Waktu sudah menunjukkan tengah malam, sang vampir tampan masih belum kembali semenjak pertengkaran kecil tadi. Istana megah ini tampak sepi tanpa Richard di sini. Kemala benar-benar ditinggal sendirian lagi.
Biasanya, Richard mengajak istrinya mengobrol banyak hal, nonton film berbagai macam genre bersama, menemani Kemala memasak dan makan, serta membaca buku bersama-sama. Keduanya menikmati kehidupan rumah tangga mereka layaknya manusia normal lainnya selama kurang lebih sebulan ini.
Entah kenapa, Kemala menyesali pertengkarannya dengan Richard. Harusnya ia tidak boleh egois karena sejak awal perjanjiannya adalah Kemala tak bisa bertemu dengan ayahnya untuk selamanya. Kemala tidak pernah menyangka bakal mendapatkan kenyamanan saat berada disisi Richard.
Walaupun Richard adalah seorang vampir, ia tidak jahat dan tahu betul bagaimana cara memperlakukan wanita dengan baik. Baik Richard ataupun Kemala, saling melengkapi kekosongan yang selama ini menyerang kehidupan mereka sebelum keduanya dipersatukan dalam ikatan pernikahan.
Namun, karena pertengkaran kecil, vampir tampan itu menghilang entah ke mana dan membiarkan Kemala mengarungi malam sendirian. Tanpa terasa, pagi sudah datang dan suami Kemala belum juga kembali. Gadis itu terjaga semalaman dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia pun memutuskan keluar kamar siapa tahu Richard ada di ruangan lain.
Berjam-jam lamanya Kemala mengelilingi istana ini, tapi tak satupun tempat yang memberikan petunjuk tanda-tanda keberadaan Richard. Gadis itu jadi sedih, dan mulai merinding sendiri. Di rumah besar ini ia benar-benar seorang diri. Kemala mencoba membuka pintu keluar istana tapi tidak bisa. Pintu itu terkunci rapat-rapat.
“Pergi ke mana dia? Apa aku keterlaluan? Sudah dapat hati, masih minta ampela juga,” gumam Kemala sedih. Gadis itu bersandar di pintu dan perlahan tubuhnya merosot ke bawah.
Tiba-tiba terdengar suara petir menggelegar dan itu membuat Kemala kaget ketakutan. Tubuhnya langsung bergetar amat sangat meski ini sudah pagi. Cuaca sedang buruk diluar bila memasuki musim hujan. Karena terlalu takut, gadis itu sampai berhalusinasi melihat sesuatu yang mengerikan. Ia yakin ia melihat monster jahat datang menuruni tangga utama hendak menyerangnya dan secepat kilat, Kemala bangun berdiri untuk berlari menghindar.
Kemala terus berlari dan berlari ke sembarang arah. Ia sama sekali tidak memerhatikan jalan sampai akhirnya kakinya tak sengaja tersandung sesuatu dan hampir saja jatuh tertelungkup kalau saja tubuhnya tak langsung ditangkap oleh seseorang.
“Kau tidak apa-apa? Kenapa kau lari? Apa yang terjadi?” tanya orang yang menangkap tubuh Kemala dan gadis itu langsung tahu kalau suaminya datang menolongnya.
Seketika Kemala langsung memeluk tubuh vampir tampannya dan menangis dalam dekapannya. Richard sampai tertegun, tapi ia berusaha menenangkan istrinya karena tubuh Kemala sedang gemetar ketakutan. Dalam diam, Richard menggendong Kemala dan membawanya masuk ke dalam kamar.
Selama dalam perjalanan, mata Kemala tak henti menatap wajah lurus Richard saat menggendongnya. Rasa takut yang tadi menyerangnya, mendadak sirna seiring dengan kehadiran Richard di sini. Kini, Kemala sudah tidak takut lagi dengan suami tampannya meskipun ia adalah seorang vampir.
“Kenapa kau ketakutan begitu? Kau takut dengan petir?” tanya Richard setelah mendudukkan istrinya di atas ranjang. Tak lupa ia merapikan bantal agar istrinya bisa bersandar. Sungguh, Richard adalah suami vampir idaman dan sangat pengertian.
“Bukan hanya takut petir, aku … tadi aku melihat ada bayangan hitam mengerikan dan hendak menyerangku. Wajahnya sangat menyeramkan sekali, tadinya kupikir itu adalah kau yang berubah menjadi monster, tapi syukurlah bukan kau.”
Richard mengamati wajah tegang Kemala yang kini jauh terlihat lebih baik dari sebelumnya. “Tidak ada apa-apa di sini. Mungkin yang kau lihat adalah anak buahku. Wajahnya memang sangat menyeramkan makanya aku memerintahkan mereka agar tak menampakkan wujudnya didepanmu.”
Richard menggenggam tangan Kemala yang dingin. Vampir itu langsung tersenyum ketika mendengar suara perut Kemala sedang meronta-ronta minta agar segera di isi.
“Kau belum makan lagi hari ini? Jangan samakan aku denganmu, kau bisa mati jika tidak makan lebih dari 3 hari.” Richard bangun berdiri dan keluar kamar lalu tak berselang lama, ia kembali datang sambil membawakan makanan untuk Kemala.
Dengan telaten, Richard menyuapi istrinya hingga kenyang. Suasana itu begitu romantis dan keduanya melupakan pertengkaran kecil pertama mereka. Selesai makan, Kemala menyodorkan lengannya tepat di depan mulut Richard.
“Apa yang kau lakukan?” tanya vampir tampan itu.
“Ini sudah lebih dari sebulan sejak terakhir kau menghisap darahku. Kau pasti sudah lapar juga sekarang. Aku punya banyak cadangan darah, kau bisa hisap darahku untuk sebulan yang akan datang.” Kemala memajukan lengannya dan siap dihisap darahnya oleh Richard.
“Aku tidak lapar, aku meminum darahmu kurang lebih 5 sendok makan. Kalau setetes darahmu saja membuatku kenyang sebulan, maka setahun pun tidak masalah bagiku.” Richard menurunkan lengan istrinya dan malah menariknya dekat sehingga tubuh Kemala menempel erat ditubuh suaminya.
“Mana mungkin kau tahan selama setahun? Itu mustahil,” ujar Kemala tidak percaya.
“Selama aku tak mengeluarkan banyak tenaga, aku bisa tahan. Jika aku harus sering menggunakan kekuatanku, aku hanya bisa bertahan sebulan. Sejauh ini aku tak banyak mengeluarkan kekuatan, jadi aku tidak lapar,” terang Richard dan Kemala manggut-manggut. Setelah bertengkar, hubungan keduanya jadi semakin dekat.
“Maafkan aku,” ujar Richard dan Kemala bersamaan.
Keduanya jadi salting sendiri karena mengucapkan kalimat yang sama. Dua insan beda alam itu saling menatap satu sama lain. Sepertinya, benih cinta sedang bertaburan diantara keduanya.
Mendadak, Kemala merasakan sesuatu yang aneh dalam tubuhnya dan ia langsung berlari ke kamar mandi. Padahal, mereka berdua hampir saja berciuman tapi tidak jadi karena Kemala keburu melarikan diri.
Hal itu membuat Richard bertanya-tanya, ada apakah gerangan. Ia bahkan bingung dan mencoba mencium bau napasnya sendiri. Namun, tidak ada masalah bau napas Richard. Pelan, Richard mengetuk pintu kamar mandi untuk mengetahui apa yang terjadi pada istrinya.
“Kemala, ada apa? Kau tidak apa-apa? Katakan padaku ada apa?” tanya Richard penasaran.
Tidak ada sahutan dan itu semakin membuat Richard khawatir. “Kemala, kalau kau tidak keluar, aku akan masuk ke dalam. Buka pintunya dan ayo kita bicara,” serunya sudah tidak sabar.
Baru saja Richard hendak membuka pintu kamar mandi, Kemala sudah membuka pintunya lebih dulu dan melongakkan kepalanya dibalik daun pintu.
“Aku tak bisa keluar dari sini sekarang,” ujar Kemala dengan wajah bersemu merah merona.
“Kenapa?” tanya Richard dan hendak masuk untuk memeriksa kondisi istrinya.
“Jangan masuk! Atau kau bisa membunuhku sekarang juga. Pergilah dan tolong … belikan aku pembalut!” cetus Kemala malu habis dan langsung membanting pintu kamar mandi sampai terdengar bunyi brak!
Alis Richard terangkat dan ia jadi bingung. “Pembalut? Apa itu pembalut?” tanya Richard dari luar yang baru pertama kali ini mendengar istilah itu. Maklum, Richard tak pernah meninggalkan kediamannya dan baru kali ini ia hidup dengan manusia biasa berjenis kelamin wanita.
Pintu kamar mandi kembali di buka dan Kemala melongokkan kepalanya lagi. “Aku sedang datang bulan, itu semacam benda mirip popoknya bayi, tapi lebih tipis. Aduh … bagaimana cara menjelaskannya, ya? Kau punya gawai? Akan kutunjukkan gambarnya padamu supaya kau bisa membelikanku.”
“Gawai?” Richard semakin tidak mengerti, hidungnya mengendus-endus dan langsung menjauh dari Kemala karena ia mencium bau anyir darah yang amat sangat menyengat.
Sebisa mungkin Richard menahan hasratnya agar kuku-kuku dan taringnya tidak tumbuh pesat dan mengubahnya menjadi vampir menakutkan.
“Iya, semacam ponsel,” seru Kemala tidak tahu apa yang terjadi pada suaminya. Sebenarnya ia malu, tapi mau bagaimana lagi, masa iya Kemala harus beli pembalut sendiri.
Hening, dan tidak ada sahutan. Kemala mencoba membuka pintu lebih lebar dan ternyata tidak ada siapa-siapa di kamarnya. Sepertinya, Richard sudah meninggalkan Kemala sendirian di dalam kamar.
“Dia sudah pergi,” ujar Kemala sambil menghela napas. “Kenapa harus jadi begini? Apa dia paham yang kukatakan barusan?” tanyanya lirih.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
julian speed
eh kok gemes. pembalut gatau gawai pun gatau
2023-04-03
0
Mara
Yaaahhhh padahal sedikit lagi dapet piala si Richard 🤣🤣🤣 Tuman nih Tamu bulanan di dunia novel🤣🤣🤣
2023-03-07
0
Mara
Memang begitu adanya...terasa klo gak ada🤗
2023-03-07
0