“Mysterious Guy”
Author by Natalie Ernison
Helbert yang tidak mengatakan mengenai identitasnya sejak awal, sungguh membuat Velline sangat marah padanya. Kedatangannya ke perusahaan milik ayahnya pun menambah masalah baru bagi keduanya.
~ ~ ~
“Mengapa kita berhenti di tempat ini kak?” tanya Ve heran. Saat Helbert menghentikan motor sport miliknya, tepat di tempat mereka biasa makan bersama.
“Aku merindukan saat-saat ini,” ucap Helbert dengan tersenyum sendu pada Ve.
Ve memandangi area sekitar, ada rasa canggung diantara mereka. Hal itu sangat terlihat jelas dari cara tatapan keduanya.
“Menganai keajadian sore ini, aku sangat minta maaf Ve. Aku sungguh tidak bermaksud melakukan hal lain padamu.” Sesal Helbert.
“Sudahlah kak, jangan bahas hal itu lagi.” Ucap Ve dengan tersenyum lembut, dan berusaha bersikap biasa.
Keduanya mulai menyantap makanan bersama.
“Mengenai ucapan dari Olive, tolong jangan dipikirkan. Dia sejak dulu, sudah seperti itu.”
“Aku bahkan sudah terbiasa dengan sikapnya yang seperti itu.” Ucap Ve, sembari menyantap makan malam miliknya.
Helbert menatap Ve dengan tersenyum. “Hingga sampai saat ini, aku masih belum mampu menemukan sosok wanita lain lagi, selain gadis kecilku satu ini.” Batin Helbert.
“Kak, makanlah! Jika dingin, akan tidak lezat lagi.” Ucap Ve dengan tersenyum lembut, senyuman yang sekian lama tak ia perlihatkan pada Helbert.
“Velline, bisakah aku meminta sesuatu hal padamu?” tanya Helbert dengan nada serius.
“Jika aku mampu, maka aku akan melakukannya. Katakan!”
“Bisakah kita kembali seperti dulu lagi? Aku ingin menjadi seorang pria yang selalu menjadi teman baikmu.” Ucap Helbert penuh harap.
Dengan tersenyum, Ve pun berucap. “Tentu saja kak, selama itu tidak mengganggu posisiku hanyalah sebagai pegawai biasa..—“
“Ve! Hentikan mengatakan hal yang seperti itu lagi! Aku tidak suka!” Peringat Helbert pada Ve.
Seusai makan bersama, Helbert pun menghantarkan Ve hingga tiba di kediamannya.
***
“Mansion kediaman Alvonso family”
“Helbert, mengapa baru kembali selarut ini?” ucap seorang wanita dengan melipat kedua tangannya di atas dada.
“Maaf mom, aku baru saja pergi makan bersama seorang teman.”
“Teman, siapa yang kau maksud Helbert?” tukas ibunya dengan raut wajah yang sangat ingin tahu.
“Velline, mom.” Jawabnya santai, dan seketika itu pula, Mr. Anderson muncul dari balik pintu kamar.
“Apakah Velline yang kau maksud adalah, Velline Brant?” ucap ayahnya, sembari mendekati Helbert.
“Yah, daddy.” Jawab Helbert.
Plak
Sang ayah menampar wajah Helbert dengan pukulan yang cukup keras.
“Daddy!” Seru ibu Helbert, maraih tubuh Helbert dari hadapan sang suami.
“Bukankah daddy sudah peringatkan kau untuk tetap bersama Nona Gladies! Mengapa kau tidak pernah mendengarkan ucapan daddy!” Bentak Mr. Anderson yang terlihat sangat marah.
Tak seperti sikap ramahnya saat berada di perusahaan.
“Mengapa daddy selalu memaksakan kehendak daddy sendiri. Aku pun memiliki pilihanku sendiri!” Tukas Helbert dengan mengepal kedua tangannya.
“Jika kau masih ingin melihat Velline bekerja dan melanjutkan hidupnya. Lebih baik, kau jauhi dia.” Peringat Mr. Anderson.
“Mengapa dad! Velline adalah gadis yang baik, dan juga pekerja keras!”
“Dia adalah anak dari musuh besarku, dan aku tidak mungkin membiarkanmu dekat dengannya lagi.”
“Tapi dad, Velline hanyalah anak tiri dari tuan Barnab!”
“Diam! Apapun yang berhubungan dengan Barnab, aku tidak suka. Aku membiarkannya tetap bekerja, sehingga kau tidak perlu lagi membantunya.”
“Apa!” Helbert sungguh tidak menyangka, jika ayahnya akan sedendam pada seluruh anggota keluarga Brant, termasuk Velline gadis kesayangannya.
Sementara disisi lainnya...
***
“Mansion kediaman Grissham family”
“Draco! Keluarga dari Olive sangatlah baik. Mengapa kau tidak segera menikahi putrinya!” ucap Mr. Grissham, ayah dari Draco.
“Mengapa tidak ayah saja yang menikahinya!” Tukas Draco santai, dan menatap ke luar ruangannya.
“Draco, jaga ucapanmu!” Peringat ayahnya.
“Haruskah aku terus menjadi penghibur bagi wanita yang akan segera mati itu!”
“Draco, hentikan!” Bentak sang ayah lagi.
“Sudahlah ayah, aku lelah hari ini.” Draco pun pergi dari hadapan sang ayah. Menuju kamar pribadinya yang terletak bagian teratas mansion.
>>>
Draco duduk di balkon kamar pribadinya, ditemani laptop yang masih menyala. Mengerjakan beberapa laporan pekerjaan maupun data-data perusahaan.
Drrttt.... Olive memanggil...
Draco hanya menoleh sekilas, dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia enggan untuk menerima panggilan tersebut. Berkali-kali, Olive terus saja meneleponnya. Namun, Draco masih saja acuh.
“Membosankan,” ucap Draco, sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya.
Tiba-tiba saja, bayangan senyuman Ve melintas di pikirannya. Secepat mungkin, Draco meraih ponsel miliknya.
Bersandar di kursi, menaikan kedua kaki ke atas meja, dan tersenyum sendiri.
“Hallo manis, apa yang sedang kau lakukan?” ucap Draco, tentu saja yang ia telepon adalah wanita kesayangannya.
“Hei, aku akan ke kediamanmu malam ini. Tunggu saja!” Tukas Draco, lalu mematikan layar laptop miliknya, dan segera bergegas.
“Jika aku menggunakan mobil, maka orang-orang akan mencurigai wanitaku. Tapi, jika kau berubah wujud, maka akan sangat merepotkan.” Ucapnya, lalu meraih ponsel miliknya.
“Kau, siapkan mobil, dan antar aku ke kediaman Nona Vellineku!” Titahnya pada salah seorang asisten pribadinya.
Draco meraih mantel miliknya, dan turun ke lantai dasar.
“Kemana kau?” ucap sang ayah, yang sedang duduk dengan ditemani laptopnya pula.
“Aku akan menemui wanitaku, dan tentu saja bukan wnaita yang akan segera mati itu!” Tukas Draco.
“Draco, mengapa kau mengatakan hal yang sangat kejam pada Olive?” ucap sang ibu heran.
“Sejak dulu, aku sudah begini. Tapi, kalianlah yang memintaku untuk bersikap baik.” Tukasnya, lalu bergegas pergi.
“Draco! Draco!” Seru sang ayah, namun Draco mengabaikannya.
“Sungguh anak yang keras kepala!” Ucap sang ayahnya.
“Sudahlah sayang, biarkan saja dia seperti itu.”
***
Draco pun pergi, ditemani sang asisten.
“Tuan muda, apakah ingin ditunggu?” tanya sang asisten.
“Tidak perlu, aku akan melompati jendela kamarnya.” Ucap Draco dengan tersenyum miring, lalu bergegas keluar.
“Tuan Draco sepertinya sudah tergila-gila pada gadis itu,” kekeh sang asisten.
“Kediaman Velline”
Ughh...
“Lelah sekali,” ucap Ve, sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya, lalu segera berbaring.
Namun saat ia hendak menari selimut, tiba-tiba saja seorang pria sudah berdiri di hadapannya.
Ahk... Ve memekik terkejut.
“Mengapa tidur begitu cepat?” ucap si pria yang ialah Draco.
“Semakin lama, senior semakin tidak ada sopan santun. Masuk ke rumah orang tidak lagi melalui pintu.” Ucap Ve sebal.
“Jika aku masuk melalui pintu, maka para tetanggamu akan bergosip tentang dirimu. Apakah, kau mau?” ucap Draco sembari merangkak mendekati Ve.
“Senior, hentikan! Aku sedang kelelahan, aku ingin segera beristirahat.” Keluh Ve dan mulai terlihat semakin kesal.
“Tapi aku merindukanmu, manisku.” Ucap Draco manja, dan langsung menelusupkan tubuh mereka berdua ke dalam selimut.
“Senior, hentikan! Tanganmu senior, jangan!” Pekik Ve, yang sudah kelelahan dengan perbuatan Draco padanya.
Berjam-jam lamanya, Ve tak dapat tidur nyenyak. Draco benar-benar mengerjainya tanpa henti.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Nur Zihane
dunia halu emang asik🤣🥰🥰
pacaran sama mahluk lain tinggal tring
ada depan mata
2021-09-26
0
Musniwati Elikibasmahulette
lanjut thor
2021-07-20
0
Tafa Tafa
ya ampuun visualnya thorrr nggak nahaninn 😂😂😂
2021-04-18
1