itu pada wanita lainnya yang mudah kau rayu tapi bukan aku"

" Aku jujur Nona, ini pertama kalinya aku berkata jujur pada seorang gadis"

" Dan kau pikir aku percaya omong kosongmu itu ? maaf Tuan, tapi kau salah orang"

Pria dihadapan Elina itu hanya mengulum senyum simpul dengan sikap Elina yang terlihat dingin baginya

" Maafkan aku jika perkataanku tadi membuatmu tersinggung ataupun membuatmu tak nyaman Nona, aku hanya mengatakan apa yang aku lihat saja itu spontan tidak ada maksud apa-apa"

Elina menatap pria itu yang menatapnya dengan tatapan lembut, ia dapat melihat kejujuran dimata pria itu tak sedikitpun ada kebohongan di sana.

" Baiklah, aku memaafkanmu"

" Perkenalkan namaku Reyzwan Alli Hadiningrat, panggil saja Reyz dan kau siapa namamu?

Elina tertegun dengan nama pria dihadapannya itu bagaimana tidak jika namanya hampir sama dengan nama mendiang suaminya Rizwan dan membuat Elina terdiam hingga beberapa saat

" Nona, hei...kau baik - baik saja? kenapa kau diam saja? ayo memperkenalkan namamu juga hei ..."

" Oh...ma-maafkan aku, namamu sama dengan nama seseorang "

" Benarkah? sepertinya orang itu spesial untukmu, terlihat dari diamnya dirimu, kalau boleh aku tahu siapa dia ?"

"Dia sudah meninggal"

Elina dengan menunduk berusaha menutupi kesedihannya, Reys pun ikut terdiam dan bingung rupanya namanya dirinya membuat Elina sedih sama sekali ia tak menyangka akan seperti ini.

" Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu sedih dengan namaku , tapi ada perbedaan nama orang yang kau sayangi itu Rizwan pake huruf  Z kan ? sedangkan namaku Reyzwan ada huruf Y yang membedakannya kau bisa memanggilku dengan Reyz, seperti yang lainnya"

Ucap Reyz ,dengan senyum di wajahnya Elina yang melihat senyum di wajah Reyz pun ikut tersenyum bisa-bisanya pria di hadapanny memikirkan perbedaan namanya

" Kau terseyum Nona, syukurlah itu artinya kau setuju dengan perkataanku barusan, kau tahu Nona kau sangat cantik jika tersenyum seperti ini"

" Kau mulai lagi, jangan membual lagi aku tidak suka gombalanmu itu"

" Aku tidak bercanda kau memang cantik"

" Aku tau aku cantik, jangan bicara lagi baiklah, namaku Elina Maharani"

" Nama yang cantik sesuai dengan orangnya"

" Oh ya Tuhan, kau mulai lagi"

Elina dan Reyzwan pun saling berjabatan tangan tanda perkenalan mereka di tepi danau yang menjadi saksi awal pertemuan mereka.

Hari mulai senja saat Elina dan Reyz memutuskan untuk pulang, dan untuk pertama kalinya Elina berinteraksi dengan orang lain setelah bertahun selain dengan keluarga dan orang-orang kantor, selama ini Elina selalu menutup diri dan menyendiri tanpa mau berinteraksi atau berbaur dengan orang lain.

Elina sendiri merasa heran dengan dirinya yang mau begitu saja untuk berkenalan dan berbicara cukup lama dengan Rezy pria asing yang baru saja ia kenal tanpa sengaja beberapa saat yang lalu.

Senyum selalu menghiasi wajah Elina saat dalam perjalanan pulang menuju apartement miliknya di pusat kota, tak seperti biasanya yang Elina yang terlihat dingin berubah penuh senyum membuat keamanan yang bertugas berjaga terheran-heran melihat dirinya.

" Apa aku tidak salah liat Nona El, tersenyum?"

" Tidak ,kau tak salah lihat dia memang tersenyum"

Dua petugas keamanan itu saling menatap satu sama lain keheranan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!