Mysterious Guy
”Mysterious Guy”
Author by Natalie Ernison
Apakah jatuh cinta pun harus dibatasi oleh penampilan? Apakah sekarang orang-orang hanya mementingkan penampilan luar saja?
Tentu saja tidak, semua orang berhak jatuh cinta. Mencintai dan dicintai adalah hal yang terindah bagi setiap orang.
Terima kasih sudah mampir ke karya @Natalie Ernison. Ini adalah karya terbaru saya, dan semoga kalian menyukainya 😊
Genre: Fantasy - Vampires - Romance
~ ~ ~
Jika semua bisa selesai dengan uang, maka aku ingin membeli yang namanya cinta. Karena pada dasarnya manusia di bumi ini hanya mementingkan uang. Tak ada satupun yang dapat menggantikan posisi uang dikehidupan manusia.
Itulah kalimat yang sering kali dilontarkan oleh seorang pria. Ia dikenal sebagai sosok yang cukup arogan.
”Kau harus bertanggung jawab atas apa yang telah kau saksikan malam ini.” Ucap Draco sembari mendekap seorang gadis dengan tatapan tajam.
Gadis tersebut terbungkam, tatkala Draco menyambar bibir ranum miliknya.
”Apa maumu! Tidak tahu malu!” Pekik si gadis yang kini berada dalam dekapan Draco, si tampan misterusnya.
Seketika, Draco pun pergi setelah memberikan sesuatu yang baru bagi gadisnya.
--------------------------------------
”Universitas xx”
Universitas ini merupakan kampus yang terdiri dari kalangan atas. Sekolah tersebut terletak di Negara Inggris, tentu saja semua kalangan atas tersebut tak perlu diragukan lagi jika dari segi ekonomi.
"Kau tahu, seluruh pakaianku ini adalah keluaran terbaru yang baru saja ibuku beli sepulang dari perjalanan bisnis," ujar salah seorang mahasiswi yang cukup famos di kampus tersebut.
"Wow! Pasti ini sangat mahal, dan tidak akan mampu dibeli orang-orang miskin, bukan?" tukas salah seorang mahasiswi lainnya.
Mereka terlihat begitu ria dalam hal pamer kekayaan. Padahal, sudah jelas-jelas saja itu adalah kekayaan orang tua mereka. Namun, sebagai anak dari keturunan yang cukup bergelimang harta, sudah biasa bagi mereka untuk saling pamer dan merendahkan orang lain.
"Hei Vellin!" seru salah seorang dari kelompok tukang pamer.
Ohh.. "Yah, ada apa?" jawab seorang mahasiswi yang bernama Vellin.
Meletakkan tas runsel miliknya, dan menoleh ke arah belakang.
Vellin Brant
"Jika kuperhatikan... pakaianmu hanya itu-itu saja. Apakah kau tidak mampu membeli pakaian?" tukas seorang teman kampusnya, yang sedang berjalan dengan tatapan remeh terhadap Vellin.
Vellin meletakkan tas runsel miliknya, lalu menghela napas perlahan.
"Apakah itu membuat terganggu, Shopie!" balas Vellin sinis.
Shopie pun merasa cukup panas dengan apa yang telah Vellin lontarkan padanya. "Kau" tukas Shopie kesal.
Shopie Dovinso
Namun Vellin pun bergegas pergi dari hadapan mereka, dengan sikap acuhnya.
Vellin merupakan mahasiswi beasiswa. Ia berasal dari keluarga yang sederhana, dan dapat masuk ke Universitas ternama pun karena jalur prestasi. Ayah dan ibunya ialah pemilik toko roti kecil di area pertokoan.
Vellin tak pernah menuntut lebih pada kedua orang tuanya, sekalipun kebutuhannya cukup banyak. Oleh sebab itu, Vellin bekerja paruh waktu sebagai seorang pegawai di salah satu tempat percetakan.
Terkadang Vellin harus turut campur dalam pengemasan barang-barang, juga membantu para atasannya.
Semua ia lakukan dengan senang hati, walau tak jarang Vellin harus menerima perkataan rendah/hinaan dari teman-teman kampusnya. Hanya karena Vellin seorang mahasiswi beasiswa.
***
"Nona Vellin, tolong temui pak manager sekarang!" titah salah seorang rekan kerjanya. Vellin pun bergegas untuk menemui managernya.
Mengetuk pintu dan memberi rasa hormatnya pada pria yang saat itu sedang duduk di kursi berputar.
"Permisi tuan Ernest, apakah tuan memanggilku?" tanya Vellin pada menagernya dengan sopan.
"Yah, kemarilah Vellin!" titah managernya. Vellin pun menuruti apa yang managernya perintahnya.
Duduk tepat di hadapan sang managernya, dan siap untuk menerima perintah selanjutnya.
"Nona Vellin Brant, kerjamu sangat bagus dan aku berharap untuk seterusnya kau akan tetap berada di sini."
Vellin tertegun saat mendengarkan pernyataan dari sang managernya, Mr. Ernest. "Terima kasih banyak tuan Ernest. Ini sangat melegakanku," jawab Vellin dengan wajah tersenyum ramah.
"Aku tahu kau sangat membutuhkan pekerjaan ini, bukan?" tukas Mr. Ernest pada Vellin. Vellin mengangguk tanda mengiyakan apa yang sang managernya katakan.
***
"Kediaman keluarga Brant"
"Kau sudah pulang Ve?" seru sang ibunya sembari membukakan pintu. Ve adalah nama penggilan dari Vellin.
"Iya bu, aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku," jawab Ve sendu dan terlihat kelelahan.
"Apakah kakak sudah kembali bu?" tanya Ve, dan seketika membuat raut wajah sang ibunya berubah sendu.
"Jaxon kemungkinan tidak akan pulang dalam beberapa bulan ke depan." Jawab sang ibunya, lalu kembali mengolah adonan roti.
"Mengapa ibu terlihat sedih saat aku bertanya tentang keberadaan kak Jaxon?" batin Ve kala itu. Sikap sang ibunya cukup membuat Ve merasa sedikit bingung karenanya.
Ve kembali ke dalam kamar pribadinya, dan menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang sudah mulai menumpuk. Karena kesibukan di dunia kerja, Ve pun cukup kelelahan saat menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya.
***
"Perusahaan percetakan xx"
Ve kembali menjalani pekerjaannya sebagai seorang pegawai di salah satu cabang perusahaan percetakan x. Ve begitu teliti dalam menjalani setiap pekerjaannya.
"Hai nona Vellin!" panggil salah seorang rekan kerja Ve kala itu.
"Ohh hai.. kak Halbert" jawab Ve dengan senyuman ramahnya pada pria yang bernama Halbert.
Halbert ialah pria yang sangat ramah, sopan, rapi, cerdas. Namun ia juga seorang pria tanpa kekasih. Halbert lebih sering menghabiskan waktunya dengan berolahraga, diluar kesibukkannya bekerja.
Helbert Alvonso
"Apakah tugas-tugas kuliahmu sudah selesai dengan baik?" bisik Helbert pada Ve.
"Kak Hel.."
Seehhhtttt....
Ve melarang Helbert untuk berbicara lagi, karena Ve kerap kali mengerjakan tugas-tugasnya di kantor.
"Tenang saja, tapi ada syarat!"
"Syarat" Ve mengkerutkan dahinya, dan menyipitkan matanya.
"Akhir pekan temani aku ke bioskop," bisik Helbert dengan tersenyum.
"Dasar licik. Apakah begitu cara kakak merayu para gadis?" tukas Ve, tentu saja dengan nada bercanda.
"Kau kan wanita yang terlalu santai. Jadi, aku memutuskan untuk mengajakmu. Please.." pinta Helbert dengan wajah memelas.
"Baiklh kak Hel." Ve pun mengiyakan ajakan dari Helbert padanya.
***
"Universitas xx"
Semua mahasiswi selalu terlihat heboh, tatkala melihat sosok pria tampan, dan dipercaya memiliki senyuman pembunuh wanita.
"Coba saja aku bisa bersamanya, pasti aku akan menjadi wanita yang paling berbahagia," ujar para gadis kampus tempat Ve berada.
Hmm... "Kau terlalu banyak bermimpi. Tentu saja Draco akan lebih memilihku," cela Shopie, si gadis sombong ang selalu pamer kekayaan orang tuanya.
Pria yang banyak digandrungi para gadis-gadis kampus tersebut pun berjalan melewati mereka.
Draco Grissham
Tampan, bertubuh proporsional bak seorang pria anggota pasukan khusus. Tubuh atletis, dikenal sebagai anak pewaris keluarga Grissham yang sangat terkenal kala itu.
Draco, seorang pemuda yang sedang menempuh pendidikan strata duanya di kampus tersebut. Sehingga kehadirannya pun sangat jarang terlihat di kelas regular.
Ve hanya melihat sekilas dan kembali melanjutkan segala tugas-tugasnya. Ve kini berada di dalam ruangan perpustakaan. Seperti biasanya, Ve lebih sibuk mengerjakan tugas dan terkadang Ve juga menawarkan barang-barang perusahaan di toko online miliknya.
Velline Brant
Vellin Brant, sapaan akrabnya ialah Ve. Ve termasuk gadis yang sangat mandiri. Ia sangat memahami keberadaan kedua orang tuanya yang bukanlah orang berada. Vellin hanyalah seorang gadis sederhana.
"Apakah sangat penting mengidolakan seseorang dengan begitu berlebihan," batin Ve. ia sangat tidak peduli dengan sikap teman-temannya, yang begitu mengidolakan sosok Draco Grissham.
"Permisi nona, ini adalah kursi yang biasa digunakan oleh tuan muda Draco." Tukas seseorang dengan mengenakan pakaian rapi, dan berbicara pada Ve.
"Maaf tuan, ini adalah perpustakaan umum. Jadi, siapa saja bebas menempati setiap kursi," Ve enggan untuk mendengarkan apa yang pria tersebut katakan.
"Seharusnya kau gunakan matamu untuk melihat di sekitar. Ini sudah jelas ada yang menempati." Tukas seorang pria dengan ekspresi datar, tatapan tajam dan penuh aura penekakan. Sembari menarik kursi di samping Ve, dan ternyata meja tersebut adalah tempat pria tersebut duduk.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
dita18
mampir thoorrr
2023-08-26
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa
2022-09-15
0
Nur Zihane
baca di seblah langsung cus sini
2021-09-26
0