Billa dihina habis-habisan

"Heh! Dasar kamu anak nggak tau diri, kurang ajar! Kamu liat ini jam berapa? Kemana aja kamu? Tiap hari ada aja ulahnya. Lama-lama kamu ngelunjak ya." Ujar Tante Vera pada Billa yang baru saja tiba dirumah.

Billa terdiam, dia tak berani membela diri karena dia memang merasa bersalah.

"Kamu ini mikir dong pake otak, udah hidup numpang, seenaknya aja main keluar masuk tanpa aturan." Lanjutnya sambil menoyor kepala Billa. Billa sangat ketakutan dibuatnya.

"Udah mulai berulah kamu ya, apa ini? Liat!" Ucap Tante Vera sambil memperlihatkan layar ponselnya.

Billapun segera melihatnya.

Astaga! Ternyata itu adalah foto dirinya bersama Bisma tadi. Oh Tuhan, masalah apa lagi ini?

"Ibunya p*****r, sekarang anaknya juga mau ikut-ikutan jual diri dipinggir jalan. Dasar murahan. Cuih." Ucap Tante Vera dengan kasarnya.

Air mata Billa seketika menetes, dia sudah tak tahan dengan hinaan yang terlontar dari mulut ibu tirinya itu.

Kali ini ibunya benar-benar keterlaluan, apa yang dia katakan sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan.

Billa bukan perempuan seperti itu, tapi Tante Vera terus saja mengait-ngaitkannya dengan masa lalu.

"Cukup ya mah, selama ini mama hina aku sama ibu aku. Mama nggak tau apa-apa tentang hidup kita." Ucap Billa yang tak terima dengan perkataan tante Vera.

"Terus kamu tau apa? Anak bau kencur udah mulai berulah, kalo turunan susah sih." Ujar tante Vera menggebu.

"Aku bilang cukup mah. Jangan pernah hina aku sama ibu aku lagi. Ibu aku jauh lebih baik dari pada mama, perempuan berhati busuk." Ucap Billa tak kalah menggebu-gebu disela tangisnya.

Plak!

Seketika satu tamparan keras mendarat dengan mulus dipipi kiri Billa, ibu tirinya itu dengan sekuat tenaga menampar Billa.

Tangan Tante Verapun terasa sakit setelah menampar perempuan malang itu.

Tangis Billa semakin menjadi-jadi, lengkap sudah kesakiannya, hatinya juga raganya. Dia tersungkur sambil memegangi pipinya yang terasa perih.

Tamparan ibu tirinya itu membekas membentuk telapak tangan dipipinya.

"Berani kamu banding-bandingin saya sama perempuan murahan itu? Saya nggak sudi! Ingat baik-baik, sekali p*****r nggak akan pernah berubah jadi perempuan baik." Ucap Tante Vera.

"Saya sarankan buat kamu pergi dari rumah ini, cari ibu p*****r kamu si Dinar itu!" Lanjutnya, kemudian dia berlalu meninggalkan Billa yang tengah menangis sambil meringis.

Dia terus saja meraung sambil memegangi pipinya yang terasa sakit.

'Ya Allah, kenapa Engkau menciptakan mahluk sesadis dia?

Apa salah aku? Sehingga dia begitu membenci aku?' Fikir Billa.

Apa aku sehina itu? Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus pergi dari rumah ini? Tapi kemana?

Ibu tiri selalu saja mendesaknya untuk pergi.

Billa semakin larut dalam kesedihannya, dia tak dapat menahan rasa sakit hatinya atas hinaan-hinaan yang dikatakan ibu tirinya itu.

***

Bisma duduk sendiri di teras kontrakan sambil memainkan gitar, sesekali dia membunyikannya.

Jreng, jreng.

Bisma kembali teringat dengan senyuman Billa, dia tersenyum membayangkan betapa cantiknya perempuan itu. Sosok sederhana tapi luar biasa menurutnya.

Dia tak sabar menunggu hari esok, dia ingin segera bertemu dengan perempuan yang memiliki tatapan hangat itu.

Mungkinkah ini cinta yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?

Rasanya memang seperti itu.

Tuhan, jika Engkau menitipkan rasa ini padaku, aku menerimanya dengan senang hati.

Jika seandainya memang aku dan dia berjodoh, permudahkanlah jalanku.

Aku akan menjaga anugrah itu sebaik mungkin.

Aku tak akan membuat Engkau kecewa karena telah memberikan rasa ini padaku.

Aku akan menjaganya melebihi aku menjaga diriku sendiri.

Tolong satukan aku dengannya.

***

Billa melangkah gontai menelusuri koridor itu, matanya terlihat sembab akibat menangis semalaman. Kejadian kemarin masih membekas dihati juga pipinya.

Pipinyapun terlihat masih merah akibat tamparan keras yang mendarat kemarin.

Sungguh sangat ironis nasib perempuan itu.

Dia berjalan sambil menundukkan kepala, dia merasa malu untuk menunjukkan wajahnya dihadapan orang-orang.

Bisma sengaja datang lebih awal hanya untuk menemui perempuan yang mengalihkan dunianya itu, dia terlihat sudah menunggu didepan kelas X Akuntansi2.

Dia benar-benar tak sabar untuk melihat senyum perempuan itu yang semalaman terus saja datang dibayangannya.

Tak berselang lama Billapun tiba didepan kelas.

"Hai, cantik!" Sapa Bisma saat Billa berada di hadapannya.

Billa menoleh kearah Bisma.

Terlihat laki-laki itu yang menebar senyum kearahnya.

'Dia?' Ucap Billa dalam hati.

'Ya, ini semua gara-gara dia. Dia yang bikin aku telat pulang dan dimarahin mama.' Lanjutnya.

Billa sangat merasa kesal pada Bisma, dia baru ingat jika semua yang terjadi kemarin adalah kesalahan Bisma.

Jika saja dia tidak memaksanya untuk makan somay, mungkin ibu tirinya tidak akan menamparnya dan membuat wajahnya menjadi tak karuan.

Mata Billa yang sembab menatap Bisma dengan tatapan tajam.

Bisma mengerutkan keningnya melihat wajah Billa yang tak menentu, ia mulai khawatir.

"Ini kenapa?" Tanya Bisma, reflek tangannya mulai menyentuh wajah Billa. Sedetik kemudian Billa menepis tangan Bisma.

"Apa? Masih belum puas kamu?" Sentak Billa dengan kasar.

Bisma tercengang mendengar perkataan perempuan itu, dia tak mengerti mengapa dirinya mendapat perlakuan seperti itu.

"Maksud kamu apa? Aku salah? Aku minta maaf." Ucap Bisma yang mencoba mengerti dengan keadaan.

"Mulai sekarang dan seterusnya kamu nggak usah temui aku lagi. Aku nggak mau ada urusan apapun sama kamu." Tegas Billa.

"Iya, tapi apa salah aku? Coba jelasin." Tanya Bisma yang benar-benar bingung.

"Kamu nggak salah kok, aku yang salah. Tapi aku mohon jangan temui aku lagi." Tegas Billa sekali lagi.

"Iya, tapi kita kan berteman sekarang?" Kekeh Bisma.

"Siapa Bilang?" Tanya Billa.

Bisma terdiam, dia terlihat gelagapan.

Apa yang harus dia katakan agar perempuan itu tidak marah kepadanya?

Billa melangkahkan kakinya, dia tak ingin berlama-lama berhadapan dengan Bisma, diapun tidak percaya diri dengan wajahnya yang tak menentu.

Namun tiba-tiba Bisma meraih tangan Billa.

Sehingga membuat Billa kembali menatap kearahnya.

"Kamu kenapa? Cerita sama aku! Aku mau kok denger semua tentang kamu." Ucap Bisma dengan lembutnya.

Dia menatap Billa dengan sendu.

"Aku mau cerita, tapi bukan sama kamu." Balas Billa.

"Iya tapi aku salah apa?" Tanya Bisma.

"Lepasin tangan aku!" Seru Billa kemudian.

Bisma menggeleng pelan, dia sama sekali tak melepaskan tangan Billa.

Suasanapun berubah menjadi sangat hening, kedua pasang mata itu kembali dipertemukan, keteganganpun tak terhindarkan.

"Ini ada apa sih?" Ucap Felly yang tiba-tiba datang.

Reflek Bisma tersadar dari kegalauannya, dia segera melepaskan tangan Billa.

Billa terlihat sedikit salah tingkah telah dipergoki Felly.

Bisma bingung harus berkata apa. Dia sama sekali tak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Udah Fell, kita masuk aja!" Ucap Billa sambil menggandeng Felly sebelum akhirnya mereka memasuki kelas.

"Bill, tunggu!" Cegah Bisma, namun Billa tak menggubrisnya.

'Sebenarnya dia kenapa?'

Bisma terus bertanya-tanya dalam hati.

Dia terus berdiri didepan kelas itu sambil memperhatikan Billa dari kejauhan.

Dia benar-benar tak enak hati.

Apa benar yang terjadi pada perempuan itu adalah salahnya?

Tapi apa yang sudah dia lakukan? Bisma merasa tidak melakukan hal yang membuat wajah perempuan itu menjadi kusut seperti itu.

***

"Tadi itu ada apa sih Bil? Kamu diapain sama dia?" Felly mulai menyerbu Billa dengan pertanyaan.

Billa menghembuskan nafasnya asal, sebenarnya dia sangat malas untuk membahas hal ini.

Tapi mungkin dengan bercerita pada Felly bebannya akan sedikit berkurang.

Billapun menceritakan apa yang terjadi pada dirinya kemarin.

Sesekali dia melirik Bisma diluar sana yang tak kunjung pergi.

"Astaga, bener-bener keterlaluanya ibu tiri kamu itu. Tapi menurut aku, Bisma itu nggak salah deh. Itu cuma alasan tante Vera aja buat marah sama kamu." Ucap Felly setelah mendengar cerita Billa.

"Ya, itu 60% bener. Dan 40% nya lagi Bisma yang salah. Karena dia paksa aku kemarin." Balas Billa.

"Kayanya si Bisma itu suka deh sama kamu." Ujar Felly.

"Apa? Ya nggak mungkinlah." Tepis Billa.

Billa kembali menoleh kearah luar, ternyata Bisma masih ada disana.

Dia tak berhenti menatap kearah Billa.

Billa sedikit salah tingkah karena Bisma terus memperhatikannya seperti itu.

"Beneran, keliatan banget kalau dia itu suka sama kamu. Buktinya dia masih aja nungguin kamu diluar." Ucap Felly kemudian.

Billapun merasa aneh dengan laki-laki itu, tapi sudahlah, Billa tak ingin berfikir apapun tentang Bisma.

"Aku bingung, kenapa ya hidup aku kaya gini?" Ucap Billa.

"Apa aku kabur aja ya dari rumah?" Tanya Billa, berharap Felly memberikan masukan.

Felly tak menjawab, dia terlihat memegangi kepalanya, kepalanya terasa sangat pusing.

"Fell!" Billa mencoba menggoyahkan melihat Felly.

"Bentar-bentar!" Ucap Felly.

"Kamu nggak apa-apakan? Atau kamu sakit lagi?" Tanya Billa panik.

"Kepala aku pusing." Jawab Felly.

Billa mencoba menenagkan Felly.

"Aduh, gimana dong? Kamu bawa obat nggak? Atau mau pulang lagi aja?" Tanya Billa semakin panik.

"Bawa, cuma aku belum sarapan." Jawab Felly.

"Kamu itu kebiasaan." Ucap Billa.

Dia mengeluarkan roti dari tasnya dan memberikannya pada Felly. Felly segera memakannya.

"Aku nggak mau temenan lagi sama kamu kalo kamu kaya gini terus, nggak sarapan, nggak minum obat." Ucap Billa memarahi Felly.

Felly tak menjawab, dia masih sibuk memakan roti, setelah itu dia langsung meminum obatnya.

"Gimana udah enakan? Atau mau izin pulang aja?" Tanya Billa kemudian.

"Udah nggak apa-apa kok, udah biasa ini mah." Jawab Felly.

"Iya makanya jagan dibiasain!" Balas Billa. Felly hanya menunjukkan deretan giginya.

Billa kembali menoleh kearah luar, ternyata Bisma sudah pergi dari sana. Diapun merasa sedikit lega.

Sebenarnya dia merasa tidak enak hati telah bersikap seperti tadi kepada laki-laki itu, tapi sudahlah!

Billa sama sekali tidak perduli, toh Bismapun hanya orang asing yang baru beberapa kali ditemuinya, dia bukan siapa-siapa.

***

Bisma duduk dibangkunya sambil melamun, dia tak habis fikir dengan kejadian tadi, dia masih belum mengerti dengan apa yang dimaksud Billa.

Dia terus berfikir, namun tak juga menemukan jawaban atas pertanyaannya.

'Apa salah gue? Apa gue tanya aja sama temennya itu ya?' Tanya Bisma dalam hati.

Diapun berniat untuk menemui Felly sepulang sekolah nanti, berharap temannya itu tau sesuatu tentang Billa.

***

Terpopuler

Comments

Nilam Nuraeni

Nilam Nuraeni

geregetan astaga

2021-12-24

1

Sunarti

Sunarti

gregetan akunya Thor hemmmm

2020-11-08

0

Pembacaaaa_

Pembacaaaa_

lanjut

2020-07-19

0

lihat semua
Episodes
1 Senyuman yang mengalihkan dunia Bisma
2 Billa terluka karena Bisma
3 Bisma mencari Billa
4 Bisma benar-benar telah jatuh cinta
5 Billa dihina habis-habisan
6 6 Teman masa kecil Billa
7 Billa meminta maaf kepada Bisma
8 Billa dan Dicky menjenguk Felly
9 Nostalgia
10 Pertemuan yang tidak diduga
11 Jadian
12 Bagai disambar petir dipagi hari
13 Bisma yang susah move on
14 Dicky baper kepada Felly
15 Pengakuan Bisma yang tidak digubris Billa
16 Malam minggu
17 Billa merasa sangat bersalah terhadap Bisma
18 Dicky dan Felly semakin mesra
19 Hubungan Billa dan Dicky tidak baik-baik saja
20 Felly yang kembali sakit
21 Kematian Felly
22 Billa yang putus asa
23 Menghilangnya Billa dan kehidupan barunya
24 Kembalinya orang-orang dimasalalu
25 Dilema
26 CLBk
27 Dicky benar-benar telah berubah
28 Bisma melamar Billa
29 Bisma yang tidak bisa menahan perasaannya
30 Bisma yang nekat
31 Billa yang sakit
32 Papa terkena serangan jantung
33 33 Billa menghindar dari Dicky
34 Rafael memukuli Bisma
35 Bisma dan Dicky berbaku hantam
36 Titik terang
37 Billa diusir dari rumah
38 Kemana perginya perempuan itu?
39 Billa ingin mati saja
40 Billa yang pasrah
41 Permintaan Papa
42 Ijab qobul
43 Mama Vera yang matre
44 Billa digoda papa dan Bisma
45 Mama Vera tetap tidak berubah
46 Bukan anak Bisma
47 Rumah baru
48 Bisma yang menyebalkan
49 Bisma memang menyebalkan
50 Flash back
51 Mama?
52 Kepergian Bisma
53 Rindu itu berat
54 kebohongan Bisma
55 Billa merasa malu sendiri
56 Veni membohongi Bisma
57 Billa merasa Kecewa
58 Diam-diam Veni menyukai Bisma
59 Akhirnya bertemu juga
60 Billa merasa dicueki
61 Billa yang mudah luluh
62 Bertemu mama
63 Veni kecewa Bisma sudah menikah
64 Veni dan Liona seperti kucing dan tikus
65 Visual Tokoh
66 Drama dipagi hari
67 Veni kerjaannya marah-marah saja
68 Billa malu mengakui perasaannya
69 pertemuan didalam bis
70 Kabar buruk
71 Bisma telah tiada
72 Apa mereka akan damai?
73 Rafael kasihan terhadap Veni
74 Berkunjung ke Lembang
75 Billa memilih tetap bersama Bisma.
76 Veni semakin sebal kepada Billa
77 Indahnya pemandangan kebun teh
78 Monopoli
79 Mulas
80 Baby boy
81 baby boy 2
82 Mama Vera oh mama Vera
83 Faktanya
84 Minum Susu
85 Terkilir
86 Hareudang
87 Drama di acara aqiqahnya Ian
88 Kesedihan Veni
89 Resepsi pernikahan Rafael dan Veni
90 Resepsi pernikahan Rafael dan Veni 2 (THE LAST PART -ENDING-)
91 TAKDIR MEMBAWA CINTA
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Senyuman yang mengalihkan dunia Bisma
2
Billa terluka karena Bisma
3
Bisma mencari Billa
4
Bisma benar-benar telah jatuh cinta
5
Billa dihina habis-habisan
6
6 Teman masa kecil Billa
7
Billa meminta maaf kepada Bisma
8
Billa dan Dicky menjenguk Felly
9
Nostalgia
10
Pertemuan yang tidak diduga
11
Jadian
12
Bagai disambar petir dipagi hari
13
Bisma yang susah move on
14
Dicky baper kepada Felly
15
Pengakuan Bisma yang tidak digubris Billa
16
Malam minggu
17
Billa merasa sangat bersalah terhadap Bisma
18
Dicky dan Felly semakin mesra
19
Hubungan Billa dan Dicky tidak baik-baik saja
20
Felly yang kembali sakit
21
Kematian Felly
22
Billa yang putus asa
23
Menghilangnya Billa dan kehidupan barunya
24
Kembalinya orang-orang dimasalalu
25
Dilema
26
CLBk
27
Dicky benar-benar telah berubah
28
Bisma melamar Billa
29
Bisma yang tidak bisa menahan perasaannya
30
Bisma yang nekat
31
Billa yang sakit
32
Papa terkena serangan jantung
33
33 Billa menghindar dari Dicky
34
Rafael memukuli Bisma
35
Bisma dan Dicky berbaku hantam
36
Titik terang
37
Billa diusir dari rumah
38
Kemana perginya perempuan itu?
39
Billa ingin mati saja
40
Billa yang pasrah
41
Permintaan Papa
42
Ijab qobul
43
Mama Vera yang matre
44
Billa digoda papa dan Bisma
45
Mama Vera tetap tidak berubah
46
Bukan anak Bisma
47
Rumah baru
48
Bisma yang menyebalkan
49
Bisma memang menyebalkan
50
Flash back
51
Mama?
52
Kepergian Bisma
53
Rindu itu berat
54
kebohongan Bisma
55
Billa merasa malu sendiri
56
Veni membohongi Bisma
57
Billa merasa Kecewa
58
Diam-diam Veni menyukai Bisma
59
Akhirnya bertemu juga
60
Billa merasa dicueki
61
Billa yang mudah luluh
62
Bertemu mama
63
Veni kecewa Bisma sudah menikah
64
Veni dan Liona seperti kucing dan tikus
65
Visual Tokoh
66
Drama dipagi hari
67
Veni kerjaannya marah-marah saja
68
Billa malu mengakui perasaannya
69
pertemuan didalam bis
70
Kabar buruk
71
Bisma telah tiada
72
Apa mereka akan damai?
73
Rafael kasihan terhadap Veni
74
Berkunjung ke Lembang
75
Billa memilih tetap bersama Bisma.
76
Veni semakin sebal kepada Billa
77
Indahnya pemandangan kebun teh
78
Monopoli
79
Mulas
80
Baby boy
81
baby boy 2
82
Mama Vera oh mama Vera
83
Faktanya
84
Minum Susu
85
Terkilir
86
Hareudang
87
Drama di acara aqiqahnya Ian
88
Kesedihan Veni
89
Resepsi pernikahan Rafael dan Veni
90
Resepsi pernikahan Rafael dan Veni 2 (THE LAST PART -ENDING-)
91
TAKDIR MEMBAWA CINTA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!