“Mysterious Guy”
Author by Natalie Ernison
Ve akhirnya lulus dengan predikat nilai yang cukup memuaskan. Namun dibalik hari bahagia itu, justru cukup memilukan bagi Ve. Karena sang ayahnya tidak turut serta dalam perayaan acara wisuda yang selama ini Ve tunggu-tunggu.
~ ~ ~
Setelah menerima panggilan dari Helbert, Ve pun bergegas menuju tempat yang telah Helbert katakan.
Ia pun menaiki kendaraan umum seperti biasa. Waktu sudah menunjukkan pukul. 20.00, Ve masih di bus yang biasa ia tumpangi.
Tiba-tiba saja bus yang ia tumpangi terhenti di area jalanan yang cukup sepi. Saat hanya sisa beberapa orang saja yang masih berada di dalam bus tersebut. Ve masih duduk tenang dengan menggenggam tas runsel juga paper bag miliknya.
Ve duduk dibagian belakang, sembari bersandar lalu menatap ke area pepohonan di sisi jalan.
Hembusan angin malam menerpa kulit Ve dan membuatnya sedikit merinding karenanya. Sepertinya janji untuk bertemu dengan Helbert pun gagal karena ada beberapa hal yang harus Ve kerjakan.
Srachh… srachh…
Bunyi sesuatu yang berasal dari area sisi jalan, tepatnya di samping bus yang kini masih diam.
Sosok dengan tatapan mata yang begitu tajam menatap dirinya dengan cukup lekat. Ve membelalak tatkala melihat sosok tersebut yang bersimbah darah di area mulutnya.
Namun dalam sekejap sosok tersebut pun menghilang dari pandangan mata Ve. Ve masih mengatur nafasnya perlahan. Itu adalah yang cukup mengerikan baginya. Siapa sebenarnya sosok itu, mengapa perasaan Ve menjadi sedikit tidak tenang.
***
“Kediaman keluarga Brant”
Ve masih merasa gemetar atas apa yang ia lihat beberapa waktu yang telah lalu. Sosok yang cukup mengerikan itu terngiang-ngiang dibenaknya.
“Apa yang aku lihat tadi, mengapa begitu nyata…” ucap Ve sembari mendekap guling kesayangannya.
Sepanjang malam Ve sangat sulit untuk terlelap. Ia terus terbayang-bayang akan sosok yang ia telah saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Mungkinkah ini merupakan awal dari kisah baru dalam kehidupan Ve.
Keesokan harinya…
Ve masih terus teringat akan sosok yang ia lihat pada malam itu. Sangat jelas dan tak bisa terlupakan begitu saja.
“Apa yang kau lamunkan Vellin?” tanya sang ibunya, sembari memberikan segels teh hangat.
“Tidak bu, aku hanya berfikir tentang ayah dan kak Jaxon.” Balas Ve sekedar asal ucap saja. Padahal kala itu ia sedang memikirkan sosok yang ia telah lihat di samping bus yang ia tumpangi.
“Lebih baik kau urus saja urusanmu sendiri. Untuk apa memikirkan orang yang sudah jelas-jelas tidak peduli.” Tukas sang ibunya. Ve sangat terkejut akan reaksi sang ibunya.
“Ibu, maaf jika aku membuat ibu marah…” sesal Ve sembari berdiri di belakang sang ibunya.
“Carilah pekerjaan yang jauh lebih baik. Jangan hanya terfokus dengan satu tempat saja,” ujar sang ibunya, lalu pergi ke dapur untuk mengolah adonan roti.
Ve terdiam melihat ekspresi dari sang ibunya. Ada rasa sesak, saat melihat begitu banyak beban yang harus sang ibunya tanggung selepas dari kepergian sang ayahnya.
Meraih ponsel miliknya, dan melakukan panggilan suara. “Hallo kak Hel! aku ingin ijin untuk besok…--“ setelah melakukan panggilan, Ve kembali membantu sang ibunya mengolah adonan kue.
Sang ibunya terlihat sangat kelelahan dengan segala pekerjaan yang selama ini ia lakukan seorang diri, tanpa kehadiran sang suaminya.
“Bukankah besok kau harus bangun lebih awal untuk pergi bekerja?” ujar sang ibunya sembari terus sibuk dengan adonan rotinya.
“Besok aku akan ijin dan ikut ibu bekerja,” balas Ve membuat sang ibunya menghentikan sejenak aktivitasnya.
“Bukankah kau ingin lebih produktif dan menghasilkan uang yang banyak. Mengapa justru ikut menjual roti?” sang ibu Ve menatap ke arah Ve dengan tatapan heran.
“Aku hanya ingin merasakan apa yang ibu rasakan selama ini,” tukas Ve, lalu dengan sigap membantu sang ibunya.
***
“Toko roti keluarga Brant”
Ve sudah siap dengan pakaian seorang pelayan toko kecil milik keluarganya. Hari ini akan ada acara di salah satu tempat terbuka. Ini adalah kesempatan besar bagi sang ibunya untuk menjajakan beberapa jenis roti olahan mereka.
“Ibu tunggulah di toko, biar aku saja yang pergi menjual roti-roti ini.” Ve meraih keranjang yang berisi roti penuh dan sudah terbungkus rapi.
Sementara beberapa box lainnya akan dibawa dengan menggunakan kendaraan milik sang ibunya.
Area festival
Seperti pedagang yang lain, Ve pun sibuk menjajakan roti olahan sang ibunya. Namun karena tidak hanya roti saja yang dijual, sehingga Ve harus membawa cukup banyak lebih dari yang harus ia jual.
“Jadi ini yang ibu rasakan selama ini. Demi keluarga ini, ibu berjuang sendiri…” batin Ve.
Tanpa sadar Ve meneteskan air matanya hingga menetes ke atas plastic roti miliknya.
Ia membayangkan betapa lelahnya mengolah, lalu menjualnya. Beluk lagi jika ada beberapa item yang tidak laku. Ve duduk sejenak di sisi lapak tempat ia menjual roti olahan sang ibunya.
“Hanya karena roti tidak terjual habis, lalu kau bersikap cengeng seperti ini!” ujar seseorang membuat Ve terkejut.
Ahk.. pekik Ve terkejut.
Saat mendongak ke atas, seorang pria bertubuh tinggi profosional memberikan tangannya pada Ve.
“Tuan muda Draco!” ucap Ve spontan. Pria itu ialah Draco, si pria dingin dengan ekspresi pembunuh wanita. Karena Draco dikenal pria yang sangat jarang tersenyum.
“Hei apa yang kalian lakukan!” pekik Ve, saat beberapa orang-orang dari Draco mulai menyantap roti yang masih tergeletak di atas keranjang.
“Kami akan membelinya.” Ujar Drao sembari memberikan sejumlah uang yang tidak dapat dikatakan sedikit.
“Tunggu! ini terlalu banyak, tu—“ tiba-tiba saja sosok Draco sudah tidak ada lagi di sana.
“Kemana perginya orang-orang tadi! mengapa sangat cepat…” gumam Ve heran.
Karena hanya secepat kilat, sosok Draco sudah tiada lagi. Wajar saja jika Ve merasa sangat aneh.
***
“Kediaman keluarga Brant”
Ve kembali dengan membawa beberapa keranjang roti yang sudah habis terjual.
“Semua terjual?” tanya sang ibunya menyambut kedatangan Ve yang megendarai kendaraan milik keluarganya.
“Ia bu. Ini uang hasil penjualan hari ini.” Ve memberikan seluruh uang hasil penjualan roti, tak lupa juga dengan bonus dari Draco.
“Ini sangat banyak Vellin. Siapa yang telah memberikanmu uang sebanyak ini?”
“Ini dari beberapa orang kaya. Wajar saja jika mereka memberikanya lebih.” Tukas Ve, beraharap sang ibu akan memberikan respon sesuai yang ia harapkan.
“Ibu tidak pernah mengajarkanmu untuk mencari keuntungan dengan cara yang tidak baik. Cepat kembalikan uang ini, ibu tidak ingin menikmati hasil yang tidak jelas dari mana!”
“Bu! mengapa? ini bukan apa-apa bagi orang...“
“Kau harus tahu Vellin! Kita boleh susah, tapi jangan sampai orang lain menganggap harga diri kita rendah. Lebih baik kita hidup sederhana tapi semua dari hasil kerja keras yang baik.”
Mendengar pernyataan dari sang ibunya, Ve terdiam tak mengerti. Ve sangat tahu bagaimana kekayaan keluarga Draco. Ve sangat yakin, jika uang tersebut diberikan dengan tulus.
“Baik bu. Malam ini aku akan mengembalikan uang ini.” Ve bergegas pergi dengan kendaraan miliknya. Sedangkan sang ibu hanya terdiam.
Semenjak kepergian sang ayahnya bersama wanita lain. Sang ibu Ve menjadi sosok yang sering kali marah terbawa emosi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Musniwati Elikibasmahulette
lanjut thor, seruh ni
2021-07-20
0
Kak A'ai
KOMPLENT SEDIKIT. YA. MBAK. AUTHOR.... BOLEH. NDAK JANGAN. NULIS. KATA. SANG. DISETAP KATA 2. YG. ADA. NAMA. ORG 2 NYA..... TLG. YA. MBAK. JGN. DIPAKAI. LAGI. KATA 2. SANGNYA. INI .... ANEH. DN. JANGGAL. AJA. NGEBACANYA .... CERITA. MBAK. UDAH. SANGAT. BAGUS.... CUMA KATA 2. SANG. TO. AJA. YG. TAK. BERKENAN. DIHATIKU. MUNGKIN. PARA. TEMAN 2. READERS. YG. LAINPON MERASAKANNYA. JUGA..... SEKALI. LAGI. SRRY. YA. ATS. KERITIKAN. INI.....MANTAP.....🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🤔🤔🤔🤔😱😱😱😱😱🙏🙏🙏🙏👍👍👍👍👍👍
2021-06-11
0
Vinna Fy
saran ya author... kalo udah pake kata "SANG" nggak perlu pake NYA.contoh : SANG IBU atau IBUnya. bukan SANG IBUNYA
2021-04-09
0