Sulit bagi Kemala untuk memercayai apa yang ia lihat. Vampir itu ada, vampir itu nyata, Vampir itu bukan fatamorgana dan dirinya kini sedang bersama dengan makhluk legenda yang bagi masyarakat di negara ini hanyalah mitos belaka. Berkali-kali Kemala meyakinkan diri berharap bahwa semua yang ia alami hanyalah mimpi.
Namun, perasaanya, detak jantungnya, serta tubuhnya yang gemetar menandakan bahwa yang ada didepannya ini sungguh real. Bukan imajinasi ataupun khayalan tingkat tinggi. Dan ciuman manis dari sang vampir membuat hati Kemala luluh lantak tak bersisa.
“Persiapkan dirimu, kita akan menjalani ritual pernikahan sebentar lagi. Kau akan menjadi pengantin wanita tercantik sepanjang sejarah.” Richard mendekatkan wajahnya di leher Kemala sehingga napas gadis itu kembali ngos-ngosan. Padahal tidak diapa-apain tapi tubuh gadis itu serasa berat dan lelah.
Syukurlah suasana ketegangan itu berlalu cepat saat Richard meninggalkan Kemala sendirian untuk bersiap-siap melangsungkan pernikahan yang akan digelar sebentar lagi. Saat itulah gadis itu sadar bahwa dirinya, masih terancam bahaya. Ia juga baru ingat kalau ayahnya, masih membutuhkannya. Tentu saja Kemala tak ingin mati sia-sia dengan menjadi makanan vampir di rumah ini.
“Aku harus pergi dari sini. Dia tampan, tapi sangat menyeramkan. Oh ya Gusti, tolong hambamu ini. Berikan petunjuk jalan agar aku bisa keluar dari sini,” gumam Kemala panik. Ia mengamati jendela luar istana yang sedang dalam keadaan sepi.
Gadis itu berpikir mungkin inilah satu-satunya kesempatannya melarikan diri selagi Richard disibukkan dengan persiapan ritual upacara pernikahan mereka. Kemala langsung menyelinap keluar secara diam-diam dan sukses membuka pintu utama keluar dari rumah megah sang vampir.
Meski Kemala sudah berhasil keluar, belum tentu ia bisa meninggalkan istana calon suami vampirnya. Richard yang berdiri di jendela lantai 3, melihat Kemala hendak melarikan dari istananya. Dan itu sangat menarik perhatiannya.
Pria tampan itu tersenyum lalu meletakkan gelasnya yang berisikan minuman berwarna merah seperti warna darah segar di atas meja. Secara ajaib, pria tersebut menghilang begitu saja. Ia kembali muncul dan menghadang langkah kaki Kemala yang sejak tadi sudah ia amati dari kejauhan.
“Kau mau ke mana, calon istriku? Ini malam pernikahan kita, masa kau mau meninggalkanku,” ujar pria tampan itu sambil memamerkan senyuman manisnya. Suara tenornya yang merdu bikin hati berdetak kencang.
Bukannya terpesona, gadis cantik bernama Kemala itu malah bergidik ngeri ketakutan. Pria didepannya ini sangat-sangat tampan, tapi ia tidak mau menikah dengan vampir. Bisa dibayangkan akan seperti apa ia setelah menikah nanti.
“Jangan mendekat! Aku … ingin sekali bertemu dengan ayahku! Biarkan aku pergi dari sini! Aku ingin tahu bagaimana keadaannya!” isak gadis itu sambil bercucuran air mata. Ia bahkan berlutut dihadapan sang vampir agar membiarkannya pergi dari sini.
“Selangkah saja kau maju … maka kupastikan ayahmu takkan selamat!” ancam Richard dengan mata merah menyalanya. “Kembalilah ke kamarmu jika kau tak mau kehilangan ayahmu untuk selamanya.”
“Aku sudah berjanji padamu. Akan kupenuhi janjiku untuk menikah denganmu, tidak bisakah kau biarkan aku melihat ayahku? Setidaknya, untuk terakhir kalinya.” Kemala ini memohon pada calon suaminya. Ia bahkan mengatupkan kedua tangan berharap belas kasih pria tampan yang berdiri tegak didepannya.
“Tidak, kau tidak boleh keluar dari sini. Kau milikku, duniaku adalah duniamu. Akan kuberitahu perkembangan kondisi ayahmu tapi kau tidak boleh bertemu dengannya lagi. Untuk selamanya.”
“Tidak!” Kemala menggelengkan kepalanya. “Itu tidak ada dalam perjanjian. Kau menipuku!” sentak Kemala mulai tak terima.
“Itu ada dalam perjanjian. Sebelum kau menyanggupi perjanjian itu, harusnya kau bertanya padaku apa saja isi perjanjian yang sudah kau janjikan padaku. Menjadi istriku, artinya kau milikku. Di sinilah duniamu dan kau tidak diizinkan keluar dari istana ini tanpa seizinku. Kau akan dianggap mati oleh semua orang dan menjalani kehidupanmu di sini bersamaku. Inilah perjanjian yang kumaksud,” terang pria tampan itu sambil tersenyum sinis menatap wajah shock Kemala.
Kemala semakin menangis tersedu-sedu, ia menyesali perjanjian yang ia buat sendiri. Namun, demi ayahnya, ia tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginan sang pria yang kini akan menjadi suaminya. Dengan lemah lunglai, Kemala kembali berdiri menggunakan sisa-sisa tenaganya. Gadis itu berjalan tertatih-tatih kembali ke ruangan yang sudah disediakan khusus untuknya.
“Pangeran …,” ujar salah satu sosok berbaju serba hitam yang tak lain adalah Gilberto.
“Bagaimana keadaan pak tua itu?” tanya Richard. Matanya tetap memerhatikan Kemala yang berjalan pergi meninggalkannya dan masuk kembali ke dalam rumah.
“Operasinya berhasil Yang mulia, ayah dari nona Kemala sudah melewati masa kritis dan kini sedang dalam masa pemulihan pasca operasi kanker otak yang diderita,” terang Gilberto.
“Perketat penjagaan dan jangan biarkan wanita itu keluar dari istana ini. Pastikan ia tetap di dalam rumah bila di siang hari. Ayo kita langsungkan pernikahannya, Gil. Kaulah yang memimpin upacara pernikahanku.”
“Tapi …”
“Tidak ada tapi-tapian, matahari akan terbit sebentar lagi. Lakukan saja apa yang kuperintahkan. Kau tahu kalau aku tak suka dibantah,” cetus Richard tak mau mendengar alasan apapun dari asistennya yang selama ini selalu setia mendampinginya.
“Baik, Pangeran.” Gilbertopun mengalah karena ia tak bisa lagi berkomentar apa-apa bila pangerannya sudah membuat keputusan.
***
Derap langkah kaki seseorang terdengar cepat menuju ruang di mana Kemala mengurung diri dikamarnya yang gelap tanpa sinar cahaya. Gadis itu menangis ketakutan sembari merutuki semua hal yang ia alami saat ini. Ia meringkuk di sudut ruangan sambil memanjatkan doa keselamatan.
Kreeek … pintu kamar Kemala terbuka dan secercah cahaya bulan dari luar ruangan mulai menerangi tempat gadis itu berada. Seseorang masuk ke dalam kamar dan pintu dibelakangnya menutup dengan sendirinya.
“Ayo … sudah saatnya kita menikah,” ujar Richard sambil mengulurkan satu tangannya untuk membantu calon istrinya berdiri.
Kemala mendongakkan kepalannya sambil bercucuran air mata. Suaranya tertahan tak bisa keluar sehingga ia tak bisa membalas ucapan calon suaminya. Kakinya kesemutan dan tak bisa berdiri dengan tegak saat Richard menarik tubuhnya untuk berdiri. Gadis itu oleng dan hendak jatuh tapi langsung ditangkap oleh Richard.
Keduanya saling menatap dengan perasaan mereka masing-masing. Satunya ketakutan, satunya lagi membulatkan tekadnya kuat-kuat untuk mempersunting seorang manusia biasa menjadi pendampingnya. Tanpa suara, Richard menggendong tubuh Kemala dan keduanya berjalan dalam diam menuju ruang pernikahan yang sudah disiapkan Gilberto sebelumnya.
Jantung Kemala sudah tak karuan saat ada digendongan seorang vampir yang kapan saja bisa saja membunuhnya. Meski mati-matian ia melawan agar tak melihat wajah calon suaminya, tetap saja hatinya berkata kalau kemala harus melihat pancaran pesona Richard yang kini begitu dekat.
Bagaimana ini? Kenapa dengan jantungku? Kenapa … rasanya aneh sekali? Ada apa denganku? Tanya Kemala hatinya.
Yang membuat gadis itu heran, matanya tak bisa berpaling dari wajah tampan Richard dan ingin terus memandanginya. Dia … tampan sekali? Jerit Kemala dalam hati.
Pintu ruanganpun terbuka dan tampak Gilberto berdiri di depan peti mati besar yang sangat indah dan menawan. Sama sekali tak tampak kalau benda besar mengerikan itu adalah sebuah peti mati. Hati Kemala jadi semakin was-was, rasa takut itu kembali menyerang meski sempat menghilang saat Richard menggendongnya barusan.
Kepanikan mulai menyerang ketika Richard menurunkannya secara perlahan dan disaat yang bersamaan, keduanya langsung berganti pakaian ala pengantin modern secara ajaib. Tentu saja Kemala sangat shock dengan perubahan dirinya dan juga pakaian pengantin yang ia kenakan. Gadis itu melihat pantulan dirinya di cermin dan tak pernah menyangka kalau ia bakal berubah drastis layaknya pengantin sungguhan.
“Kau cantik Kemala,” bisik Richard lembut dibalik telinga calon istrinya. Mereka berdua tampak sangat serasi layaknya pengantin pada umumnya. Hanya saja, mereka berdua berbeda dunia.
Lagi-lagi, tangan Ricard terulur dan membimbing Kemala untuk berdiri di depan sebuah peti mati besar yang pastinya membuat bulu kuduk gadis itu merinding.
“Jangan takut, peti mati itu hanyalah symbol keluargaku. Aku tak bisa mengundang mereka semua dihari pernikahan kita tapi sebagai gantinya, peti matilah yang akan menjadi saksi kisah kita yang akan dimulai dari sekarang,” terang Richard langsung tahu apa yang membuat calon istrinya ketakutan.
Gilberto datang mendekat dan membawakan 2 gelas kosong. Pria tampan itu menundukkan kepalanya sebagai tanda Richard bisa langsung melangsungkan pernikahan.
“Silahkan dimulai, Yang mulia,” ujar Gilberto masih sambil menundukkan kepalanya.
Richard tak menyahut, tatapan matanya masih menatap wajah pucat Kemala yang berdiri ketakutan didepannya. Sebelum ritual dimulai, Richard kembali memberikan ciuman manisnya agar Kemala merasa nyaman bersamanya.
“Jangan takut. Aku bersumpah takkan pernah menyakitimu, sebaliknya … aku ingin kau bahagia bersamaku dan menganggapku sebagai bagian dari hidupmu, dimulai dari detik ini.” Suara lembut Richard langsung membuat hati Kemala meleleh untuk kesekian kalinya.
Karena masih belum bisa bicara saking tegangnya, Kemala hanya mengangguk pelan dan membalas tatapan mata suaminya.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Rr Ecih Hao Khan
hati kemala pasti dah mau copot oh my God....🤭🤭😯😯 semakin menarik thor...👍👍👍
2023-08-27
0
Mara
Gak pernah mimpi punya pernikahan kaya gitu ya Mala...😁 berharap mimpi aja ya
2023-03-07
0
Mara
Manis🥰
2023-03-07
0