Didalam kelas sudah terlihat banyak murid-murid, untung saja guru pengganti belum tiba disana.
Billa memasuki ruang kelas dengan tertatih. Diapun segera duduk dibangkunya.
Felly yang melihat itu segera menyerbunya dengan pertanyaan-pertanyaan.
"Kamu kenapa Bill? Kok jalannya kaya gitu? Kenapa baju kamu basah lagi?" Tanya Felly.
Billa menghembuskan nafas asal mendapat pertanyaan dari temannya itu.
"Ada insiden kecil tadi, tapi nggak apa-apa kok." Ucap Billa sambil tersenyum kearahnya.
"Insiden apa sih sampe kaya gitu?" Tanya Felly dengan keponya.
"Jatuh tadi kepeleset, licin banget lantainya." Jawab Billa.
"Kenapa bisa gitu?" Tanya Felly lagi.
"Gara-gara cowo itu." Jawab Billa malas.
"Cowo siapa?" Tanya Felly.
"Nggak tau ahh, males aku bahasnya." Jawab Billa sedikit kesal.
"Mending kamu pulang aja gih, nanti kamu sakit lho." Ucap Felly khawatir.
"Iya nih, udah nggak enak banget." Balas Billa.
"Tapi nggak ahh, nanti ibu tiri marah lagi." Sambungnya.
"Tapi..." Ucap Felly terpotong.
"Assalamualaikum." Ucap Bu Inda yang tiba-tiba memasuki kelas.
"Waalaikumsalam." Jawab Semua murid.
Felly mengacungkan tangannya.
"Ya, kenapa Fell?" Tanya Bu Inda.
"Billa mau izin pulang, Bu. Tadi jatuh katanya, bajunya juga basah." Ucap Felly.
Seketika Billa melotot kearah Felly.
"Benar begitu Billa?" Tanya Bu Inda, Billa hanya menunjukan deretan giginya.
"Ya udah kalau begitu ibu izinin kamu pulang. Ganti baju cepat-cepat nanti masuk angin lagi." Ucap Bu Inda.
Billa sedikit berfikir, apa dia harus pulang sekarang? Lalu bagaimana dengan ibu tirinya? Pasti ibu tirinya itu akan memarahinya habis-habisan.
Billa menggigit bibir bawahnya membayangkan ibu tiri yang sedang memarahi dirinya.
"Udah, pulang aja! Kamu itu bau amis tau." Ucap Felly sambil menutup hidungnya.
Billa semakin tidak percaya diri.
Diapun memutuskan untuk pulang saja, dia tak ingin teman-temannya yang lain menjadi tidak nyaman dengan keberadaannya.
Soal ibu tirinya, biarkan semua berjalan apa adanya.
Billa membereskan buku-bukunya, diapun bergegas pulang.
"Hati-hati di jalannya ya." Ucap Felly. Billa hanya tersenyum kearahnya, senyum yang dipaksakan.
***
Billa sedikit cemas, apa yang harus dia katakan kepada ibu tirinya nanti?
Billa berjalan mengendap-endap memasuki rumah, untung saja rumah sedang sepi saat itu.
Dia menghembuskan nafas lega.
Tante Vera baru keluar dari dapur, dia melihat Billa yang berjalan mengendap.
Dengan fikiran jahatnya dia menegur Billa.
"Heh!" Seru Tante Vera.
Billa sangat kaget mendengar suara ibu tirinya yang menggelegar.
Dia menghentikan langkahnya, habislah dirinya sekarang. Dia telah diciduki ibu tirinya itu pulang awal.
"Apa-apaan ini jam segini udah pulang aja kamu?" Tanya Tante Vera dengan nada tinggi.
Billa tertunduk, dia sudah menduga jika ibu tirinya itu akan memarahinya.
"Jangan-jangan kamu kelayapan ya, jadi selama ini kamu nggak pergi ke sekolah, tapi main-main? Iya kan?" Tanya Tante Vera.
"Nggak kok mah, aku sekolah. Mama liat seragam aku basah kaya gini, aku jatuh tadi disekolah, jadi Bu Inda ngizinin aku pulang." Ucap Billa membela diri.
"Alah, jangan bohong kamu. Bu Inda Bu Inda. Kalo gitu mulai besok dan seterusnya kamu nggak usah pergi sekolah lagi, buang-buang uang aja. Lebih baik kamu kerja aja sana, kan lumayan buat bantu keuangan saya." Ucap Tante Vera menggebu-gebu.
Billa terdiam, dia tak bisa membuat ibu tirinya itu mengerti.
"Tapi kerja apa ma? Billa mohon, biarin Billa sekolah sampai lulus SMA aja, setelah itu Billa akan kerja cari uang buat mama." Ucap Billa, dia memegangi tangan Tante Vera, berharap ibu tirinya itu mengabulkan keinginannya.
Namun dengan kasar Tante Vera segera menepisnya.
"Nggak, kamu berhenti sekolah mulai besok. Kerja jadi apa aja kek, jadi p*****r misalnya, sama kaya ibu kamu si Dinar itu." Ucap Tante Vera dengan emosinya.
Astagfirulloh, seketika kaki Billa terasa lemas mendengar ucapan ibu tirinya itu. Sungguh tega ia berkata seperti itu, perkataan yang sama sekali tak pantas diucapkan oleh seorang ibu.
Billa jatuh tersungkur dilantai, hatinya begitu sakit ketika mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut ibu tirinya.
Tante Vera menatapnya dengan tatapan tajam, tak ada rasa iba sama sekali.
Yang ada hanyalah kebencian yang mendalam.
"Kamu itu nggak tau diri, nggak tau malu! Kalau kamu nggak betah tinggal disini, udah pergi aja! Cari tuh ibu kamu si Dinar p*****r itu. Saya nggak sudi nampung anak haram kaya kamu." Ucap Tante Vera menggebu-gebu.
Tanpa terasa air mata Billa menetes mendengar semua hinaan itu.
Dia tak menyangka jika kemarahan ibu tirinya itu menjalar kemasa lalu dan kembali mengingatkan Billa tentang ibu kandungnya.
Tanpa perasaan bersalah Tante Vera pergi meninggalkan Billa yang tersungkur.
"Ya Allah, kenapa mama tega banget bilang gitu?" Ucap Billa dalam hati, perkataan ibu tirinya itu benar-benar telah melukai hati Billa.
Air matanya terus saja jatuh menetes, hanya itu yang bisa ia lakukan. Air matanya adalah cerminan kesedihan hatinya.
Dia berharap jika hidupnya adalah mimpi buruk dan kemudian dia terbangun untuk melanjutkan hidupnya yang bahagia.
Tapi itu semua takkan mungkin terjadi.
Inilah kehidupannya yang sebenarnya, yang penuh dengan derita dan air mata.
***
Tettt... Tettt...tettt... Tettt...
Bel tanda pulang telah berbunyi, semua murid berhamburan meninggalkan kelas. Ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh semua manusia berbaju putih abu-abu itu.
Dengan tergesa-gesa Bisma menuju kelas X Akutansi2, kelas Billa. Dia akan mengembalikan ponselnya yang tertinggal tadi.
Namun dia melihat hanya tinggal beberapa murid yang berada disana, dia tak melihat sosok yang dicarinya.
"Ehh, tunggu-tunggu." Bisma menghentikan langkah orang yang terakhir keluar dari dalam sana.
"Iya, ada apa?" Tanya orang itu yang ternyata adalah Felly.
"Loe kenal sama Billa?" Tanya Bisma kemudian.
"Dia temen gue, emangnya ada apa loe cari dia?" Tanya Felly kemudian.
"Ada perlu sih, tapi kok gue nggak liat dia ya?" Jawab dan tanya Bisma.
"Billa tadi pulang habis istirahat, katanya sih jatuh, bajunya juga basah. Nggak tau kenapa, gue juga nggak ngerti." Jawab Felly.
"Oh, gitu ya." Ucap Bisma sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
Dia berfikir untuk mengembalikan ponsel itu lain waktu saja.
"Iya. Emang ada apaan sih?" Tanya Felly yang mulai kepo.
"Nggak ada apa-apa sih. Ya udah kalo gitu, makasih ya! Gue duluan." Ucap Bisma.
"Ya." Balas Felly singkat.
Bismapun berlalu meninggalkan kelas bertuliskan X Akutansi2 itu.
Felly hanya mengerutkan dahinya tanda tak mengerti.
"Apa jangan-jangan itu cowo yang Billa maksud tadi?" Fikir Felly. Dia mengangkat bahunya lalu bergegas pergi.
***
Malam ini pengunjung kafe lumayan ramai, terlihat Bisma yang sibuk kesana-kemari melayani pelanggan.
Ya, jika malam tiba, Bisma bekerja disalah satu kafe sebagai seorang pelayan. Dan esok paginya ia kembali kesekolah.
Bisma mengantarkan makanan dan minuman kepada salah satu meja pelanggan.
"Silahkan." Ucap Bisma dengan Ramahnya.
"Ehh, Rangganya ada gak?" Tanya pengunjung itu yang ternyata adalah Rafael.
"Rangga belum balik, kalo ada juga paling dia kesini malam minggu aja." Jawab Bisma. Rangga adalah anak pemilik kafe itu.
"Oh gitu, tadi gue chat kok nggak aktif ya?" Tanya Rafael lagi.
"Kemarin sih si bos wa gue pake nomor baru, nggak tau deh kenapa." Jawab Bisma.
"Kalau gitu, bagi dong. Sekalian wa loe juga." Ucap Rafael. Kemudian Bisma mengeluarkan ponselnya dan memberikan nomor Rangga pada Rafael.
"Thanks ya, oh ya. Kalo bisa nanti loe ya yang antar paketnya kerumah gue. Nanti gue kasih tips deh." Ucap Rafael kemudian.
"Oh, loe jastip ya?" Tanya Bisma.
"Iya nih, kira-kira kapan ya dia pulang dari Belandanya?" Tanya Rafael lagi.
"Nggak tau sih, ialah gampang. Nanti gue yang antar ke rumah loe, tinggal japri aja." Ucap Bisma sambil tersenyum.
"Ok." Balas Rafael.
"Ya udah, kalo gitu gue balik kerja lagi." Ucap Bisma sambil berlalu. Rafael hanya mengacungkan jempolnya kearah Bisma.
***
Suasana di ruang makan terasa begitu tegang. Hanya ada papa, mama dan Billa, sedangkan Rafael memilih untuk makan malam diluar bersama temannya.
"Pa, besok Billa masih boleh sekolahkan?" Tanya Billa ditengah keheningan.
"Iyalah, sekolah itu penting, masa depan kamu nak!" Jawab Om Ardi.
"Emang kenapa kamu tanya seperti itu?" Tanya Papa kemudian.
"Mama nggak ngizinin aku sekolah lagi." Jawab Billa. Seketika ibu tiri melotot kearahnya.
"Ngadu kamu ya!" Ucap Tante Vera dengan nada tinggi.
"Tunggu-tunggu, ini apa maksudnya?" Tanya Papa yang tak mengerti.
"Gini pa, dia itu sekolah cuma buang-buang waktu sama buang-buang uang aja. Tadi aja dia sekolah tapi pulang lagi, pasti tiap hari dia nggak pergi ke sekolah, tapi kelayapan." Ucap Tante Vera menyudutkan Billa.
"Nggak pa, tadi Billa jatuh disekolah sampai baju Billa basah semua. Jadi Billa diizinin pulang." Ucap Billa membela diri.
"Bener begitu nak? Tapi kamu nggak apa-apakan?" Tanya papa yang mulai cemas.
"Billa udah nggak apa-apa kok pa, papa liat sendiri kan?" Jawab Bila.
"Ya udahlah mah, cuma masalah gitu nggak usah dibesar-besarin." Ucap Papa yang membela Billa.
"Tapi pa, dia itu makin besar makin ngelunjak. Itu nggak bisa dibiarin!" Ucap Tante Vera.
"Udahlah, mah! Sekolah itu penting, masa cuma gara-gara hal sesepele itu mama mau putusin masa depan Billa?" Jawab Papa.
"Papa belain aja terus anak ini, nggak pernah mau dengar pendapat mama. Makin besar kepala aja dia." Ucap Tante Vera semakin marah.
"Ya pendapat apa dulu, kalo pendapat mama bener ya papa dukung. Kalo nggak ya buat apa?" Ucap papa. Billa tersenyum mendengar perkataan papanya itu.
Brak!
Tante Vera menggebrak meja makan dengan kerasnya. Billa dan papa tercengang, mereka dibuat kaget oleh ibu tirinya itu.
"Papa selalu aja belain anak h***m ini. Semenjak dia ada dirumah ini, papa udah nggak pernah hargai mama lagi. Sampai kapan papa mau seperi ini? Mama udah cape, mama seperti nggak dianggap dirumah ini. Belain aja terus anak h***m ini." Ucap Tante Vera menggebu-gebu.
Billa benar-benar dibuat kaget oleh perkataannya, dia sedikit ketakutan ketika melihat kemarahan ibu tirinya itu.
"Mama salah paham, papa sama sekali nggak bermaksud seperti itu, papa cuma ingin yang terbaik buat keluarga kita." Ucap Papa kemudian.
"Alasan aja papa. Awas kamu!" Lanjutnya sambil menunjuk kearah Billa.
"Udahlah! Mama nggak selera lagi buat makan." Ucap Tante Vera lalu bergegas meninggalkan meja makan.
Billa merasa sangat bersalah karena selalu saja membuat ibu tirinya itu marah.
Tapi bagaimana lagi, diapun telah berusaha untuk tidak membuat ibu tirinya itu marah, namun apapun yang dia lakukan pastilah selalu salah dimata ibu tirinya itu.
Papa hanya menggelengkan kepala melihat istrinya itu.
Dia tak dapat membuat istrinya itu mengerti dengan keadaannya.
"Kamu nggak usah fikirin mama kamu itu, belajar aja yang rajin ya nak!" Ucap Papa kemudian.
Billa mengangguk pelan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
ohana
ceritanya bagus tp nama karakternya jd bikin cenat cenut, hehehehe
2022-02-02
0
Nilam Nuraeni
egois banget sih ortu🤧
2021-12-24
1
Sunarti
kasian Billa anak yg g tau apa2 harus jadi korban keegoisan ortunya,,,,yg kuat y bill
2020-11-08
1