"Halo.." sapa seseorang di seberang sana.
"Selamat siang pak, maaf mengganggu. Ini saya Sukma mau menanyakan perihal oleh-oleh yang bapak berikan. Ini bukannya terlalu mewah ya pak untuk sebuah oleh-oleh? Maaf sebelumnya bukannya saya bermaksud menyinggung bapak, tapi takut salah kasih barang atau tertukar." Ucap Sukma panjang lebar.
Tamu tersebut tergelak, Ia tak menyangka Sukma akan menanyakan hal tersebut. Bukan kali pertama pak Hartono, nama tamu tersebut memberikan oleh-oleh pada salah satu staff hotel tempatnya menginap. Ia selalu hanya membawa satu oleh-oleh dan mengisinya dengan barang-barang mewah. Selain sengaja untuk berbagi rejeki, ia juga sedang mengetes apakah petugas hotel tersebut orang yang jujur atau sebaliknya. Bagi orang yang jujur, mendapatkan oleh-oleh sedemikian mewahnya ia akan konfirmasi pada si pemberi karena ditakutkan keliru atau tertukar dengan barang milik si pemberi. Namun bagi yang tidak jujur, itu sebuah keuntungan dan akan langsung menyimpannya dengan dalih memang tadi kan sudah diberikan.
Sukma yang mendengar tawa diseberang telepon pun bingung. Apakah ia salah jika mengkonfirmasi buah tangan pada si pemberi? Namun mengingat isi tersebut yang berlebihan jika diberikan pada seorang yang tak punya hubungan spesial, rasanya aneh.
"Itu memang buat kamu. Anggap saja rejeki kamu. Sudah ya saya tutup telpon nya." Ucap Hartono kemudian memutus sambungan telepon.
"Aneh. Ya udah lah yang penting gak salah kasih." Ucap Sukma meletakkan gagang telepon ke tempatnya.
*
*
*
Pukul 11.00 rekan kerja Sukma datang. Dalam divisi Sukma, ada 3 orang admin fitness ditambah satu orang kepala tim yang merangkap sebagai finance.
"Hai ma" sapa Aya, rekan setim Sukma dan Lulu.
"Cie yang abis liburan..." Goda Sukma.
"Iya lah ma, sekali-kali refreshing lah jangan kerja terus. Walaupun karyawan kontrak tetap harus nikmati hidup." Terang Aya. Ia kemudian duduk di kursi sebelah Sukma sambil mengibaskan rambutnya.
"Yee kalo liburannya bareng keluarga mah pasti seru. Kalo gue kan lo tau sendiri lah gimana." Timpal Sukma. Sukma memang sudah hidup mandiri semenjak lulus SMA. Ibunya meninggal ketika melahirkan nya. Kemudian ayahnya menyusul sehari setelah kelulusan Sukma. Sukma adalah 4 bersaudara dengan tiga kakak laki-laki. Setelah ayahnya meninggal, Sukma di usir oleh ketiga kakak laki-laki nya dengan alasan ia tak berhak mendapat warisan apapun karena ia seorang perempuan. Beruntung ia ditolong oleh tetangganya dan diberi pekerjaan di toko milik tetangga tersebut. Sukma bekerja di sana sampai akhirnya diterima bekerja di sebuah mall selama beberapa tahun baru kemudian ia diterima kerja di tempat ia bekerja saat ini.
"Hehe sorry sorry gue gak ada maksud. Lo liburan sama pacar lah. Anto pasi seneng tuh diajak liburan." Aya mengedipkan sebelah matanya.
"Kalo sama pacar mah bukannya liburan malah nambah dosa ay." Jawab Sukma lalu keduanya tergelak. "Mana oleh-oleh nya ay?"
"Nih spesial buat lo." Aya lalu menyerahkan bungkusan wingko babat dan kaos berlogo kota jogjakarta.
"Wih mantep nih. Thanks ya.. sering-sering aja lo liburan biar gue gak usah beli baju." Ucap Sukma disusul tawa keduanya.
"Sialan lo ma. Kalo gak karena emak gue minta pulang kampung juga males gue ma. Lo tau lah tabungan gue langsung kemarau." Timpal Aya memanyunkan bibirnya.
"Uang bisa dicari Aya Rohayati."
"Ssstttt jangan panggil nama lengkap geh. Rahasia perusahaan itu." Ucap Aya dengan jari telunjuk ditempelkan di bibirnya. Aya Rohayati salah satu teman akrab Sukma. Perempuan blasteran Jogja Sunda itu sangat senang saat Sukma masuk sebagai karyawan baru, apalagi dengan kepribadian Sukma yang humoris dan supel. Ia yang pendiam pun langsung bisa akrab dengan Sukma.
Keduanya asik bercanda hingga tak terasa waktu berlalu. Kemudian Lulu pun tiba dan memasuki ruangan. Maksud hati ingin berjalan anggun namun malah terlihat sombong di mata para karyawan wanita.
"Woi Aya, lo udah balik liburan ya? Mana titipan gue?" Sapa Lulu. Ia sengaja tak menyapa Sukma karena Sukma telah menabuh genderang perang dengannya. Sebab Sukma tahu siapa Sugar Daddy nya membuat Lulu merasa khawatir kalau sampai disebarkan.
"Ada uang ada barang." Jawab Aya singkat
"Perhitungan amat sih Aya. Nih.." ucap Lulu menyodorkan uang 4 lembar seratus ribu, selembar lima puluh ribu dan dua lembar uang dua puluh ribu."
"Kurang lima ribu"
"Yaelah pelit amat sih.cuma lima ribu."
"Masih untung gak gue itung ongkos kirim. Ya udah lah ya batal aja."
"Jangan dong. Nih gue tambahin." Lulu mengeluarkan uang sepuluh ribu. Ia kemudian berkata " gue kasih lebih tuh."
"Gak jadi. Mending gue jual aja sama orang lain." Jawab Aya kesal. Lulu menitip untuk dibelikan dress batik di sebuah butik terkemuka di Jogja. Jarak yang cukup jauh dari kediaman neneknya Aya awalnya membuat Aya enggan. Apalagi mengingat harga baju di butik pasti mahal. Sedangkan Lulu tidak mau mentransfer uang dahulu ke Aya. Namun karena Aya tidak enak hati dengan Lulu sebagai seniornya, ia pun terpaksa menerima permintaan Lulu. Namun Lulu tetaplah Lulu, seorang gadis yang pelit tapi gaya selangit. Membuat Aya kesal dan memilih tidak jadi memberikan barang titipan Lulu.
Saat Aya dan Lulu masih berseteru soal baju, Sukma memilih menyelesaikan pekerjaan dan membereskan barang bawaannya. Setelah dirasa selesai, ia pun berniat memberikan uang kembalian kepada kedua rekannya itu. Namun karena perdebatan sengit diantara keduanya, Sukma pun mengetuk meja kerja dengan sedikit keras.
Tuk tuk tuk.. seketika Aya dan Lulu terdiam.
"Interupsi guys! Ini uang kembalian, silahkan dihitung dan kita oper shift dulu. Setelah itu kalo mau lanjut silahkan." Jelas Sukma pada kedua rekannya. Diikuti dengan anggukan keduanya.
Sukma pun lalu pamit pulang karena jam kerjanya sudah habis. Tak lupa ia menenteng paper bag pemberian tamu tadi. Seketika mata Lulu membola, ia tahu dengan jelas dari siapa paper bag tersebut. Lulu pernah menerimanya dari orang yang sama. Tentu saja Lulu tak mengkonfirmasi lagi pada si pemberi.
"Itu oleh-oleh dari pak Hartono ya ma?" Tanya Lulu pada Sukma.
"Iya." Jawab Sukma singkat.
" Liat bentar dong."
"Lo tau ini dari siapa berarti lo udah pernah dapet dong? Terus kenapa masih mau liat? Gue rasa isinya sama aja." Tolak Sukma ketus.
"Pelit amat sih. Gue kan pengen liat aja, gue senior loh di sini. Siapa tau tuh barang lebih cocok buat gue kan? Atau emang pak Hartono ngasih buat gue kan siapa yang tau?"
"Wah ngajak ribut ni orang. Lo emang senior ya disini, tapi kalo masalah gue dikasih apa sama siapa itu bukan lagi wewenang lo. Dan kalo lo nuduh gue ambil barang yang harusnya punya lo, lo bisa tanya sama yang ngasih deh."
"Ya gak enak lah ma, ntar gue dikira ganjen lagi."
"Emang lo ganjen!" Jawab Sukma dan Aya serempak.
Lulu pun langsung bungkam. Ia hanya bisa menatap nyalang pada kedua rekan kerjanya itu. Namun saat Sukma melewati Lulu, Lulu sengaja menjegal kaki Sukma membuatnya terhuyung. Dengan sigap Sukma meraih sandaran kursi Lulu namun bukan sandaran kursi yang ia dapat melainkan rambut Lulu yang digenggamnya erat.
Lulu pun menjerit "aarghh..."
Sukma langsung melepaskan rambut Lulu saat sudah dapat berdiri seimbang. "Makanya jangan jegal sembarangan. Langsung dapat karma kan?" Ucap Sukma kemudian berlalu meninggalkan ruangan itu. Aya yang melihat pun tak dapat menahan tawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments